Chapter 24

86 16 16
                                    

Happy reading. Jangan lupa vote dan comment nya. Kira-kira hari ini bisa triple update gak ya? Hahaha...

***

Dering ponsel Anyelir seketika membangunkannya dari tidurnya. Dia terlonjak ketika mendapati kalau ternyata dirinya masih seorang Anyelir. Mimpi itu terlalu nyata. Seperti kembali ke masa lalu rasanya. Buru-buru Anyelir meraih ponselnya karena panggilan tersebut tidak berhenti.

"Halo..." kata Anyelir kecil. Dia bisa mendengar desahan nafas lega dari seberang sana.

"Syukurlah kalau kamu tidak kenapa-napa. Aku dengar kalau kamu pulang lebih cepat karena sakit. Mau ke Dokter? Atau aku panggilkan Dokter ke tempau? Bagaimana perasaanmu Nye?" Desmond langsung memberondong Anyelir dengan pertanyaannya.

"Aku baik-baik saja. Tidak perlu sampai seperti itu. Hanya butuh istirahat, nanti juga sembuh." Jawab Anyelir dengan suara seraknya.

"Harusnya aku tidak mengajakmu duduk menikmati laut di malam hari." Ada nada penyesalan pada suara Desmond. Tentu saja dia merasa Anyelir sakit karena dirinya.

"Nggak perlu merasa bersalah. Aku memang sedang tidak enak badan. Harusnya aku bilang kalau aku sedang sakit. Kamu nggak salah apa-apa." Kata Anyelir menenangkan.

"Baiklah. Kabari aku kalau kamu butuh sesuatu, oke? Atau pulang kerja nanti aku ke tempatmu?"

"Tidak perlu, aku cuma butuh istirahat saja..., terima kasih Desmond."

Setelah panggilan mereka ditutup, Anyelir kembali merebahkan tubuhnya yang masih menggigil. Dia berbaring miring namun tidak memejamkan matanya. Hanya menatap lurus tanpa arah. Anyelir tidak menyangka kalau dia akan kembali dibayang-bayangi oleh kehidupan masa lalunya dengan sejelas ini. Widuri, lama-lama dirinya sendiri yang membuatnya gila dengan semua yang terjadi. Tatapan Hendrik adalah hal terakhir yang dia lihat sebelum terlahir ke kehidupan yang sekarang.

Lelaki itu begitu terluka dengan semuanya, namun tidak ada air mata yang menetes dari seorang Hendrik. Layaknya seorang Tentara, Hendrik dididik untuk mampu dalam segala situasi termasuk situasi yang tidak mengenakan sama sekali. Ada yang salah dari semua yang terjadi. Tapi Anyelir belum bisa menemukan dimana letak kesalahannya.

Dia bangkit dan meneguk segelas air mineral yang berada tidak jauh darinya. Anyelir berusaha menenangkan degup jantungnya yang masih berpacu. Jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Tidurnya lumayan lama dan nyenyak. Setidaknya dia bisa merasakan kalau tenaganya sedikit banyak sudah kembali pulih meskipun belum semuanya. Demamnya pun sudah mulai reda dengan sendirinya. Dia tidur di ruangan ber AC, namun bajunya sudah basah karena keringat.

Anyelir memutuskan untuk membersihkan diri selagi dia menunggu makan malamnya datang. Tidak berencana keluar sama sekali, Anyelir hanya memesan makanan online. Kalau mau keluar lagi sepertinya dia bisa tumbang lagi, selain itu dia juga malas keluar, bahkan malas melakukan apapun. Seperti yang dia takan tadi, dia akan benar-benar istirahat setelah ini karena dia tidak punya banyak waktu untuk tidak masuk kerja sekalipun dia sedang sakit.

Sementara itu di tempat lain, Desmond baru saja mengakhiri panggilannya dengan Anyelir di depan semua orang. Semua orang yang dimaksud adalah selain timnya sendiri, juga ada Sagara dan Pak Rendra karena memang Desmond sedang berada di kantor Anyelir. Tadinya dia sudah senang karena bisa bertemu dengan wanita itu, ternyata Anyelir nya malah pulang lebih cepat karena sakit. Dan yang membuat Desmond bertambah jengkel adalah Anyelir tidak memberitahunya, bahkan wanita itu diantar pulang oleh Sagara. Padahal kan Desmond bersedia mengantar Anyelir.

Another LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang