15. Tentang Dia

5 2 0
                                    

Zia memandangi catatan di buku harian kecilnya.

Tipe cewek yang disukain Radit
1. Rajin belajar + pinter
2. Ga ngomong kasar ✔️
3. Rapi dan wangi ✔️
4. Peduli kesehatan, olahraga ✔️
5. Peduli lingkungan ✔️
6. Suka baca buku psikologi
7. Cantik ✔️

"Intinya green flag banget lah," ujar Zia memberitahu Fiona hasil penelitiannya, sekaligus mememberitahu juga secara terang-terangan kalau dia ingin menjadikan Radit pacarnya.

"Pantesan akhir-akhir ini lo tiba-tiba jadi rajin," komentar Fiona baru mengerti. "Lo bisa tau ini semua dari mana?" Fiona melihat catatan itu.

Zia mengulas senyum bangga. "Gampanglah buat gue," ujarnya teringat setiap momen dia dan Radit mengobrol, pasti Zia selipkan pertanyaan-pertanyaan seperti, 'Oh lo suka yang kayak gitu, ya? Lo sukanya yang kayak gimana? Bagus gak menurut lo?'

Begitulah cara Zia hingga dia bisa mengumpulkan informasi ini, dia pikir tidak mungkin jika langsung bertanya, 'tipe cewek yang lo suka kayak gimana?' Yang ada Radit bakal ilfeel.

Zia merogoh sesuatu dari dalam tasnya, lalu menyodorkan pada Fiona. "Thanks, gue udah selesai baca."

Fiona menyambut buku itu sambil menatap Zia dengan penuh tanya, Zia baru meminjamnya 3 hari yang lalu. "Beneran udah? Pasti banyak lo skip 'kan!" ledeknya tidak percaya.

"Enak aja!" sahut Zia meninggikan suara, Lisa dan Wiwin yang duduk di belakang sampai menatapnya bingung. "Gue beneran baca semuanya, full!"

"Dalam tiga hari doang?"

"Iya," jawab Zia mengangguk yakin. "Kenapa? Gak percaya?"

Mustahil..., batin Fiona sulit percaya.

"Gue harus selesain seenggaknya empat buku lagi, baru kedua list ini bakal gue centang," ujarnya menatap daftar itu dengan haru, kemudian beralih menatap Fiona. "Buku yang gue minta kemarin, lo bawain?" tanyanya.

Fiona mengangguk, dia mengeluarkan satu buku bersampul putih itu. "Gue cuma punya yang Atomic Habits, Psycology of money lo cari aja di perpus sekolah, seingat gue ada di sana."

Zia mengambil buku itu, dia menatapnya lekat, melihat betapa tebalnya lembaran kertas itu, lalu membalik beberapa halaman sambil mencium aroma kertas yang khas.

"Thanks, Fiona," ucapnya. Zia menarik napas dalam dengan wajah keberatan yang nampak disembunyikan. "Oke, gue pasti bisa, huft..."

"Buat pemula, mending jangan ngebut-ngebut bacanya, apalagi maksain selesai sesuai target. Nikmati bacaan lo, gakpapa perlahan, yang penting intisarinya bisa lo dapat," ujar Fiona mengungkapkan maksud keterkejutannya, sebab dia kenal betul seorang Zia. Jangankan membaca buku nonfiksi yang tebal begini, membaca rangkuman pelajaran saja sudah mengeluh mumet.

"Apaan sih, gue bisa kok, gue nikmatin."

"Gue cuma gak mau lo maksain diri. Lo berubah terlalu drastis dalam waktu singkat."

"Lo gak seneng gue mau jadi lebih baik?"

"Pastilah gue seneng. Cuman maksud gue jangan sampai lo kehilangan diri lo sendiri, lo gak perlu jadi orang lain untuk bisa jadi lebih baik. Berubah perlahan, jadilah versi terbaik dari diri lo sendiri," jelas Fiona serius. "Dan saran gue, jangan alasan utama lo cuma buat dapatin cowok yang lo suka aja, itu terlalu dangkal."

Zia mencebik. "Dangkal? Bagi gue dapatin Radit itu bukan hal yang dangkal," balas Zia tak lagi memedulikan Fiona. Dia beralih pada ponselnya dan mulai asyik sendiri.

Jangan Jatuh Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang