Chapter 25

59 13 0
                                    

Happy reading, jangan lupa vote dan comment nya. Terima kasih.

***

"Kalian ini kok sakit bisa barengan gitu? Bingung gue jadinya..." ujar Pak Rendra sambil mengaduk mie ayamnya. Anyelir dan Sagara sedang berada di ruangan Pak Rendra. Sesekali Anyelir mencuri pandang pada Sagara yang wajahnya juga masih terlihat pucat seperti dirinya.

Anyelir baru tahu kalau Sagara juga ikutan sakit di hari yang sama setelah lelaki itu mengantarnya pulang. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah mereka juga sama-sama tidak masuk selama dua hari lamanya. Bahkan setelah dua hari baik Anyelir maupun Sagara mereka datang ke kantor dengan kondisi wajah yang masih pucat.

"Jadi kalian sudah bisa kerja belum nih? Gue takut juga kenapa-kenapa kan. Kalau masih belum bisa sebagian pekerjaan kalian gue lempar ke tim lain dulu."

"Bisa kok Pak!" Jawab Anyelir dan Sagara kompak, bersamaan. Pak Rendra menatap mereka secara bergantian sebelum kembali menyuapkan mie ayam.

"Ya sudah kalau gitu, banyak yang harus kalian urus, hari ini ke Bogor kan. Kalian boleh jalan sekarang. Jangan lupa makan, nanti pingsan lagi disana bingung." Kata Pak Rendra mengingatkan. Anyelir dan Sagara mengangguk, kemudian keluar dari sana.

Berjalan beriringan, Anyelir merasakan kalau tatapan beberapa orang di sana seperti menguliti nya hidup-hidup. Ada yang tiba-tiba tersenyum pada Anyelir, menyapa Anyelir, padahal sebelumnya biasa saja. Anyelir memang cukup disegani, tapi tidak sampai begini juga. Dia sudah mulai merasa kalau ada yang tidak beres.

"Orang-orang pada kenapa? Mereka yang aneh apa aku yang terlalu berlebihan melihatnya?" Kata Anyelir pelan.

"Bagaimana gak aneh kalau kamu calon istrinya Desmond..." jawab Sagara cuek. Kening Anyelir berkerut mendengarnya. Dia langsung menolehkan kepala dengan cepat menatap Sagara.

"Calon istri? Desmond?" Ulang Anyelir dengan tidak percaya. Sagara melirik kesal pada Anyelir.

"Kemarin calon suami kamu di kantor, rapat. Dia menelepon kamu terang-terangan di depan semua orang yang ada di ruang rapat. Di depan Pak Rendra juga. Pas ditanya dia bilang kamu calon istrinya. Kamu kira Pak Rendra gak bergosip juga?" Sagara memutar bola matanya kesal. Sementara Anyelir berusaha menetralkan perasaan kesalnya yang tiba-tiba saja langsung menguap.

Pantas saja semua orang memperhatikannya. Desmond sih keterlaluan. Bisa-bisanya menyebarkan gosip seperti itu. Untung saja tadi Pak Rendra tidak membahasnya. Kalau tidak, Anyelir tidak tahu harus melakukan apa. Dia mau menyangkal tidak benar, siapa yang akan lebih dipercaya? Dirinya atau Desmond? Tentu saja Desmond. Anyelir bukan siapa-siapa kan.

"Terus kamu kenapa bisa ikutan sakit juga? Perasaan kemarin baik-baik saja waktu mengantarku pulang." Sagara terdiam. Dia tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya kan pada Anyelir kalau dia menerima satu bogem dari Desmond. Memalukan sekali. Ditemukan pingsan di ruang rapat saja sudah memalukan. Beruntung tidak ada yang memeriksa CCTV, meskipun dalam hati Sagara yakin Pak Rendra sudah memeriksanya lebih dulu.

"Ketularan kamu sepertinya. Besok-besok kalau sakit jangan dekat-dekat aku." Anyelir menatap Sagara dengan tidak percaya.

"Siapa yang dekat-dekat? Kan kamu yang dekat-dekat denganku!" Protes Anyelir tidak terima.

"Aku tunggu di parkiran." Sagara berlalu begitu saja meninggalkan Anyelir. Dia berjalan masuk ke ruangannya dengan wajah jengkel. Sampai di dalam semua orang kembali memperhatikannya.

"Kenapa? Kalian mau tanya saya beneran mau menikah dengan Desmond apa nggak?" Timnya yang memang gatal untuk bertanya saling pandang satu sama lain. Hanya Meli yang mengangguk dengan mantap. "Tanya ke Desmond! Percuma saya bilang apa juga kalian nggak akan percaya!" Sungut Anyelir. Dia memasukkan beberapa barang kedalam tas kemudian membawanya. Menyusul Sagara ke parkiran. Sambil berjalan ke parkiran, Anyelir menyempatkan diri untuk mengetikkan beberapa pesan pada Desmond.


Another LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang