Biar aku ceritakan ini, sesuatu yang dulu sangat berharga. Tapi nyatanya nyaris kulupa.
Ini tentang seseorang yang membuatku memiliki perasaan padanya pada pandangan pertama dan juga pada pandangan kedua.
Cinta monyetku, saat aku mulai pakai seragam abu abu monyet.
Cinta monyet... ya! mungkin itu sebutannya.
Siang itu, aku berangkat mendaftar sekolah seorang diri. Waktu itu belum ada sistem mendaftar sekolah online.
Setelah turun dari bus, dengan percaya diri aku melangkah memasuki gerbang sekolah impianku.
Matahari tengah terik teriknya saat itu, ketika langkah pertamaku memasuki pintu gerbang utama.
Seperti memasuki dunia lain, tiba tiba pandanganku menemukan langkah seorang wanita paruh baya dengan seseorang disampingnya.
Diantara siraman putih sinar matahari aku masih sempat menangkap tatap mata itu. Bola matanya pekat, sehitam jelaga.
Kami bersipapas dalam irama lamban.
Meski hanya sesaat ada ingatan yang tersimpan dibenakku..
Pria itu seperti punya benang yang tersangkut padaku.
Aku tersenyum samar padanya. Pun sebaliknya. Sepertinya dia membalasku serupa.
Waktu pun berlalu, aku diterima di sekolah itu.
Hingga beberapa minggu setelahnya, hari pertama masuk sekolah setelah melewati orientasi.
Pagi itu masih sangat pagi. Aku kepagian rupanya. Kelasku masih sepi.
Setelah meletakkan tas di bangku, aku melangkahkan kakiku keluar dari ruang kelas. Baru selangkah kakiku melewati pintu, tiba-tiba didepanku seseorang yang tampaknya sedang bergegas terhenti langkahnya karenaku.
Kami saling menghalangi. Kami saling tertegun untuk sesaat. Tatapanku terpaku padanya. Pada sepasang mata sehitam jelaga. Berahir pada senyum samar kami berdua. Lalu dia memberi jalan padaku tepat disaat aku memberikan jalan padanya. Selangkah aku ke kiri begitu pun dia. Dan ketika selangkah aku ke kanan diapun melakukan hal yang sama, berujung kami sama-sama tertawa.
Kembali kurasakan ada benang tak kasat mata yang sepertinya terkait padaku dengannya.
Setelah pagi itu... aku jadi mengenalnya, pria dari kelas sebelah.
Dan entah bagaimana awal mulanya, ahirnya aku tahu namanya.
Sepertinya itu dimulai dengan salam darinya yang terkirim untukku lewat teman sekelasku yang berakhir pada ketukan kaca jendela karena dia meminjam catatan sebagai alasan.
Lalu les bersama, mengikuti extra kulikuler yang sama. Duduk berhadapan di kantin dengan minuman yang sama, dan mengepas waktu berangkat dan pulang untuk bisa naik satu bus yang sama.
Begitulah cerita cinta monyet kami yang tidak pernah berakhir pada ucapan kata cinta.
Tiba-tiba marah,
Tiba-tiba diam.
Dan berakhir begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRAGMEN
RandomNamaku Bena. Sebagian temanku memanggilku Na.. Nena. Ben. Bena. Namun ada yang memanggilku I_beng. mungkin karena aku suka makan Beng Beng ?! Dan karena sesuatu alasan khusus aku menyebut diriku Anna. 'Annastasia'. Ini adalah catatan kecil ten...