Part 28

422 78 7
                                    

"Ssshhht!"

Adel meletakkan tangan di depan bibirnya agar mereka tak banyak bicara, karena kedua remaja itu sedang menyusup ke dalam ruang keamanan untuk mengecek CCTV.

Dengan berjalan mengendap-endap Chika tersenyum melihat tangannya yang terus digenggam Adel. Ah, nyaman sekali. Sekarang berada di sekeliling cowok tampan ini dia merasa hidupnya terlindungi. Apakah berlebihan jika menganggap Adel sebagai seorang super hero?

Merasa ikut seri detektif yang mengungkap apa motif pelaku dengan memecahkan setiap clue yang ada. Chika ikut mengendap-endap, penasaran siapa pelaku yang meneror dirinya dan apa motif dia sebenarnya? Padahal dia hanya gadis miskin yang tak pantas orang lain iri.

"Adel punya kuncinya?" tanya Chika tak percaya saat Adel mengeluarkan kunci dari saku celananya.

"Ssshhht! Diam aja, apa aja bisa gue pegang!" jawab cowok itu santai sambil memasukkan kunci, Chika memanjangkan lehernya melihat keadaan sekeliling mereka yang begitu sepi. Dia begitu takut ketahuan, tapi juga ada perasaan bahagia yang tak dapat diungkapkan karena menghabiskan waktu bersama Adel.

"Bagaimana kalau kita ketahuan?" tanya Chika dengan takut-takut. Kepalanya mendongak ke atas melihat di mana letak CCTV.

"Itu ada CCTV!" tunjuk Chika saat melihat kamera kecil berkedip-kedip merah di ujung koridor, Adel tidak menghiraukan teriakan Chika dan tetap fokus pada membuka kunci keamanan.

"Bagaimana kalau muka kita besok dipampang di seluruh siswa?" Chika menggigit bibir kuat, entah di mana dia meletakkan wajahnya jika keduanya ketahuan sekarang menyusup dalam ruangan keamanan yang sangat rahasia dan tidak sembarangan orang masuk.

Setelah berhasil keduanya masuk ke dalam tubuh Chika sudah gemetaran, walau sedikit tenang dengan genggaman tangan Adel yang tidak dilepasnya.

Ruangan keamanan tidak sebesar ruang kelas mereka. Terdapat banyak komputer dengan satu komputer utama yang menghubungkan semuanya.

Adel berjalan menuju komputer utama, jantung Chika sudah hampir copot karena takut ketahuan. Kepala gadis itu masih celingukan melihat sekeliling ruangan, khawatir tiba-tiba ada trantula ompong yang menyerang mereka. Akhirnya gadis itu menggeleng dengan pemikiran konyolnya.

Saat mencoba mengintip Adel yang sedang mengotak-ngotak komputer utama yang tidak bisa diakses dengan mudah karena memiliki keamanan.

Cowok itu menampilkan wajah serius. Chika terdiam terpana dengan ketampanan Adel. Terkadang dia bertanya Adel itu manusia atau bukan, kenapa bisa tampan sekali.

"Sial! Apa ya passwordnya?" Jari-jari panjang Adel masih menari di atas keyboard.

"Ulang tahun sekolah kita?" tebak Chika. Biasanya keamanan sekolah menggunakan ulang tahun sekolah pertama kali berdiri.

Adel masih serius menatap layar di depan, otak cerdasnya sedang mengkombinasikan apa sekiranya kata sandi keamanan sekolah mereka.

"Kapan ulang tahunnya?" tanya Adel tanpa menoleh pada Chika, masih serius menatap layar di depannya. Chika masih saja terdiam mengagumi wajah tampan Adel dari samping.

"Woy, jelek! Apaan?"

"Eh? Apa?" Chika akhirnya kembali berpijak pada dunia, kebanyakan melayang-layang di udara karena bersama cowok tampan ini.

"Ulang tahun sekolah!"

"Tanggal 17 Juni tahun-."

"Telat!" ucap Adel sudah selesai mengetik ulang tahun sekolah mereka.

Chika hanya menampilkan senyuman dengan wajah memerah. Sebenarnya dia bahagia sekarang, ingin menghabiskan waktu sebanyak mungkin bersama Adel.

"Salah anjirrr! Apaan coba?"

BADBOYYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang