3
Adid memberhentikan motor nya di depan tempat ruko makan yang sudah ditentukan oleh teman-temannya di grup kelas.
Ya hari ini adalah hari reunian kelas mereka yang entah ke berapa kalinya, tapi bagi Atana ini adalah reuni pertama nya setelah 8 tahun.
Atana turun dari motor Adid, matanya melihat parkiran yang sudah dipenuhi oleh beberapa motor dan mobil. Sepertinya teman-teman kelas nya banyak yang dateng. Fyi tempat makannya udah di booking khusus buat mereka.
Atana berbalik menghadap sepenuhnya ke Adid yang sedang berdiri menyenderkan tubuhnya di motor. Sial jantung Atana kembali berdetak kencang, kini kedua tangan nya meremas di kedua sisi bajunya.
Dengan lampu sorot yang terang Atana bisa melihat Adid dengan jelas.
Wajah kecil tampannya yang ke jepangan dengan rahang terlihat jelas, pindah ke alisnya yang tebal, lalu hidung kecilnya yang mancung, kemudian Atana pindah ke atas, ia melihat kedua mata dengan bulu yang lentik sipit serta tajam itu secara bergantian. Hati nya berdesir hangat.
Jatuh cinta sama lo adalah suatu hal yang ga akan gua sesali Did, gua akan bilang ini sampai ribuan kali walaupun lo gatau. Batin Atana
Ia merindukan tatapan itu selama bertahun-tahun. Atana sangat hafal ketika tertawa kedua mata itu akan ikut menyipit.
"Na lu masih ngambek nih sama gua? " suara Adid membuat Atana tersadar dari alam nya
Atana berdehem "Lo nya nyebelin" balas Atana
Adid terkekeh sambil menggaruk tengkuknya "Iya iya maaf deh ga lagi gua bersin di muka lo" ucap nya sambil menaik turunkan alisnya
Lagi, Atana juga merindukan ini, senyum jahil itu yang terukir di bibir tipis dan kecil, membuat gigi kecilnya terlihat jelas. Ya ini yang paling Atana rindukan sekaligus ia sukai. Atana ga mesum ko, tapi emang manis banget senyuman nya.
"Tapi Na lo tuh orang pertama yang gua bersinin di depan muka" Atana mengerutkan alisnya
"Terus gua harus bangga gitu?"
Adid bersorak heboh "Harus Na itu penghargaan, karena artinya lo orang spesial buat liur gua"
" Kalo jadi orang spesial di hidup lo gabisa ya Did? " lirih batin Atana
Ingin sekali Atana bisa mengatakan semuanya secara langsung, tapi nyatanya ia tidak seberani itu " Dih jijik " hanya itu yang ia berani keluarkan
Adid terkekeh geli kemudian merogoh jaket hitam nya yang terasa bergetar dan mengeluarkan benda pipih tersebut, ia langsung menarik tombol hijau keatas, dan melangkah sedikit menjauh karena suara bising jalanan di belakangnya
Atana menatap sejenak punggung Adid yang sedang menelpon, lalu berbalik berjalan ke arah motor Adid lebih tepatnya spion motor. Ia membenarkan poni nya yang berantakan karena angin, lalu berpindah ke rambut ikal panjang nya yang hampir sepinggang. Selesai
Atana tersentak mendapati Adid yang sudah berdiri tepat di depannya "Dulu lo ponian ga sih? " tanya Adid tiba-tiba
"Lo lupa? " bukannya menjawab Atana malah berbalik tanya
"Lupa gua, kan udah 8 tahun Na" suara lembut Adid begitu lembut tapi hati Atana terasa seperti nyeri
Atana memaksakan senyuman nya "Dulu gua ponian" Adid membalas dengan mengangguk dan ber oh ria
"Yaudah yuk masuk Na, kegantengan gua diliatin mulu dari tadi sama orang-orang" ucap nya yang selalu diakhiri dengan kekehan dan berjalan duluan. Pede lo Did, untung ganteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
WE FALL in love
Teen Fictionketika kita jatuh cinta maka kita harus siap dengan dua kemungkinan. Entah terbalas atau bertepuk sebelah tangan. Selama 8 tahun Atana memendam rasa sukanya kepada pria yang ia temui di bangku SMP. Adid Raharja pria dengan segala hal konyolnya dan k...