[Waktu menunjukkan jam sepuluh malam]
Aku sempat melihat kearah jam digital yang menyala merah di lobby bioskop saat aku melintasinya.
Itu artinya hari sudah cukup malam, dan itu juga berarti kamar sewaku tidak jauh lagi. Hanya tinggal tiga tikungan saja. Melintasi jalan ke kompleks yang agak lebar, lalu masuk ke dalam gang, kemudian belok menuju rumah Robin, tempat kostku.
Seperti biasa aku pulang seorang diri.
Langit gelap. Lampu jalanan yang jaraknya berjauhan tak terlalu menerangi aspal menuju tempat tinggalku. Suasana sepi. Jalanan malam itu entah mengapa sudah lengang.
Dan aku memikirkannya.
Isi kepalaku ada dia..
'Andry.'Setiap satu langkahku aku mengingatnya. Mengingat bagaimana dia memanggil namaku, mengingat bagaimana dia tersenyum untukku, dan mengingat bagaimana cara dia berbicara dihadapanku..
Saat bersamaku dia menyebut dirinya aku, bukan gue seperti biasa dia bicara dengan teman-temannya. Dan dia juga menyebutku dengan namaku bukan menyebut elo.
Ah, dia sungguh
Sangat ..
Sangat ..
Sangat..
Manis.Saat itu,..
di jalan itu,..
Aku memikirkan hal itu
dan juga bertanya dalam hati"Apa Andry ada diteras rumahnya sekarang?"
"Apa dia menungguku?"
Lalu aku tersenyum sendiri.
Aku masih belum selesai dengan pikiran konyolku, saat tiba-tiba seseorang dengan motornya berhenti tepat dihadapanku. Menghalangi langkah kakiku dan tentu mengagetkanku.
Sungguh, waktu itu jantungku seperti mau berhenti karena peristiwa itu benar benar tiba-tiba, mengejutkanku
ditengah-tengah lamunanku,
dan sama sekali tak kuduga.Jaket kulit hitam,
Helm full face hitam,
Jeans yang sepertinya juga hitam,
Sepatu hitam,
Sarung tangan hitam,
Dan motor yang dipakainya pun tampak berwarna hitam.Yang terlintas dikepalaku pertama kali adalah..
Seseorang dihadapanku ini penjahat, kriminal, tukang culik, perampok. Inikah Jakarta yang keras itu kawan?
Benar. Sesaat aku merasa takut. Tapi kemudian nalarku berkata,
"Kalau dia memang berniat jahat, pasti dia sudah melakukan sesuatu padaku."
Lalu aku berpikir lagi,
Apa yang mau dirampok dariku? Hanya gadis dengan sepatu kets, kaos putih lengan pendek dan jeans murah. Sama sekali tak terlihat mewah. Bahkan tas selempangku hanya berisi buku dan uang tak lebih dari 30 ribu.Lintasan sekejap itu akhirnya pergi dari pikiranku. Aku menatap helm yang rapat menutupi wajah seseorang yang ada persis di depanku itu. Dan tetap saja aku tidak bisa menebak siapa orang yang memakainya karena kaca helmnya pun berwarna gelap.
Seseorang dengan kostum serba gelap, dibawah langit yang pekat menghalangi jalanku, ahirnya ada satu hal yang masuk akal melintas di kepalaku..
"Apa dia mengenalku?"
Aku memberi kode untuk dia menaikkan kaca helmnya.
Dan,
tarara..!
Senyum itu benar benar membuat jantungku berhenti sesaat. Meskipun dengan penerangan yang kurang, wajah bersih itu sangat mudah kukenali.
Tak terpikir sama sekali di kepalaku kalau dia ituu..
"Hayu naik, aku anter pulang..!"
ucap Andry.Setelah selesai rasa terkejutku, akhirnya aku tertawa. Bukan apa-apa, tapi karena kamar sewaku tinggal dua tikungan lagi. Paling jauh cuma 60 meter dari tempat itu. Pokoknya ga jauh lah..
" Sudah deket Andry.."
ucapku"Gapapa I Beng'.."
Jawabnya"Jangan..!
Gak enak dilihat orang Ndry.." ucapku lagi"Emang napa.. Beng?"
Tanyanya sambil turun dan memutar motornya.
Begitulah, ahirnya aku terlibat obrolan aneh dengannya karena dia tetap mengantarku pulang dengan motor yang dituntunnya. Berjalan disisiku, dan tertawa - tawa bersama.
Sebelum sampai tikungan dekat rumahnya aku berucap
"Udah.. Sampai sini aja.. Terimakasih sudah mengantarku Dry.."
Dia tersenyum, dan bilang
"Daa.. Sampai bertemu besok lagi yaa 'Beng Beng'.."
Aku menyimpan kalimatnya itu di buku harianku, menyimpan senyumannya di ingatanku. Dan aku menyimpan namanya.. di hatiku.
*[Jatinegara entah tahun berapa.]
KAMU SEDANG MEMBACA
FRAGMEN
RandomNamaku Bena. Sebagian temanku memanggilku Na.. Nena. Ben. Bena. Namun ada yang memanggilku I_beng. mungkin karena aku suka makan Beng Beng ?! Dan karena sesuatu alasan khusus aku menyebut diriku Anna. 'Annastasia'. Ini adalah catatan kecil ten...