Spin-off (3)

171 19 14
                                    

"Jeno!!"

Jeno mengernyitkan keningnya, menemukan Haechan yang sedang berlari kecil menghampirinya. Wajah dari pemuda itu terlihat sangat panik, entah apa yang sedang di khawatirkannya.

"Jeno ... hah-huh ... Aku cari kamu dari tadi." Haechan mengatur nafasnya setelah berhasil berhenti tepat dihadapannya.

"Kenapa Chan?" tanya Jeno heran.

"Kau sejak tadi tidak bisa dihubungi. Aku mencarimu, kenapa ponselmu tidak aktif?!" decak Haechan.

"Aku tadi lagi ujian dadakan, Chan. Jadi aku nonaktifkan ponselnya. Ada apa sih?"

"Daddy, Jeno. Daddy Jo ...."

Jeno semakin mengernyitkan keningnya. Ada apa dengan Johnny? Suaminya lagi di luar kota, dan tadi pagi mereka juga masih bertukar pesan menanyakan sarapan pagi pakai menu apa.

"Kau harus tenang, dan tidak panik, Jeno." Haechan menggenggam tangan Jeno kuat-kuat, sedikit meremasnya.

"Yang terlihat panik saat ini kau Haechan. Memangnya ada apa dengan Jo? Dia baik-baik saja kan."

Haechan menundukkan kepalanya dalam-dalam, "Daddy masuk ICU siang ini, Jeno."

Bagaikan disambar petir siang bolong, mendengar ruang ICU disebut oleh Haechan, membuat tubuhnya jatuh lemas. Kakinya sudah tidak sanggup menopang tubuhnya.

"ICU? Bagaimana bisa? Johnny baik-baik saja tadi pagi, Chan." Ia sampai tidak bisa berkata-kata lagi. Pikirannya menerawang jauh, saat video call pagi ini Johnny memang terlihat pucat wajahnya. Namun itu bukan hal baru lagi.

"Kita ke rumah sakit sekarang!" Sebelum Jeno berlari, Haechan sudah lebih dulu menangkapnya, memeluk tubuh sahabatnya yang kini sedang bergetar.

"Iya, kita ke rumah sakit sekarang. Tapi, kamu harus tenang lebih dulu. Jeno, Daddy gak akan suka melihat kamu lemah seperti ini." Haechan menepuk lembut punggung sahabatnya, dengan harapan bisa menyalurkan sedikit kekuatan.

"Jeno, Daddy didiagnosa kanker otak stadium akhir."

| | |

"Kau seharusnya istirahat, Johnny-ssi. Kenapa malah memanggil saya kemari?"

Jeno menghentikan langkahnya di balik tembok ruang ICU Johnny ketika mendengar suara Jaemin yang sepertinya sedang berbicara dengan suaminya.

"Menikahlah. Menikahlah dengan Jeno, Jaemin."

Walau samar, Jeno bisa mendengar dengan jelas suara pelan Johnny yang meminta pada Jaemin. Permintaan yang tidak masuk akal.

"Saya memang menyukai, Jeno. Tapi, Jeno sangat mencintaimu, Johnny-ssi. Pertemuan kami selama ini juga diisi dengan cerita darinya tentangmu. Jeno lebih ingin hidup lama dengan kamu, bukan menikah lagi."

Jawaban dari Jaemin justru membuatnya semakin terkejut. Pernyataan suka secara tidak langsung, perasaan yang entah kapan datangnya. Padahal, Jeno dan Jaemin baru dekat satu sama lain kurang lebih 3 bulan terakhir.

"Tolong, menikahlah dengan Jeno. Usia saya tidak lama lagi, saya tidak ingin Jeno hidup sendiri setelah kepergian saya."

"Johnny-ssi, saya bisa saja melakukan apa yang anda minta. Tapi, bagaimana dengan Jeno? Dia tidak akan mau menikah sama saya."

Keduanya terdiam, Jeno juga bergeming di tempatnya. Mendengar percakapan antara Jaemin dengan suaminya membuatnya ingin marah. Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Johnny. Bagaimana bisa laki-laki itu menyuruh pria lain menikahi Jeno, disaat dia masih hidup sebagai suaminya.

Young HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang