Part 12

690 78 2
                                    

Senyum mengembang di bibirnya, andai dia orang yang ekspresif chika akan berlari ke arah adel dan memeluk cowok itu karena telah menyelamatkan dirinya situasi menyeramkan ini.

Menahan wajah yang memerah gadis itu menatap sang badboy tampan yang hanya menatapnya datar. Adel dan tuxedo terlihat berbeda, dia begitu dewasa daripada saat memakai seragam sekolahnya.

Chika terus tersenyum suasana kembali awkward di antara mereka.

"Ngapain lo di sini?" tanya adel. Masih berdiri dengan gagah, tuxedo yang membungkus tubuhnya kian terlihat sempurna.

"Adel juga ngapain di sini?" tanya chika balik. Ketakutan dengan suasana horor tadi berubah jadi awkward di antara keduanya.

"Kan lo nelepon gue."

"M-maaf," jawab chika. Gadis itu menunduk mengintip malu-malu melalui bulu mata lentiknya, adel tampak begitu berbeda, dewasa, gagah, formal dan errr... seksi.

"Lucas pergi jadi aku nggak tau harus hubungi siapa."

Mengangkat wajahnya dia masih mendapati adel yang menatapnya datar, hanya jakun cowok itu yang terlihat naik-turun. Rambutnya dibuat berantakan, walau jadi rambut jamet juga adel akan tetap tampan seribu kali seperti biasanya.

"M-maaf, Adel karena sudah mengganggu kencan romantis kalian," ucap chika dengan perasaan bersalah penuh.

Cowok tampan itu hanya mendengus.

"A-aku mau pulang." Chika mengambil hand bag miliknya dengan perasaan bersalah. Melangkah sambil tertunduk kenapa dia harus bersikap begitu bodoh.

"Mau ke mana lo?" Adel memegang tangannya. chika berbalik tak mengerti apa yang cowok ini mau.

"Mau pulang."

"Trus ngapain lo nyuruh gue datang ke sini?"

"I-iya. Maaf." Gadis itu kembali menunduk dengan perasaan bersalah.

"Maaf mulu lo. Lebaran masih lama."

Chika kembali mengangkat wajah. Genggaman di tangannya begitu nyaman, hanya saja detik berikutnya dia kembali ditampar kenyataan bahwa dirinya tak boleh terbawa perasaan yang berlarut-larut. Adel punya kekasih! Bukan, hubungan itu lebih dari dari kekasih.

"Mending lo temenin gue makan. Lo tau nggak gue lari secepat cheetah demi datang ke sini."

"Serius?" tanya chika tak percaya. Mata bulatnya melebar, sepasang mata bonekanya itu kian memancar.

Aura restoran yang tadinya terasa horor sekarang digantikan dengan lampu temaram yang hangat, seolah keduanya adalah sepasang kekasih yang sedang berkencan dan makan malam romantis.

Alunan piano yang lembut dan syahdu menyapa indra pendengaran. Jujur saja chika terbawa perasaan, Adel benar-benar berada di depannya padahal baru saja dia mengkhayalkan hal itu.

"Maaf karena telah merusak acara kencan kalian."

"Bawel lo!" Entah kenapa dari tadi jawaban adel selalu menyebalkan.

"Adel tampan!" puji chika tanpa sadar. Gadis itu bisa merasakan jika seluruh wajahnya memerah hingga ubun-ubun. Mulutnya tidak akan pernah bosan memuji ketampanan cowok ini.

"Lo jelek!" balas adel. Bukannya marah atau tersinggung pipi chika kian blushing. Dia anggap itu adalah pujian untuknya.

Musik syahdu tadi berubah jadi musik enak didengar jedag-jedug. Kepala chika langsung mencari sumber di mana musik diputar.

Layaknya buta ijo keluar dari goa. Memegang ponselnya sambil tersenyum lebar menggoyangkan ponsel mengejek pasangan itu. Bukti demi bukti dia kumpulkan demi harga sebuah Rubicon.

BADBOYYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang