Sebegitu marahnya dia. Sebegitu benci padaku. Sebegitu mengecewakan kah sikapku?
Tapi kenapa?
Aku pontang panting mengejarnya. Pria ber hoodie abu - abu monyet dengan topi biru di kepalanya.
Setelah di sampingnya, seperti biasa kugayutkan lenganku di lengannya.
Dengan sambil mengatur nafas, aku bertanya.
"Hei Abang.. Hari ini bagaimana kabarmu?"Masih saja pria itu acuh, bahkan pandangan matanya pun jauh. Dan ini terus terjadi di hari yang kesepuluh.
Aku ada disini, tolong sudahi apa marahmu.. Duniaku sepi tanpa suaramu yang sering kali berisik di telingaku.
Aku berusaha merenggut tatapan matanya, tapi bola mata legam itu sama sekali tak peduli. Terlihat tak menganggapku ada. Aku tak mengapa, tetap kuceritakan padanya tentang ikan Gapi di akuariumku yang mati tadi pagi. Teman temannya tertawa, bukan karena kisahku yang lucu. Tapi mereka menertawaiku karena aku hanya bicara sama angin, dan sikapmu masih saja sangat dingin.
Kau tepiskan lenganku dan berlalu begitu saja meninggalkan aku yang masih terpaku.
Cukup hari ini.
Aku sudah berusaha.
Tak mengapa kalau sikapmu masih begitu saja.
Ahh..
Sebenarnya dia kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
FRAGMEN
RandomNamaku Bena. Sebagian temanku memanggilku Na.. Nena. Ben. Bena. Namun ada yang memanggilku I_beng. mungkin karena aku suka makan Beng Beng ?! Dan karena sesuatu alasan khusus aku menyebut diriku Anna. 'Annastasia'. Ini adalah catatan kecil ten...