Sex (!)

275 22 2
                                    

"Morning ...."

Jeno dan Haechan kompak saling pandang satu sama lain, heran bukan main melihat Johnny sudah duduk di meja makan untuk sarapan. Karena, sebelumnya dia tidak pernah melakukan ini.

"Kenapa diam saja? Ayo, sarapan."

Tidak mau ambil pusing, Haechan duduk tepat di depan Johnny, dan Jeno di samping Haechan. Sandwich isi daging menjadi sarapan pagi ini.

Jeno menenggak jus apel hingga habis setengahnya lebih dulu, baru memakan sandwich. Semua kegiatan dari pemuda Taurus itu tidak lepas dari mata Johnny. Bibirnya tersenyum smirk tanpa sadar.

"Jadi, kapan Daddy akan mengenalkanku pada Mommy baru?"

"Kau sudah mengenalnya, untuk apa dikenalkan ulang."

"Aku mengenalnya? Siapa?" tanya Haechan bingung.

"Um, Om. Maaf, apa AC-nya mati ya? Soalnya panas banget."

Haechan menatap heran Jeno yang tiba-tiba memotong pembicaraan antara dirinya dengan sang Daddy. Dibuat semakin heran ketika melihat Jeno sibuk mengipaskan dirinya sendiri seperti orang kepanasan. Padahal cuaca pagi ini terlihat mendung.

"Ahhh ... Panas banget, Chan. Tolong ...." desah Jeno tak kuat menahan hawa panas dalam tubuhnya. Tentu saja itu membuat Haechan panik.

"Donghyuck, hari ini pergilah ke sekolah sendiri."

Johnny meninggalkan sarapannya dan mendekati tempat Jeno berada, Haechan menatap sang Daddy penuh tanda tanya.

"Hi, boy. You want me help you?" bisik Johnny tepat di depan telinga Jeno.

Dengan wajah yang mulai merah padam, Jeno menatap Johnny dengan mata berkaca-kaca, lalu menganggukkan kepalanya cepat-cepat.

"Daddy, apa maksudnya?" tanya Haechan.

Sekilas, Johnny menatap Haechan dengan tersenyum smirk. Ia letakkan jari telunjuknya di depan bibir, mengisyaratkan Haechan untuk tetap diam.

"He's new mom for you."

| | |

"Ahhh ... Sshhh, Om Johnny, please help me."

Johnny membawa Jeno ke kamar pribadinya di lantai 2. Mengunci pintu sebelum akhirnya kembali mendekati Jeno yang sudah ia baringkan di ranjangnya.

"Ini akan sedikit menyakitkan, tidak apa?" tanya Johnny.

Jeno mengangguk, kesadarannya sudah hilang dikuasai rangsangan hebat yang minta dituntaskan.

Johnny menarik tengkuk Jeno, melumat bibir tipis itu dengan kasar. Menyapa setiap jengkal rongga mulutnya. Lumatan antara keduanya terjadi cukup lama, dipeluk dengan hujan yang mulai jatuh membasahi bumi.

Tidak sampai di situ, Johnny merobek paksa seragam sekolah yang dikenakan Jeno. Lalu, mengecup kasar kulit putih pucat itu. Area dada Jeno sampai tidak tersisa ruang sedikitpun tanpa ruam kemerahan.

"Jangan menyesali ini, Jeno."

"Tidak akan."

Johnny membuka seluruh pakaiannya dengan terburu-buru lalu ia juga membuka celana Jeno tanpa susah payah. Kini matanya bisa melihat penis pemuda Taurus itu yang terlihat menegang.

"So big." cicit Jeno, menatap was-was area selangkangan Johnny.

"Yeah, ini akan penuh di sini." Johnny meraba lubang yang akan dimasuki nya.

"Benar-benar keturunan Taeyong. Bagaimana jika kamu saya hamili saja, Jeno?" gumam Johnny, jarinya menuntun dagu Jeno untuk menatapnya.

"Hamil? Aku tidak——"

"Saya tidak menerima penolakan."

"ARGHHHHH!!! ARGHHHHH!!!"

Seruan kesakitan Jeno menggema, memenuhi rumah diikuti suara petir menggelegar ketika Johnny tiba-tiba membawa penisnya masuk ke lubangnya dengan paksa tanpa disiapkan lebih dulu.

"Sangat sakit ya? Lihat, ada darah."

Air bening itu tidak berhenti menetes. Bahkan bibir Jeno berdarah karena di gigit olehnya sendiri. Perih, nyeri, sakit, semuanya menjadi satu. Setidaknya, pria itu seharusnya menyiapkan lubangnya dulu, Jeno bahkan tidak menyadari kapan laki-laki itu mengoleskan penisnya sendiri dengan pelumas.

"Ini tidak akan selesai dengan cepat."

Young HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang