Berpisah kembali

74 43 89
                                    

6

Flashback on

Hari ini adalah hari pertama Atana di kelas sembilan, Ya rasanya waktu berjalan sangat cepat bahkan sekarang ia sudah menduduki tingkat terakhir dibangku SMP lalu setelah itu ia akan lulus dan memikirkan akan melanjuti kemana setelah ini, ya memang masih sangat cepat untuk memikirkan nya padahal ia baru saja naik kelas sembilan tapi rasanya Atana tidak bisa untuk memikirkan hal tersebut. Tolonglah sudah dibilang Atana memiliki panik yang berlebihan

Dan jika ditanya apakah Atana senang atau tidak naik ke kelas sembilan, tentu Atana dengan sangat lantang akan jawab TIDAK.

Tidak karena apa? karena Atana harus kembali menyesuaikan dengan teman-teman baru lagi, kemudian berkenalan, mengenali sifatnya satu-satu. Atana hanya berharap dikelas baru nya ia dapat sekelas dengan teman yang sudah ia kenal di kelas sebelumnya.

Langkah kaki Atana menuju papan mading yang sudah ditempel nama-nama dan juga kelas para murid, tentu tidak semudah itu untuk dapat melihatnya karena papan itu sudah dikerumuni oleh para murid.

Atana menyelip masuk dengan mendorong beberapa murid, lagian juga mau gimana lagi, menurut Atana ini cara ampuh dan tercepat

"Aduh duh jangan dorong-dorong dong" ujar Atana pura-pura saat mendapati tatapan murid yang Atana dorong. Lempar batu sembunyi tangan

"Eh sepatu gua jangan di injak dong!" Atana kembali bersuara ketika merasakan sepatunya yang di injak seseorang, entah siapa Atana tidak bisa melihatnya karena desak-desakan.

"Yah jadi kotor kan sepatu baru gua" gumam Atana kemudian matanya beralih ke mading yang sudah di depannya

Mata Atana menelisik kertas yang sudah ditempel di mading itu satu persatu, ia mencari nama nya dengan teliti, ketemu. Diurutan ke enam nama Atana Melisa ada di kelas 94

"Waww kelas 94 masih unggul lah" gumam Atana sedikit bangga

Atana masih memperhatikan kertas tersebut melihat urutan nama-nama yang ada di kertas itu, Atana berharap mungkin saja ada salah satu temannya yang ia kenal

Tapi baru saja sampai di urutan ke empat mata Atana berhenti disana ia mengerjapkan matanya memastikan agar tidak salah, Adid Raharja.

Sekelas lagi dengan nya? Seriusan Atana tidak percaya, itu artinya tiga tahun Atana sekelas dengan orang aneh itu. Dan Atana sudah dapat pastikan hari-hari nya akan dihiasi dengan keusilan cowok itu.

"Mana ya nama gua" Atana mengenali suara itu, ia menoleh kesamping dan sedikit mendongakkan kepalanya

Adid dan buntut ekornya, alias Danang sedang mencari nama mereka, mulut kedua orang itu sangat berisik di kuping Atana. Ya walaupun memang suasana disini memang berisik karena ramai murid-murid, tapi bagi Atana suara mereka berdua lah yang sangat dominan di kuping nya

"Jir mana sih nama gua Nang" ujar Adid kembali

"Nama gua juga belum nemu nih" sahut Danang

Keduanya berkacak pinggang melihat lembaran kertas yang ditempel, dan mereka juga belum menyadari ada Atana disampingnya

"Naik kelas ga sih kita? " pertanyaan aneh dilontarkan Adid kepada Danang

"Naiklah goblok" sarkas Danang karena pertanyaan gamblang Adid, dan apa tadi katanya, kita? lo aja kali.

"Tapi ko gak ada sih" ujar Adid greget merapatkan giginya

"Makanya nyari tuh pake mata bukan pake mulut" sahutnya

Bukan itu bukan suara Danang, tapi Atana. Adid memindahkan matanya yang sedari fokus pada mading dan menatap Atana yang tenyata ada disampingnya

Adid meletakkan jari telunjuk nya di bibir nya "Sutttt diam berisik" Atana memutar bola matanya malas melihat wajah Adid yang dibuat so serius, padahal kan yang berisik dari tadi dia

WE FALL in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang