Metropolitan Am In Love

20 0 0
                                    

Umurku baru 17 saat itu, dan baru lulus SMU. Rencananya sih mau ambil Diploma setelahnya. Tapi entah kenapa ragaku itu bisa tersasar di MM Bekasi. Di salah satu Restoran Burger yang paling classic waktu itu.

Dua minggu disana, mengantarku pada kisah ini.

[Begini kisahku..]

Namanya Sugi, aku memanggilnya dengan panggilan sopan 'kak'.

Dia supervisor baru magang dan aku crew baru belajar.

Sebenarnya hampir jarang aku melihatnya ada di store, tapi sekalinya dia ada, pasti dia sempatkan untuk berada di sisiku, menemaniku, dan mengajarkanku banyak hal yang belum aku tahu.
Meskipun dalam durasi yang terbatas tentu saja.

Menurutku agak aneh saja sih karena itu bukan tugasnya. Kami ada schedulle sendiri untuk kakak senior mengajari kami.

Ya aneh memang,.. karena tiba - tiba saja dia ada dibelakangku, tiba -tiba dia mengambilkan sesuatu yang kubutuhkan, tiba - tiba saja dia mengulurkan plester saat tanganku terluka.

Sampai -sampai ada yang memperhatikan dan bilang, dimana ada Sugi disitu ada aku. "Sudah kayak sendal saja mereka, dimana mana selalu berdua.." ucap orang itu, entah siapa aku lupa.

Waktu itu.. Boro- boro sempat terpikir olehku untuk menyukainya,
Ya ampun.. saat itu aku belum berani. Aku masih belum memikirkannya. Aku masih 17 tahun dan kak Sugi juga sepertinya masih 20 tahunan.

[Jadi ceritanya begini.. Hari itu hari terakhir aku training.]

Tinggal beberapa jam lagi aku akan meninggalkan tempat itu. Meninggalkan kakak - kakak senior yang lucu, yang baik, yang konyol.. Meninggalkan tray - tray kotor yang biasanya kami bersihkan. Meninggalkan meja - meja berantakan yang biasanya kami rapikan. Meninggalkan bun - bun beku yang biasanya kami thowing_kan. Meninggalkan meja kasir dengan PLU PLU nya yang setiap hari kami jaga dan perhatikan.

Dan jugaa..

Meninggalkan 'Dia'..
Kakak supervisorku yang seharian ini tidak terlihat dan entah berada dimana.

Aku menghampiri papan schedulle, mengurut nama yang tertulis diselembar kertas yang ditempel di white board dengan jariku.

"Nah ini dia..!"

Harusnya dia masuk sore jam dua. Tapi ini sudah setengah tiga kenapa dia belum ada? Kemana gerangan dirinya? Sakit kah? Atau memang ada urusan ditempat lain..

Belum selesai aku berdialog dengan pikiranku tiba-tiba seseorang sudah dibelakangku dan membuatku terkejut.

"Hayo lihat schedulle aku ya?"

Aku nyaris lemas karena kaget melihat kehadirannya yang tiba-tiba begitu saja dengan setumpuk kertas print out diatas kedua lengannya. Dia terlihat sedang sibuk dan banyak kerjaan.

"Kaget ih.." ucapku karena memang benar-benar terkejut.

"Baru dateng?" tanyaku kemudian.

"Dari pagi Non.. Nih bentar lagi aku pulang."

Jawabnya sambil tersenyum, sepertinya kakak itu senang bisa menebak pikiranku. Dia tahu aku berdiri ditempat itu sedang melihat jadwal kerjanya.

"Kok..!"
Aku menunjuk schedulenya yang tertulis masuk siang.

"Iyaa.. Aku sengaja tuker shift. Biar bareng kamu."

Ucap kakak itu dengan sedikit berbisik. Kemudian dia meninggalkanku yang masih terpaku merinding didepan dinding papan schedulle.

Aku sedikit meragukannya dan berpikir dia cuma bercanda.

[Setengah jam kemudian]

Kakak itu datang mendekatiku. Dia tampak berbeda setelah lepas seragam.

Jins, sneakers, t - shirt dan topi di kepalanya membuatku sesaat lupa berkedip.

"Aku tunggu di depan ya..!" Ucapnya lagi setelah berada dihadapku.

Entah senang, entah bingung. Aku mengangguk.

Aku masih saja melihat langkah panjangnya saat dia membuka pintu untuk keluar. Dan sebelum dia benar-benar menghilang dibalik pintu, kakak itu menoleh untukku.

Dia melihatku yang masih terpaku melihat perginya.

"Di depan ya..!"
Aku mengeja bahasa bibirnya. Telunjuk jarinya mengarah ke Dinning Room. Aku mengangguk mengiyakan.

[satu jam kemudian]

Setelah berpamitan dengan management dan kakak - kakak senior, aku memasukkan kartu absensi, lalu melangkah keluar. Teringat akan janjiku dengan kakak supervisor.

Ya,.. Dinning Room.
Pandanganku menyapu sepanjang ruangan sampai ke pojok- pojok ruang, tapi tak menemukannya. Kemudian juga keperhatikan lorong khusus menuju pintu belakang, dan.. kosong.

Sudahlah, mungkin kakak itu tidak sungguh - sungguh dengan ucapannya..

Ahirnya aku sedikit berlari mengejar teman temanku yang sudah jauh meninggalkan store lebih dahulu, aku memutuskan untuk bergabung dengan mereka.

Kami berlama - lama di toilet, saling menunggu dan bercanda. Keliling departemen store. Lalu menonton show life musiknya Sahrul Gunawan.
Sampai akhirnya aku harus melambaikan tangan untuk teman- temanku karena pintu keluar kami berbeda.

Pintu kaca bergeser lebar, langkah kakiku disambut cahaya langit yang sudah pudar.

Baru beberapa langkah aku meninggalkan ruang dingin itu, suara seseorang menghentikanku.

"Hei.. Di sini."
Ucapnya sambil berjalan ke arahku.

Senyumnya terkembang tanpa protes kenapa aku sangat terlambat.

Sungguh aku tak tahu kalau dia menungguku di depan gedung. Aku pikir dia menungguku di dinning room, atau didekat eskalator, atau diluar store kami, bukan di depan Mall ini.

"Maaf, aku pikir kakak tidak jadi menungguku."

Ucapku lirih. Ada penyesalan yang tersirat karena sudah membuatnya menunggu lama. Kakak itu hanya tersenyum, pertanda dia tidak keberatan sudah menungguku selama itu

"Kalau aku bilang akan menunggu, pasti aku akan tunggu."

Ucapnya menenangkan rasa bersalahku.

Angin berhembus menyibak rambut sebahuku, pria bertopi hitam didepanku menatapku. Senyumnya menyejukkan hati

Tiba tiba aku merasa memiliki dunia sendiri.

Dalam sekejap mata,
mobil - mobil yang diam di parkiran menghilang,
orang - orang yang berlalu lalang sirna.

Hanya ada kami berdua di bawah langit sore yang menjingga dan angin yang berhembus manja.

Hei Waktu..!
Berhentilah saja disitu

FRAGMEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang