──── P r o o f ────
.
.
.
.
.Chapter sebelumnya ...
"Dia ... tampak mirip dengan orang itu." Sekarang otaknya kembali memutar memori beberapa saat yang lalu ketika Ryu bertemu dengan sosok bersurai biru kehitaman yang tak lain dan tak bukan adalah [name]. Kemudian otaknya seakan menggabungkannya dengan kejadian beberapa tahun yang lalu.
Isi kepalanya seakan tengah sibuk menggabungkan teka-teki kecil yang ia sendiri tak yakin kebenarannya.
🎐
Di sinilah mereka sekarang, tepatnya pada sebuah kedai kecil yang ada di pusat perdagangan Tonpu. Kedai yang diberi nama Potus Cafe itu dikelola oleh Tachibana Kotoha, perempuan yang sebelumnya pernah [name] selamatkan.
Jika boleh jujur, [name] sebenarnya enggan mengikuti ajakan dari Umemiya untuk makan bersama di tempat itu. Tapi, apalah daya, tubuhnya yang masih lemas akibat perkelahiannya dengan salah satu anggota Shishitoren sebelumnya membuat gadis itu tak dapat berontak saat dirinya juga ikut ditarik pergi oleh Nirei.
Gadis dengan netra blueberry itu kini tengah duduk di samping kiri Sakura, sementara di samping kanan pemuda dwiwarna itu ada Nirei yang sedari tadi wajahnya tampak gugup. Di depan ketiganya ada Suo dan Sasaki yang juga ikut dengan mereka.
Jangan lupakan Sugishita yang juga ada di sana, pemuda itu tampaknya tak ingin bergabung dengan kelima remaja tersebut, sehingga ia lebih memilih untuk duduk di depan meja bar.
[Name] bertopang dagu seraya memandang jendela yang menampilkan gelapnya suasana malam di sana. Sebenarnya, ia tak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini, gadis itu juga tidak terlalu dekat dengan para pemuda tersebut.
Hingga suara dari remaja SMP di depannya membuat gadis bersurai biru kehitaman itu merasa terpanggil. "Anoo, maaf ..." ucap Sasaki dengan gugup, [name] hanya melirikkan matanya ke arah pemuda itu.
"Aku belum mengucapkan apapun padamu tentang kejadian beberapa saat yang lalu," tutur Sasaki dengan kepala yang menunduk.
Kemudian dengan cepat remaja SMP itu membungkuk kecil ke arah [name] yang ada di depannya. "Terima kasih karena sudah menolongku saat itu!" ungkapnya.
[Name] yang awalnya tak acuh menjadi terpegun dan menoleh sepenuhnya untuk melihat Sasaki. Gadis itu sedikit terkejut, matanya tampak tertegun, hal itu membuatnya terdiam sejenak.
Lalu, dengan kikuk [name] berkata, "O-oh, ya. Tidak masalah, itu hanya kebetulan." Setelah mengatakannya, [name] kembali membuang wajahnya sembari bertopang dagu guna menghindari tatapan dari empat pasang mata yang ada di sana.
Selang beberapa saat kemudian dapat terdengar suara keluhan seseorang, "Bagaimana ini ... Kacau sekali, ini sangat mengkhawatirkan!" Itu adalah Nirei yang sedari tadi tampak tegang kala mengingat kejadian yang dialaminya sore hari ini.
Pemuda berambut kuning itu menangkup kepalanya, ia seolah menyembunyikan wajah ketakutannya di bawah sana, bahkan keringat dingin terus mengucur membasahi wajahnya.
Lelaki bermanik heterochromia yang duduk di samping Nirei sepertinya merasa terganggu. Dengan wajah jengkel, Sakura mengeluh, "Kau ini berisik sekali dari tadi."
"Kau pikir salah siapa kita jadi seperti ini!" teriak Nirei yang terlihat sudah muak tepat di hadapan Sakura, membuat pemuda dwiwarna itu terkejut dengan telapak tangan yang menutupi kedua telinganya.
Sesaat kemudian, seorang perempuan mengenakan hoodie yang dibalut dengan apron hijau datang dengan nampan berisi empat piring omurice dan satu gelas teh hangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝙋𝙧𝙤𝙛𝙛 | 𝗪𝗶𝗻𝗱 𝗕𝗿𝗲𝗮𝗸𝗲𝗿
Fanfiction"Jangan menilaiku dengan standar yang kau buat, aku lebih suka menjadi diriku sendiri. Karena aku bukan orang lain." Seorang remaja yang selalu disebut sebagai sebuah produk gagal yang terlahir di dunia, disepelekan, dan direndahkan. Demi memenuhi p...