Chapter 15

144 29 11
                                    

Happy reading! Jangan lupa vote dan comment nya ya. Terima kasih.

***

Sagara dan Anyelir masih seperti perang dingin. Mereka memang bekerja seperti biasanya, terlibat urusan pekerjaan yang juga seperti biasanya, tapi aura keduanya sama-sama bikin semua orang merinding. Anyelir yang biasanya sedikit periang dan lumayan banyak tawa jadi lebih banyak diam ketika ada Sagara di sekitarnya. Sementara Sagara kan memang jarang tersenyum, tapi lelaki itu beberapa kali kedapatan mencuri pandang pada Anyelir. Meninggalkan tanda tanya besar pada seluruh tim mereka, apa yang terjadi dengan dua orang tersebut.

"Jadi sudah clear kan semuanya?" Tanya Anyelir memastikan.

"Sudah Mbak, ini sudah semua kok..." Anyelir mengangguk mengerti. Hari Jumat dan pekerjaan sudah selesai itu adalah berkah tersendiri. Paling tidak Anyelir tidak perlu repot menghabiskan akhir pekannya dengan memikirkan pekerjaan apa yang masih harus segera diselesaikan di hari Senin nya.

"Bagus kalau begitu. Terima kasih ya semuanya..." kata Anyelir dengan senyuman yang manis. Mereka bubar dari ruang rapat. Buru-buru Anyelir merogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponselnya. Senyumnya semakin lebar ketika membaca satu pesan dari Desmond.


From : Desmond

Aku punya ide mau makan malam dimana nanti. Jam berapa aku jemput kamu?


To : Desmond

Pekerjaan aku sudah selesai! Jam enam boleh, atau sebisanya kamu saja, tapi jangan masih jam kerja juga. See you...


Anyelir kembali memasukkan ponselnya ke dalam kantong dan berjalan begitu saja. Tidak sadar kalau di belakangnya Sagara memperhatikan gerak-gerik Anyelir yang menurutnya mencurigakan. Tapi Sagara juga tidak bisa bertanya, dia tidak berhak bertanya apapun seputar kehidupan pribadi Anyelir. Memangnya siapa dirinya.

Kembali ke ruangannya, Anyelir buru-buru langsung bekerja, membereskan sisa-sisa pekerjaan yang masih bisa dia bereskan karena sekarang sudah hampir setengah lima sore. Paling tidak dia bisa membereskan beberapa supaya Senin pagi nya nanti dia tidak buru-buru seperti orang kesetanan.

"Buru-buru banget Mbak? Memang mau pulang jam berapa hari ini?" Tanya Dewa iseng.

"Jam enam kayaknya... Kalian kalau mau pulang langsung jam lima ya pulang saja. Jumat loh ini, macet banget pasti..." gumam Anyelir tanpa mengalihkan tatapannya dari pekerjaannya.

Keempat orang itu saling menatap. Terutama Meli yang mulai melempar kode-kode jahil pada ketiga lelaki disana. "Mau kencan ya Mbak?" Tanya Meli dengan berani.

"Bukan urusan kalian, kalau mau pulang cepat beresin dulu semua ya. Aku nggak mau Senin nanti lari-lari minta approval aku." Lagi kata Anyelir dengan cuek. Bibir Meli langsung manyun mendengarnya. Sementara Dewa, Putra, dan Tanto sekuat tenaga menahan tawa. Anyelir tidak bisa di provokasi.

"Kemarin kata sekuriti Mbak Anyelir dijemput sama mobil wah di lobby. Pacarnya ya Mbak?" Masih tidak puas juga Meli mengulik informasi dari Anyelir. Dengan malas Anyelir menatap Meli.

"Udah deh Mel, kerjaan kamu aja masih tiga yang belum approval aku kan? Kapan mau kamu kasih?" Meli langsung balik badan dan mengerjakan pekerjaannya. Membuat tawa ketiga lelaki disana akhirnya pecah. Ibarat susunan keluarga, Meli adalah anak bontot yang selalu kena masalah dan dimarahi.

Another LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang