Tio Suka Atana

74 44 137
                                    

7

Atana memacu langkah kakinya dengan cepat, matanya beberapa kali melirik pada jarum jam yang melingkar ditangan kirinya, yang dimana sudah menunjukkan ia telat. Tapi ia masih merapalkan harapan semoga dosennya belum memasuki kelas.

Atana menghembuskan nafas kasar, hari Senin adalah hari yang penuh dengan keribetan menurut Atana, bagaimana tidak. Jam kelas pertama di jam setengah delapan membuat Atana sebagai anak PP alias pulang pergi harus berpacu dengan waktu, dikarenakan jarak rumah nya dan kampus memang sangat jauh dan belum lagi kemacetan yang selalu melanda di kota Jakarta.

Kalo boleh jujur Atana sungguh lelah mengahadapi hari Senin di semester ini. Lalu kenapa tidak ngekost saja? Banyak yang berkata seperti ini dan jujur hal yang paling membuat Atana malas adalah mendengar reaksi mereka ketika tahu jarak rumahnya yang sangat jauh.

Sebenarnya alasan Atana tidak ingin mengekost adalah ia belum siap sendiri, katakan saja ia masih sangat bergantung dengan kedua orang tuanya. Justru Atana sangat senang dan beruntung karena tiap hari nya ia masih bisa disiapkan makanan lalu bisa menyalami kedua orang tuanya ketika berangkat namun jika dibandingkan dengan teman-temannya yang dari berbagai kota lalu terpaksa harus mengekost dan membuat mereka jauh dari kedua orang tua dan menghilangkan momen berharga seperti nya. Atana itu mencoba menghibur dirinya sebagai anak pp gess wkwk

Ketika sudah didepan pintu Atana menghembuskan nafasnya terlebih dahulu kemudian barulah ia menarik gagang pintu untuk membuka nya membuat atensi isi kelas beralih kepadanya

Mata Atana melihat di ujung meja depan yang sudah ada pria berumur empat puluhan disana. Sial ternyata dosennya sudah ada di kelas, batin Atana panik

Atana berjalan menghampiri meja dosen "Permisi Pak maaf saya telat, tadi saya kejebak macet. Tapi saya udah bangun pagi banget Pak, emang hari ini parah banget macetnya belum lagi tadi ada mobil molen mogok Pak di bawah flyover tikungan deket sini Pak" jelas Atana panjang lebar yang sebenarnya sedikit takut-takut

Mendengar penjelasan Atana membuat keempat orang yang sedang duduk di bangkunya berusaha menahan tawa melihat kelakuan temannya, satu kata yang cocok mereka serukan untuk Atana. Konyol.

Pria yang disebut sebagai dosen itu, mengernyitkan dahi nya kala mendengarkan penuturan mahasiswi nya tanpa ia minta "Ya, silahkan duduk" Atana diam sejenak setelah itu ia baru mengangguk patuh. Ko gua ngerasa malu ya, seru batin Atana

Atana menduduki dirinya dibangku barisan ketiga yang sudah di siapkan oleh teman-temannya untuk dirinya. Udah biasa hal kegini buat ciwiciwi, gess yang nyampe duluan tepin bangku ya wkwk

"Apa? "

tanya Atana tanpa basa-basi ketika melihat ke empat temannya sedang menatap dirinya

"Mukanya sumringah banget yang abis ketemu cinta ular nya" ledek Dara, cewek yang duduk di sebelah kanan Atana

"Yoi akhirnya ketemu juga sama ular nih" Ilham ikut menyahut, pria itu duduk disebelah kiri Atana

"Na Na" panggil pria di samping Dara "Jadi lo pake adat apa nih" ujar Lintang dengan tawa gelitik nya kemudian diikuti oleh Ilham dan Dara

Atana memutarkan bola matanya, ia memilih diam dulu tidak berniat membuka mulut nya, mata dan telinga nya sedang ia usaha kan untuk tertuju pada pemaparan dosennya.

Sebenarnya ia sudah menduga pasti akan seperti ini. Ya salah nya sendiri sih karena heboh pamer jika ia akan bertemu dengan Adid. Ya nama Adid sudahlah tidak asing lagi bagi teman-teman Atana, karena hampir setiap hari Atana selalu menyebut nama pria itu membuat ke empat temannya muak, bahkan teman-teman nya menjulukinya sebagai ADCA. Bukan AADC ada apa dengan cinta tapi Atana Dan Cinta Abadinya.

WE FALL in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang