21. Carried situation

198 43 0
                                    

Selamat membaca
Semoga suka

✧✧◍⁠••⁠◍✧✧

Makanan sudah tersaji dengan sempurna, keduanya sudah duduk berhadapan di meja makan. "Genta nggak ikut?" Shena membuka obrolan.

Angkasa menggeleng. "Main game sama kakaknya. Athena,"

"Ya?"

"Saya ingin meminta maaf atas kejadian tadi siang, tidak seharusnya saya menuduh kamu yang tidak-tidak dan marah sampai melampiaskannya ke Gentara. I really sorry, saya tidak akan mengulangi lagi mempersoalkan masalah sepele dan terpengaruh omongan Noah yang suka sekali menggoda saya dan membuat saya emosi."

Shena menghela napasnya. "Sudah minta maaf ke Genta?" dia sudah biasa dengan hal sepele, jadi lebih penting menanyakan Gentara.

"I did,"

"Why you so mad when Noah said we're lunch together, lunch together doesn't mean we will together in the r-word, especially i know who i am now. Harusnya bukan hal yang besar dan mempengaruhi Om, karena Om dan aku hanya terpaksa in this situation. Om Angkasa cemburu?"

Angkasa tampak kelabakan dengan serangan Shena yang tiba-tiba. Pria itu berdeham untuk menyusun kata-kata. "Tidak, pekerjaan saya yang banyak memengaruhi emosi. Wajar saja kan saya marah jika calon istri saya makan siang dengan pria lain?"

"Pria lain itu anak Om. Its okay, alasan diterima." goda Shena dengan mengedipkan matanya. Sangat susah mendapatkan pengakuan Angkasa bahwa pria itu cemburu.

Acara makan malam sudah selesai. Shena meminta Angkasa untuk duduk saja, agar dia yang membereskan bekas makan malam mereka.

"Athena,"

"Ya?" Shena hanya menyahut tanpa menoleh karena perempuan itu masih sibuk merapikan meja makan.

"Look at me, and take it."

"Apa-" Shena menutup mulutnya. "Om, kenapa pakai acara gini?" perempuan itu masih terkejut. Tapi, tangannya bergerak menyuruh Angkasa berdiri. Tidak baik menyuruh orang tua berlutut bukan?

"Saya hanya ingin meminta kamu dengan cara yang benar," Shena meletakkan gelas yang untung saja tidak tumpah di meja karena tadi ia hendak minum.

Setelahnya ia menyodorkan tangan kearah Angkasa. "Pakaikan!" pintanya. Angkasa bergerak memasukkan cincin berwarna abu-abu itu ke jari tengah Shena.

"Ada kebaya juga dari ibu dan ini buat kamu,"

"Om sejak kapan bawa bunga sebesar ini? dan tolong sampaikan makasihku ke ibu ya Om,"

"Akan saya sampaikan,"

Keduanya kembalinya terdiam dengan saling berhadapan. Shena yang bersandarkan pada meja makan dengan masih memegang segelas air, dan Angkasa yang ada didepannya dengan bersedekap dada.

Angkasa menyadari bahwa Shena menatapnya. "Ada apa Athena?"

"Aku boleh peluk Om?"

Pria itu tersenyum. "Come here,"

Shena merasa begitu nyaman dipelukan Angkasa. Tanpa pria itu mengucapkan kata sayang, pelukan ini sudah membuat Shena merasa disayang.

✧✧◍⁠••⁠◍✧✧

"Om langsung pulang?" tanya Shena masih berada dalam pelukan Angkasa. Keduanya kini duduk santai di ruang tengah.

Angkasa berkata sembari mengelus rambut hitam Shena. "Mau kamu gimana hm?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Your Dad, My Next!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang