School

158 18 2
                                    

Setelah 1 minggu istirahat di rumah. Kini Jeno bisa kembali bersekolah. Pemuda Taurus itu menggendong tas-nya, menuruni anak tangga, menuju meja makan untuk sarapan. Kedua orangtuanya, Jaehyun dengan Taeyong serta kedua kakaknya Mark dan Yumi, sudah duduk manis di sana sambil makan nasi goreng buatan Taeyong.

"Morning, baby." sapa Taeyong dengan senyum cerahnya.

Setelah hari itu, banyak perubahan signifikan yang terjadi dalam seminggu. Salah satunya orangtuanya kini lebih protektif. Bahkan kedua kakaknya semakin memanjakan dirinya. Ia tahu, mereka merasa bersalah secara tidak langsung sebagai keluarga karena gak bisa menjaga dirinya. Tapi, ini benar-benar bukan salah mereka.

"Cieee ... Berangkat sekolah lagi nih." Yumi menggoda Jeno sambil toel-toel pipi Jeno yang sedikit chubby. Istirahat di rumah membuat berat badannya naik.

"Mom, Dad, bagaimana dengan Om Johnny?"

Yang paling Jeno sadari adalah selama satu Minggu ini tidak ada yang membahas kejadian hari itu. Bahkan Jeno tidak tahu nasib dirinya selanjutnya.

Taeyong tersenyum, "Tidak perlu kamu pikirkan, kamu sekolah aja yang bener dan serius. 2 bulan lagi kamu ujian tengah semester kan."

"Tapi, Mom. Bagaimana kalau Jeno hamil?" tanya Jeno lagi. Yang seketika membuat satu keluarga menghentikan aktifitas sarapannya.

"Gugurkan saja." celetuk Jaehyun dengan santainya.

"Kalau segumpal daging bisa digugurkan." Yumi menambahi.

"Berhenti membahas hal yang belum tentu terjadi, Jeno. Kamu hanya harus fokus dengan sekolahmu. Mulai hari ini juga, Daddy, Mommy, dan Mark akan bergantian antar jemput kamu. Untuk satu itu tidak ada penolakan." Taeyong mengakhiri debat yang tidak bermutu baginya.

"Besok kenalin Renjun pada kami. Siapa sosok yang bisa membuat Jeno kita bisa jatuh cinta sampai mengigau namanya saat tidur, kami ingin mengenalnya." ucap Mark yang sontak membuat pipi Jeno bersemu merah.

"Hyung! Nyebelin banget sih."

| | |

"Akhirnya, ujian selesai. Ayo kita makan-makan, guys!"

Dua bulan lebih telah berlalu begitu saja. Jeno berhasil mengalihkan pikirannya dari kejadian pelecehan seksual hari itu. Walaupun di satu bulan pertama ia mengalami stress berat. Namun, kehadiran Renjun berhasil membuat Jeno kembali sehat. Hubungannya dengan Renjun juga baik-baik saja dan begitu sehat, walau hanya pacaran di sekolah. Tapi, pertemanannya dengan Haechan sedikit renggang. Pemuda Gemini itu seperti menjaga jarak dengannya, dan lebih sering kumpul dengan anak-anak akselerasi.

"Well, ini baru langkah awal bukan? 5 bulan lagi kita ujian akhir sekolah loh." Renjun menanggapi ucapan ketua kelasnya.

"Masih lama gak sih, Renjun? Tolong gak usah diingatkan." Teman sekelasnya yang lain terlihat tidak suka jika sudah mulai membahas tentang ujian sekolah.

"Tapi kan rasanya baru kemarin kita kelas 12. Sekarang udah ujian tengah semester. Berarti waktu emang berlalu begitu cepat, kan?" Laki-laki yang akhir-akhir ini Jeno ketahui bernama Jaemin, membela Renjun.

"Haechan, biasanya lu ada saran tempat makan enak? Ada warung seafood yang enak gak yang lu tahu?" tanya ketua kelas mengalihkan topik pembicaraan.

"Ada sih. Tapi, kalau seafood gua gak bisa ikut ya. Soalnya, lagi gangguan pencernaan." jawab Haechan.

Jeno mengernyit heran, seafood adalah salah satu makanan favorit pemuda Gemini itu. Bahkan dia akan tetap memakannya walau lagi mengalami diare. Aneh sekali, jika tiba-tiba menolak makan seafood.

"Lu bisa makan yang lain, Chan. Pokoknya lu wajib ikut, dan kita tetap makan seafood. Setuju guys?!"

"Setuju!!"

| | |

"I love seafood."

Mata Renjun berbinar-binar melihat mangkuk besar berisi seafood yang siap di santap. Jeno tersenyum kecil, tidak menyesal meminta izin pada kedua orangtuanya untuk pergi makan bersama teman-temannya. Walaupun Mark juga datang untuk mengawasinya dari jauh.

"Mukbang seafood, guys!!"

Di kelasnya terdapat 20 orang siswa. Semuanya memasan mangkuk besar seafood. Kecuali Jeno dan Haechan. Jeno memilih porsi ukuran sedang, lalu Haechan memakan bibimbap porsi biasa.

"Sayang, cobain ikan hiu ini deh. Enak banget tau!"

Awalnya, mereka berdua hanya asyik dengan makanan masing-masing sampai Renjun berniat menyuapinya daging dari ikan hiu.

Melihat antusias Renjun, Jeno dengan senang hati menerima suapan itu. "Iya, enak banget sayang." katanya merespon.

"Chan, gak mau coba juga?" tanya Renjun pada Haechan yang duduk di hadapan Jeno.

Haechan menggeleng, "Perut gua lagi bermasalah, Renjun. Gua gak mau pingsan di sini dan merepotkan kalian."

Jawaban Haechan membuat Jeno semakin heran. Seberbahaya apa seafood untuk Haechan sampai bisa membuat laki-laki itu pingsan?

Saat tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba Jeno merasa perutnya sedang dililit dan diremas begitu kuat. Kepalanya menjadi pusing bukan main. Perlahan pandangannya menjadi kabur.

Mata Haechan yang sejak tadi tidak lepas memandang Jeno buru-buru menahan kepala Jeno agar tidak jatuh ke mangkung seafood yang ada di mejanya ketika menyadari sahabatnya itu jatuh pingsan.

"Jeno!" seru Renjun dan Haechan secara bersamaan tanpa sadar karena panik.

Tak lama, Mark mendekati meja makan mereka. Dan langsung menggendong Jeno, membawanya pergi menjauh tanpa pamit saking paniknya.

"Renjun tetap di sini, gua akan ikut Jeno." Setelah interupsi itu, Haechan buru-buru mengejar Mark yang sudah lebih dulu pergi.

"Hyung, gua ikut."

Mark menatap dingin laki-laki berkulit tan itu. Lalu, mengangguk dan mengizinkan Haechan ikut tanpa berdebat.

"Sorry, Hyung. Tapi, ada kemungkinan Jeno sedang hamil. Itu sebabnya dia pingsan."

Young HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang