Prince Harry

10 0 0
                                    

Pada suatu pagi yang tergesa-gesa.

Di ruang locker yang tidak terlalu luas dan juga berpintu sempit. Aku baru saja mengunci lemari tempatku menyimpan tas, kemudian beranjak menuju pintu keluar. Tepat sekali ketika Deddy masuk dengan terburu-buru. Otomatis tubuh kami bertubrukan. Dengan kaget aku bilang padanya..

"Tiati apa!"

Deddy mengucapkan maafnya dengan bilang, "Sorry.."

Aku tahu dia tak sengaja.
Ya tidak masalah, toh aku juga tidak terluka. Hanya sedikit kaget.

Tapi tak kuduga ada suara yang membuatku harus menoleh kearah suara itu dengan mata nanar.

"Halah.. Suka aja!"

Aku mendengar suara itu keluar dari bibir tipis seorang gadis mungil. Eva namanya. Aku menatapnya marah. Bukan hanya bibirnya yang tipis, kalimat yang diucapkannya pun juga tipis. Tajam melukaiku yang selama ini rasanya tak pernah punya masalah dengannya.

Aku tak mau ribut, kutinggalkan ruangan itu dengan dada sesak.

Baru selangkah aku berlalu dari pintu, terdengar ada suara yang memaksaku menoleh kebelakang. Suara seperti lemari seng yang dihajar seseorang. Suaranya keras.

Ada apa?
Siapa yang melakukannya?

Mataku terpaku pada seorang pria yang berdiri di depan gadis mungil berbibir tipis, badannya nyaris menghimpitnya dengan tinju yang masih menempel di pintu loker.

Gadis yang hanya sepundaknya itu terlihat pias wajahnya. Dan aku mendengar kalimat ini..

"Sayang aja kamu perempuan, kalau laki-laki udah habis lu..!" ucapnya.

Hatiku bergetar.
Ada seseorang yang tak rela aku diperlakukan dengan tidak seharusnya.

Sebelum Deddy datang, selain aku dan Eva memang ada dia dan Metha di ruang sempit loker kami.

Pria itu bernama Harry. Dan pembelaannya untukku sungguh membuatku haru.

Aku meninggalkan tempat itu dengan airmata yang sudah mendesak tak tertahan. Berjalan cepat menuju sudut ruang lain, melanjutkan isakku yang tak ingin terlihat.

FRAGMEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang