✧17

192 19 8
                                    


PENDOSA ITU BERNAMA...(LEE SEOKMIN)

....

✖️✖️

(HONG JISOO,

JEON WONWOO)

DAN...

YOON JEONGHAN.

Kau akan mengetahui kebenarannya, jika...

Jeonghan dengan segera melipat kertas tersebut, wajahnya terlihat sangat ketakutan sekarang, ia mencoba untuk bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.

"Masa ada nama gue sih." Ucapnya dengan kesal.

Jeonghan masih belum mengerti sepenuhnya, ia lalu mencoba membuka kembali kertas tersebut, dan membacanya dengan sangat detail.

"Bentar, nama yang dua ini kok kayak di silang gitu, biasanya kalo ada tanda silang berarti mati, ini nama gue masih ngegabung ke yang di silang apa kagak yah."

Jeonghan mengeluarkan lembaran kertas yang serupa tetapi dengan tulisan yang berbeda, dan Jeonghan sangat menyesal karena telah membaca lembar terakhir dari buku itu.

"Gue.. gue yang udah bunuh Wonwoo?"

✯⁠)✿

Hari ini Jeonghan memutuskan untuk mengajak Dino serta Dokyeom ke tempat yang pernah ia kunjungi bersama Wonwoo.

"Gue males kalau harus basa-basi, jadi. Di antara kalian berdua siapa yang namanya Lee Seokmin?" Tanya Jeonghan.

"Tiba-tiba banget, emang ada apaan?" Tanya balik Dino.

"Yang gue tau marga kalian berdua Lee, tapi gue kagak tau siapa yang namanya Lee Seokmin." Jelas Jeonghan.

"Gue." Balas Dokyeom.

Jeonghan bersmirk. "Gue ada perlu sama lo."

✯⁠)✿

Jun memegangi Dadanya yang terasa sakit, ia dengan cepat bergegas menuju kamar sang Ayah. Jun langsung masuk ke dalam kamar Ayahnya begitu saja, tanpa mengetuknya terlebih dahulu. "Shh- Ayah sakit."

Raja William mendongak dan melihat putranya yang sedang meringis kesakitan. Ia dengan segera menghampiri putranya.

"Apa terasa sangat sakit?" Tanyanya, Jun mengangguk.

Raja William langsung mendekap tubuh putranya, berharap jika rasa sakitnya bisa berkurang walaupun hanya sedikit, karena tidak bisa di pungkiri jika dirinya sangat amat khawatir terhadap kondisi sang anak saat ini.

"Racun itu seperti membunuhku dengan perlahan, begitu menyakitkan. Ku rasa jauh lebih baik jika aku mati"

Raja William menggeleng dan menatap kesal kearah sang anak.

"Jika kau mati, Ayah akan menghukum mu!" Jun terkekeh mendengarnya.

"Bagaimana Ayah bisa menghukumku jika aku sudah mati?" Tanya Jun.

Raja William mengelus-elus pelan punggung putranya. "Dengan menghidupkan mu kembali."

"Sama seperti dulu?" Raja William mengganguk sebagai balasan.

Jun menyembunyikan wajahnya di Dada bidang sang Ayah, ia mulai menumpahkan segala beban yang mengganjal di dalam hatinya dengan cara menangis.

Sudah sangat lama Jun hanya memendamnya sendirian, dan hari ini. Ia ingin menunjukan titik lemahnya pada sang Ayah.

"Kenapa hanya aku yang mengingat semua kejadiannya, kenapa hanya diriku saja yang bisa mengingat mereka, ini sangat tidak adil!" Jun meracau di dalam dekapan sang Ayah.

sesekali ia memukul kecil dadanya yang terasa sesak dan nyeri.

Raja William menggenggam tangan sang anak yang sendari tadi terus menerus memukuli Dadanya sendiri.

"Kau bisa memukul Ayah untuk mengurangi rasa sakitmu, jika Ayah memiliki kekuatan untuk bisa memindahkan rasa sakit, maka dengan senang hati Ayah akan menggantikan posisimu, Ayah sangat terluka melihat mu seperti ini"

Raja William mengusap pelan pipi sang anak yang telah di basahi oleh air mata.

Jun mendongak dan menatap lekat mata sang Ayah. "Aku mengantuk, aku ingin tidur dalam pelukan Ayah seperti ini, aku janji hanya hari ini"

Raja William mengganguk.

"Tidurlah, sudah lama sekali Ayah tidak melihatmu bermanja seperti ini" Jun mendengus kesal mendengarnya.

"Aku? Tidak!" Elaknya.

Jun mulai mencari posisi nyaman dalam pelukan sang Ayah, ia mulai memejamkan kedua matanya.

Setelah beberapa saat, terdengar dengkuran halus dari Jun.

Raja William menatap lekat wajah putranya yang begitu damai saat tertidur.

Ia terus memandanginya entah sampai kapan, mungkin sampai putranya ini bangun.

Entahlah, yang jelas ia sama sekali tak terganggu dengan hal ini.

TBC...

TRANSMIGRASI 17 [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang