Part 34

478 77 4
                                    

WARNING!!! AGAK VULGAR!!!

"Harta yang paling berharga adalah nenen!"

Chika menampol wajah Adel yang bicara tak senonoh, saat wajah cowok itu sedang mendekat untuk mengisap bergantian kedua payudaranya.

Chika sedang duduk menahan kepala Adel yang berlutut di hadapannya demi menyusu seperti bayi besar.

"Apakah masih bayi Adel tidak puas menyusu?" tanya Chika penasaran.

Cowok menatapnya sekilas dan kembali menyusu.

"Entah! Tak ada ingatan yang baik tentang masa bayi."

"Ye emang, mana ingat kita bayi gimana!" kesal Chika.

"Kayaknya gue minum sufor deh. Soalnya Mama gue takut bentukannya jelek kalau nyusuin bayi."

Chika hanya membulatkan mulutnya, tak lagi banyak bertanya hal sensitif, karena dia tau Adel tidak akan nyaman membicarakan keluarga, masa kecil yang tidak menyenangkan di ingatannya. Mungkin dia banyak menyimpan memori tidak menyenangkan.

Gadis itu kembali terdiam memikirkan pasal teror, dia mencoba menutup matanya dan menarik napas panjang. Apa dia akan berusaha melupakan, dan bersikap seolah semuanya baik-baik saja? Seperti pesan Kathrina and the geng agar jangan sampai berusaha untuk mencari tau.

"Gue boleh nggak sih nenen seumur hidup?" tanya Adel tanpa dosa yang membuat Chika menggeleng.

"Ya udah gue nikahin."

"Nggak!" Chika menolak keras, dia tau hubungan di antara mereka tidak akan berjalan dengan baik, karena perbedaan yang terbentang luas. Dia hanya akan memiliki Adel selama masa remajanya, setelah itu cowok tampan ini akan berakhir dengan anak orang kaya yang sepadan, dan Chika akan membangun kariernya dari awal.

"Gue punya cita-cita mati kejepit nenen."

Adel bangkit dan menempelkan kedua payudara Chika yang terasa hangat di pipinya. Gadis ini hanya menunduk melihat rambut hitam Adel yang bergerak gelisah.

"Lo harus jaga baik-baik aset gue." Chika manyun dengan kalimat permintaan yang bernada seperti perintah. Dasar pemaksa!

Saat dirinya sudah punya power, Chika akan melepaskan dirinya dari jeratan Adel. Tak selamanya dirinya mau dan rela jadi budak.

"Susu lo nanti bisa besar kayak melon?" tanya Adel polos. Cowok itu sudah bangkit, sekarang memeluk tubuh Chika. Semua afeksi yang Adel beri padanya membuat Chika merasa jika cowok ini sudah ketergantungan padanya layaknya ekstasi.

"Nggak lah! Kan aku nggak makan melon, lagian nanti berat."

"Hem benar juga." Adel mengangguk polos.

"Nanti kalau udah besar, nikah sama gue biar gue nenen terus," tambah cowok itu lagi.

Adel berpindah tempat duduk di atas meja di samping Chika.

"Nggak!" Chika lagi-lagi memberi penolakan berupa gelengan.

"Jangan ditutup!" cegat Adel saat Chika berusaha untuk menutupi payudaranya.

Sekarang tubuhnya sudah berpindah, memeluk Chika dari belakang dan meremas-remas dengan gemas kedua payudara favoritnya.

Chika menggigit bibir untuk tidak mendesah, karena sentuhan berbahaya yang Adel beri padanya.

Wajah cowok itu sudah berpindah sekarang mengendus-endus lehernya yang membuat gejolak dalam diri mereka, darah muda sedang bergelora.

Bibir Adel sudah menempel di leher Chika, menggigit kecil yang membuat gadis itu tak kuat akhirnya kian mendongak ke atas memberi akses lebih.

"Ahhh! Shhhh!"

BADBOYYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang