Aku terlibat percakapan serius dengan mas Opy. Matanya yang memendarkan aura kebapakan menatapku dengan kasihan.
"Iya mas, aku tahu kok kalau Deddy itu punya pacar yang ketinggalan di kota lamanya."
"Iya deh iya aku tahu, ga boleh jadi pencuri cowok orang. Aku cuma mau dia tahu kalau aku menyimpan sedikit rasa suka untuknya. Cuma sedikit kok.. Setelah aku bicara nanti aku akan segera melupakannya."
"Iyaa.. iya deh, aku gak akan jadi ngomong soal perasaanku ini. Aku akan simpan baik - baik untukku sendiri. Kecuali.. Dia bertanya lebih dulu padaku.."
Aku tersenyum manis sebelum akhirnya meninggalkan mas Opy yang berdiri mematung dengan ekspresi yang tak bisa kudeteksi.
Begitulah.
Waktu berjalan dan aku tetap memenuhi janjiku untuk diam. Dan diam - diam aku tetap memendam perasaanku pada Deddy, cowok pendiam yang meskipun sedang diam terlihat cukup menawan.
.
.Hari itu ulang tahun Niftahudin, dirayakan di Base Camp yang biasa kita datangi. Yang rumahnya cukup luas, tapi tak ber rooftop untuk main gitar dan bernyanyi. Oh.. tapi disana ada teras panjang tempat aku berada kini bersama Deddy.
Aku tersenyum padanya, dia memandangku dengan agak luar biasa. Magsudku agak diluar kebiasaannya. Biasanya dia itu cuek bebek, cuek entog, ayam, kakak tua, rajawali dan cuek jenis jenis unggas gitulah.. Sok cool dan menunjukkan kalau dia memang ga peduli dengan apapun yang aku lakukan. Mungkin kalau aku jungkir balik, nungging, guling guling, dia juga gak akan berpaling untuk memberiku sedikit caring. Tapi 'ngapa' juga cewek manis kayak aku ini guling-guling nungging?
Ish ish.. Ngebayanginnya aja bikin ilang feeling.
"Umm.. Aku dengar dari mas Opy katanya kamu..."
Deddy bicara padaku, tapi kenapa berhenti sampai di situ?
Apa? Kenapa tidak dilanjutkan? Apa dia malu? Kan seharusnya aku yang malu..
Aku serius menatapnya, berharap dia to the point bilang aku suka kamu Na. Tapi ternyata..
"Maaf, aku belum memikirkannya."
Hiks.. Itu kalimat apa? Entah kenapa aku tertawa mendengar apa yang diucapkannya.
"Mikirin apa Ded?" tanya bodohku padanya.
"Memikirkan untuk memikirkan kamu." jawabnya diplomatis entah asal bicara atau sudah dipikirkannya sejak lama.
"Aku hanya suka kamu. Aku bukan minta untuk dipikirin olehmu." jawabku lagi sedapatnya.
"Aku juga suka kamu Na, sebagai teman." lanjutnya basi banget.
"Aku menyukaimu lebih dari sekedar teman." balasku dengan tegas, mumpung ada kesempatan. Gue gitu loh..
.
.Sebenarnya hubunganku dengan Deddy ada rada- rada uniknya gitu sih. Karena itulah aku jadi menyimpan perasaan padanya dan punya sedikit harapan kalau dia juga sebenarnya ada seuprit rasa suka terhadapku.
Meskipun kami tak terlihat akrab, tapi ada moment- moment dia memberi perhatian spesial.
Entah Deddy sadar atau nggak dia sering menjagaku. Dan senyumnya yang cuma sesekali itu membuat aku seringkali tak rela kalau cuma dianggap bukan siapa-siapanya dia.
Yaa.. tapi sudahlah.
Setidaknya aku sudah lega bisa memberitahukan isi hatiku padanya."Kamu sedih?" Deddy bertanya.
"Humm.." Aku hanya menjawab dengan gumaman itu sambil mengusap dua mataku yang tiba- tiba kok berair. Biasalah kena debu.
"Maaf ya Na." ucap Deddy. Aku hanya mengangguk.
Aku tak berharap lagi. Bagiku cukup sudah menyampaikan perasaanku. Cukup sudah mendengar jawaban penolakannya. Cukuplah itu semua. Dan nyatanya pagi harinya kita menikmati sarapan bersama dan aku tetap baik-baik saja.
.
.Satu tahun berlalu, saat telepon di meja kerjaku berdering-dering nyaring.
"Halo Na, gue Deddy."
"Bagaimana kabarmu?"
Deddy menceritakan tempat kerjanya yang baru. Dan kemudian dia juga bilang kalau dia sudah bersedia untuk memikirkanku.
Sayangnya pikiranku sudah bukan untuknya lagi.
Seperti aku yang tak menunggumu, jadi tolong jangan menungguku. Semua sudah berlalu..
~ Cipinang, entah tahun dan bulan berapa.~
KAMU SEDANG MEMBACA
FRAGMEN
RandomNamaku Bena. Sebagian temanku memanggilku Na.. Nena. Ben. Bena. Namun ada yang memanggilku I_beng. mungkin karena aku suka makan Beng Beng ?! Dan karena sesuatu alasan khusus aku menyebut diriku Anna. 'Annastasia'. Ini adalah catatan kecil ten...