Part 35

418 65 7
                                    

"Iya, memang miskin tapi setidaknya aku tidak busuk hati, dan munafik!"

Rasa puas menyelimuti dadanya, Chika menatap Marsha yang membuka mulutnya lebar, tak menyangka dirinya sudah berani sekarang.

"Oh, sudah berani rupanya?" tanya Marsha tersenyum manis.

Saat si cantik itu mendekat, Chika mundur sedikit Marsha kian maju, kembali merasa jika aura intimidasi di sekeliling ruangan membuat nyalinya ciut.

"Lo akan nangis darah nanti. Don't test me," bisik Marsha penuh ancaman yang membuat Chika menelan ludah kasar.

"Mari berpesta!" seru Ara penuh kegembiraan.

Para cowok juga ikut bergabung, Chika masih terdiam dengan cepat menyesap minuman segar di tangannya, kembali merasa ketakutan.

Saat melihat sosok tinggi Adel dia kembali merasa tenang. Berkali-kali mengatur napasnya, karena ketakutan.

Takut, tapi mencoba percaya diri. Gadis itu menutup mata, tak sadar mencengkram pakaiannya sendiri.

"Gue tau gue ganteng, jangan terlena kayak gitu," bisik Adel yang membuat Chika tersentak sambil membuka matanya dengan degupan jantung yang tiada henti-hentinya.

Gadis itu menoleh pada cowok tampan di sampingnya, belum sempat pulih dari rasa terkejut gelas panjang di tangannya sudah bergerak pindah ke mulut lain.

Adel menunduk menyesap minuman di tangan Chika sambil menatap gadis itu dalam yang membuat Chika menahan napas beberapa detik, tatapan yang Adel berikan mampu membuatnya meleleh seperti lilin.

"Mari makan! Setelah itu aku punya games!" Ara kembali tersenyum manis.

Lucas jadi anak pendiam, karena ingin menjaga image di depan crush walau sudah ditolak berkali-kali, makanya dia bertekad jika tak dapat anaknya maka dia bisa mendapatkan ibu Ara.

Berbagai makanan sudah terhidang di meja panjang keramik tersebut. Entah berapa lama Cindy menyiapkan semua ini, padahal tau teman-teman Zean bukan anak orang susah.

Chika melirik ke samping saat Adel berdiri di sampingnya dan memeluk pinggangnya. Biasanya dia akan merasa risih, sekarang rasa nyaman yang menyelimuti dada dengan semua sentuhan yang Adel beri padanya.

"Anjirrrr! Gue merasa jomlo," keluh Lucas menoleh pada Ara sambil mengode, sedangkan Ara tidak merasa disindir. Sejak awal dia tidak pernah tertarik pada cowok yang sebaya dengannya, Ara jatuh cinta pada sahabat ayahnya sendiri. Sang dosen yang diceritakan pada Chika.

Semua orang menduduki bangku masing-masing.

"Karena Mami nggak ada, habis makan kalian cuci piring sendiri," terang Ara.

"Oh tenang aja, kita punya tukang cuci piring di sini," balas Marsha menatap Chika.

"Udeh-udeh, gue jadi tukang cuci piring, biar lo semua pacaran. Kalian semua anjing!" Lucas memasang muka sedih menatap teman-temannya.

Chika kembali terdiam menatap pada kedua pasangan bucin yang makan satu piring, saling suap menyuapi.

Marsha menggigit ujung ayam begitu dengan Zean berebutan menggigit ayam hingga habis, setelah bibir keduanya bertemu keduanya saling mengecup bibir.

"Najis banget lo berdua! Enek banget lihatnya. Tega-teganya seperti itu di depan jomlo!"

Bukannya tersinggung dengan kalimat makian Ara, Marsha dan Zean sama-sama mengejek Ara.

"Iri bilang, Boss!"

"Ara jangan gitulah, kan ada Abang." Lucas menawarkan diri sambil menepuk dadanya seolah dia adalah seorang super hero. Cowok itu menggigit tulang ayam.

BADBOYYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang