03. Opening Blow

126 16 4
                                    

──── P r o o f ────
.
.
.
.
.

Chapter sebelumnya ...

"Maafkan, aku ..."

Orang-orang menatap kepergiannya dengan tatapan yang berbeda-beda. Sakura menatap sosok yang kini menjauh dengan segala pertanyaan di kepalanya. Sepertinya [name] akan mendapatkan 'perhatian' dari orang-orang itu.

🎐

Helaan napas kasar keluar dari mulut gadis yang kini tengah berbaring di atas futon dengan lengan yang menutupi kedua matanya.

[Name] kini berada di apartemennya, walau tempat itu seperti tidak layak untuk disebut sebagai apartemen.

Penampilannya cukup berantakan mengingat apa yang terjadi padanya pagi tadi. Ia mengangkat tangannya memperlihatkan sesuatu yang melingkari pergelangan tangannya.

Perlahan kelopak matanya mulai terasa berat, gadis itu tertidur tanpa memikirkan tubuhnya yang terasa lengket setelah seharian beraktivitas, membiarkan lampu kamarnya tetap menyala hingga pagi tiba.

🎐

"Hei, lihat itu. Dia sangat aneh."

"Dia terlihat menyeramkan ..."

Diamlah ...

"Jangan bermain dengannya, nanti kau terkena kutukan juga."

"Dia seperti penjahat dalam dongeng yang sering diceritakan ibuku."

Begitu ya ...

"Kau seperti ibumu ..."

"Menjijikkan."

"Diamlah!"

[Name], gadis itu terbangun dengan napas tersengal-sengal, keringat tampak membasahi wajahnya. Ia terduduk, [name] mengusap kasar wajahnya. Lagi-lagi mimpi dari masa lalu itu datang menghantuinya.

Gadis tersebut mendesah pelan. "Mimpi sialan ..." Gumam [name] sembari menyugar rambutnya.

[Name] menatap ke arah jendela kamarnya, ia dapat melihat bahwa matahari telah menampakkan dirinya. Gadis itu benar-benar membiarkan lampu ruangan itu menyala semalaman.

Netra blueberry miliknya tampak melirik setelan seragam yang tergantung di dinding kamarnya. [Name] kembali mengingat tujuannya untuk datang ke tempat ini.

🎐

[Name] melangkahkan kakinya santai sembari menuruni tangga di tempat yang kini ia tinggali. Sejenak ia menatap pohon besar yang berada tepat di depan apartemen dua lantai itu, maniknya bergulir mengamati bangunan yang salah satu kamarnya kini menjadi tempat tinggal gadis itu.

 Sejenak ia menatap pohon besar yang berada tepat di depan apartemen dua lantai itu, maniknya bergulir mengamati bangunan yang salah satu kamarnya kini menjadi tempat tinggal gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝙋𝙧𝙤𝙛𝙛 | 𝗪𝗶𝗻𝗱 𝗕𝗿𝗲𝗮𝗸𝗲𝗿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang