"Elo gak sadar? Lagi itu elo bilang ke abangmu itu.. Kamu Siapa?.."
Aku melongo. Kapan? Tentang apa? Pada saat yang bagaimana? Iya kah? begitukah bambang? Aku memutar mutar ingatanku.
"Dan Dia kesal. Karena elo nggak nganggep dia siapa - siapanya elo." Begitu kata Iway.
Oh ya ampun. Aku ingin mencari gardu listrik lalu menjedotkan jidatku disana tiga kali atau mungkin tujuh kali
"Elo tuh jahat tauk. Coba elo yang digituin.." Iway membelanya.
Dasar mereka itu. Membiarkan sifat kekanakannya tumbuh liar dan menyiksaku. Harusnya kan Iway mendamaikan dengan mengatakan kalau pasti tidak ada magsud aku berkata begitu.
"Lalu sekarang aku harus bagaimana?" Aku menatap wajah sahabat terbaikku itu.
"Ayo kita kerumahnya sekarang, dia pasti merasa baikan setelah kita acak acak kamarnya." Begitulah rencana Iway, dan aku setuju saja.
Sesampainya disana, cuma dengan kalimat yang keluar dari mulut Iway "Udah apa.. kalian baikan aja, capek guwe.." Abangku itu melumer. Membelikanku nasi goreng gila, pisang krispi, kwaci, dan satu botol besar minuman berkarbonasi. Tak lupa memecah batu es dari kulkasnya.
Dimalam yang semakin larut itu kita mabuk bertiga. Mabuk kekenyangan magsudnya.
Iway tertidur duluan, aku melanjutkan ngobrol di rooftop menggelar tikar. Ditemani dua gelas kopi krimer dan camilan.
Di langit luas yang memayungi kami, bulan menggantung.. kadang cemberut kadang tertawa.
Aku melepas rinduku sampai pagi tiba.
(Jatinegara, entah tahun berapa.)
..Tidak ada yang lebih mendamaikan selain tertawa bersama kawan yang mencintai kita..
Best Friend yang bernama Agus, selalu berbahagia lah.
~Aku menyayangimu~
KAMU SEDANG MEMBACA
FRAGMEN
RandomNamaku Bena. Sebagian temanku memanggilku Na.. Nena. Ben. Bena. Namun ada yang memanggilku I_beng. mungkin karena aku suka makan Beng Beng ?! Dan karena sesuatu alasan khusus aku menyebut diriku Anna. 'Annastasia'. Ini adalah catatan kecil ten...