04. Maniac Worshiper

114 15 2
                                    

──── P r o o f ────
.
.
.
.
.

Chapter sebelumnya ...

[Name] menatap ke arah pengeras suara itu dengan netra blueberry yang tampak menggelap seolah tak pernah ada binar di dalamnya.

"Umemiya. Dia puncak Fuurin. Dia pasti tahu tentang itu, kan?"

🎐

Pemuda bernama Umemiya Hajime itu banyak berceloteh tentang hal-hal yang harus dilakukan selagi masih muda, ia juga menyarankan untuk membuat banyak kenangan dengan penuh arti selama mereka masih SMA.

Umemiya juga banyak bercerita tentang hal-hal yang lelaki itu sukai mulai dari pergi ke gunung hingga laut, pemuda yang kini berada di puncak Fuurin itu berbicara dengan penuh semangat.

[Name] memperhatikan sekelilingnya, semua orang yang ada di sana tampak tak bisa berbuat apa-apa saat Umemiya terus melanjutkan celotehannya.

"Dia benar-benar dihormati walau terkadang kata-kata yang diucapkannya tidak berguna," batin [name] dengan senyum simpulnya.

Lain halnya dengan Sugishita, lelaki berambut panjang itu tampak selalu mengangguk patuh pada setiap kata yang Umemiya ucapkan. [Name] yang melihat tingkah pemuda itu tampak heran dan tergelitik, apa benar dia orang yang sama dengan orang yang telah meninju wajahnya tadi.

Sakura yang berada di samping Sugishita bahkan terkejut dengan wajah yang tak dapat dikondisikan.

"Baiklah! Musim panas ini kita semua pergi ke laut! Kita makan es serut!" Teriak Umemiya dengan cerianya.

Yang dapat [name] simpulkan tentang Umemiya adalah seorang pemimpin dengan sifat kekanakannya, ia sedikit terhibur dengan itu.

Nirei yang mendengar ucapan Umemiya tentang es serut pun bergumam dengan wajah heran, "Es serut?"

Sedetik kemudian pemuda berambut kuning itu dapat merasakan tangan seseorang yang mencengkram erat kepalanya.

"Apa ada yang aneh?" Tepat di depannya, Nirei dapat melihat Sugishita yang berdiri dengan wajah kesal dan satu tangan yang terkepal.

Melihat pemandangan tersebut membuat Nirei menjadi kelabakan. "Tidak, tidak! Bukan itu maksudku!" Pemuda berambut kuning itu memohon sembari terus menggosokkan kedua telapak tangannya.

"Aku sangat bersyukur atas kata-kata dari Dewa maha Agung-mu!" lanjut Nirei dengan cepat tanpa jeda sedetik pun, berharap pemuda berambut panjang itu dapat segera melepaskannya.

Saat mendengar Umemiya kembali berbicara, Nirei dengan cepat melarikan diri dari Sugishita dan bersembunyi di balik kaki Sakura membuat pemuda dengan manik heterochromia itu terheran.

"Yah ... seharusnya dihari pertama tidak ada yang langsung berkelahi." Ucapan Umemiya membuat semua orang mengalihkan pandangannya ke arah lain, seolah tak mengetahui apa yang telah terjadi. Berbeda dengan [name], gadis itu justru memperhatikan dua orang yang kini membeku di tempatnya.

"Aku tidak bilang harus akrab juga, tapi setidaknya jagalah sikap." Sugishita dengan cepat menggosok-gosok darah yang mengalir keluar dari hidungnya dengan lengan bajunya akibat tendangan Sakura tadi. Ia berharap Umemiya tidak mengetahui apa yang sudah ia lakukan.

[Name] teringat kembali kalau ia sempat mimisan akibat pukulan gorila yang diberikan lelaki berambut panjang itu padanya, gadis itupun mengusap hidungnya dengan punggung tangannya. Walaupun darahnya sudah hilang, tapi masih meninggalkan bekas di sana.

Dapat didengar jika Umemiya melanjutkan ucapannya. "Selain itu, aku harus mengatakan ini dulu."

"Kalian ... lindungilah kota."

𝙋𝙧𝙤𝙛𝙛 | 𝗪𝗶𝗻𝗱 𝗕𝗿𝗲𝗮𝗸𝗲𝗿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang