Marah

66 41 47
                                    

2

Rasa kesal masih sangat terasa, bibir yang di poles pink kemerahan itu juga masih dimajukan membuat Adid terkekeh menatapnya dari spion. Sekali dua kali tiga kali, entah keberapa kalinya ia terus melirik Atana dan terus di akhir dengan kekehan.

Dan Atana tentu menyadari ulah makhluk yang menyebalkan di depannya ini, namun Atana coba untuk tidak terpancing. Sepanjang itu juga Atana terus mengucapkan kata sabar..sabar..tapi ko di diemin makin jadi

"AW! "

Habis sudah kesabarannya

Atana menarik rambut Adid dengan kencang sampai membuat kepala sang empu mendongak ke atas

"Aduh.. duh anjir Na sakit bego" adunya berteriak

Tidak akan, Hahaha. Batin Atana tertawa kemenangan

"NA!! "

"gua lagi nyetir Na lepas aduhh"

Atana langsung memberhentikan aksinya, ia baru menyadari kalo tindakan nya tadi berbahaya untuk dirinya juga.

Adid mengusap kepalanya yang terasa perih karena jambakan tadi "Gila lo Na kalo rambut gua botak mau ganti pake apa lo "

"Sapu ijuk " balas Atana acuh

Adid kembali melirik spion, melihat Atana diam saja ia jadi takut. Karena mengingat kebersamaan mereka selama 3 tahun waktu itu, membuat Adid mengenal sifat Atana dengan baik.

Jika Adid sedang mengusilinya lalu di sambut dengan tawa dan sedikit jengkel merengek itu artinya Atana senang tapi jika dia hanya diam saja itu artinya Atana marah.

Flashback on

"Pensil gua mana ya Lis"

Atana terus mengobrak-abrik buku yang ada di atas mejanya, tidak menemukan nya kini Atana beralih ke dalam tasnya dan mengeluarkan semua isi membuat mejanya tambah berantakan.

"Seinget gua tadi ada di meja" monolog Atana "duh dimana ya" ujarnya dengan frustasi karena tidak ada juga di dalam tasnya

Lisa mengangkat kepala nya dari lipatan tangan nya, ya sedari tadi Lisa tertidur tapi ia masih bisa mendengar perkataan Atana saat bertanya dengan nya.

"Di betak kali Na" ucap Lisa dengan mata sayup

"Elah udah tau lagi darurat ini" kesalnya

"Pake punya gua aja tuh" tawar Lisa untuk mengakhiri kegaduhan ini dan ia bisa kembali melanjutkan tidur dengan tenang

Atana mengernyit "Nanti lu pake apa"

"Kan gua udah selesai kuisnya" jawab Lisa

"Terus nanti kuis kedua gimana? " Lisa memukul jidat nya, benar juga jika setelah ini ada kuis lagi

Ya pada pelajaran matematika mereka diwajibkan memakai pensil. Dan jika ada yang menggunakan pulpen maka tidak akan diterima tugasnya.

Sial nasib buruk selalu disekitar Atana, sekarang jadwal kuis dan pensil yang gunakan tadi hilang dengan cepat. Atana mengedarkan pandangan nya, sekarang sudah banyak yang mengumpulkan kuis pertama sedangkan Atana baru menulis angka 2x dibukunya

Atana makin dibuat panik sekarang, oiya perlunya digaris bawahi Atana tipe orang yang mempunyai panik berlebihan. Lihat saja ketika mendengar guru mulai menginterupsi akan lanjut ke kuis dua. Rasanya sekarang Atana ingin menangis dengan keringat mengucur di pelipisnya.

Atana berjongkok di bawah meja, oke hitungan detik air matanya akan jatuh mari kita hitung satu..dua..tig.

"Na ini pensi lo" tangan seseorang terulur kedepan wajahnya

WE FALL in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang