11
“Gimana Atana? ” tanya Farez cepat, begitu bertemu Galang di lorong rumah sakit
“Dia nggak mati, kan? ” Karel menyusul dengan pertanyaan yang lebih mengkhawatirkan.
Namun, sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, Maulana meninju bahunya, membuat Karel hanya bisa meringis dengan cengiran lebar.
"Lang, jawab dong! Jangan malah diem aja! " Farel mendesak dengan nada frustrasi melihat Galang hanya berdiri sambil menyilangkan tangan di dada
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Galang mulai melangkah, meninggalkan keempat temannya di belakang. Dengan sigap, mereka langsung mengikuti dari belakang, seperti anak-anak itik yang tak mau ditinggalkan induknya.
Langkah Galang terhenti di depan sebuah pintu dengan tulisan Kamar Rawat Inap di atasnya. Dengan suara tenang tapi tegas, ia mulai bicara
“Operasinya udah selesai sejak tadi. Sekarang Atana udah dipindahin ke ruang rawat inap ” Nadanya datar, tapi penuh arti
"Alhamdulillah" Maulana langsung bersyukur dengan penuh lega
Galang hanya mengangguk pelan, wajahnya tetap datar. Tapi setelah itu, nadanya berubah dingin
“Dan lo semua kenapa baru dateng sekarang anjing! ” Sorot matanya tegas, mencerminkan rasa kesal yang sudah ia tahan sejak tadi. Bukan cuma karena teman-temannya baru datang sekarang, tapi juga karena mereka sempat meninggalkannya sendirian
Galang melanjutkan "Kalau kalian nggak ninggalin gue tadi, Daniel nggak bakal sempat nyentuh Atana. Dan juga gue nyariin kalian dari tadi, ngubungin satu-satu, tapi nggak ada yang aktif HP nya”
"Sorry Lang" Karel mencoba meredakan suasana, sambil memberi Farel pukulan di lengan “Ini salah dia. Dia yang nyuruh kita matiin HP biar lo bisa berduaan sama Atana”
"Betul" Farez dan Maulana kompak menyahut
Farel langsung bersungut-sungut “Anjir, gua kan cuma niat baik, biar lo bisa lebih tenang
bos, nggak ada gangguan" Farel mencoba membela diriGalang hanya menghela napas panjang menyadari betapa konyolnya tingkah laku teman-temannya
"Yaudah, ayo masuk tapi ingat, jangan berisik karena ada pasien lain juga" ujar Galang tegas
Ia kemudian membuka pintu dan melangkah masuk lebih dulu. Begitu masuk, Galang sedikit terkejut mendapati Atana yang ternyata sudah terbangun, ia duduk setengah bersandar di atas brankarnya.
"Kok malah duduk? harusnya istirahat" kata Galang lembut penuh perhatian.
Atana hanya menghela napas panjang, wajahnya menunjukkan ketidaknyamanan saat melihat antek-antek Galang yang perlahan memasuki ruangan
"Gua kapan bisa pulang? " tanyanya dengan nada jenuh langsung ke intinya.
Galang menarik kursi di sebelah kanan tempat tidur Atana, kemudian duduk dengan tenang "Mungkin seminggu lebih" Atana menatap Galang dengan mata melotot, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya
"Gak bisa! " serunya, suaranya meninggi mencerminkan protes yang mendalam
"Woi Atana! ngapain sih buru-buru banget mau pulang? " Farel berkata dengan nada tengil, ia berdiri di ujung tempat tidur Atana dengan senyum menyebalkan di wajahnya. Pas banget tuh Na tendang aja wkwk
Atana melirik Farel dengan pandangan jengkel "Sopan manggil gue kegitu?! " Atana meradang, entah kenapa emosinya selalu mudah terpancing setiap berurusan dengan mereka.
"Yaelah umur kita paling beda lima tahun" Maulana menyahut santai dari sisi kiri Atana
"Betul tuh, jadi nggak usah tegang-tegang amat bro" tambah Karel sambil mengulurkan tangannya menawarkan tos kepada Atana. Namun tos itu hanya dihiraukan oleh Atana
KAMU SEDANG MEMBACA
WE FALL in love
Teen Fictionketika kita jatuh cinta maka kita harus siap dengan dua kemungkinan. Entah terbalas atau bertepuk sebelah tangan. Selama 8 tahun Atana memendam rasa sukanya kepada pria yang ia temui di bangku SMP. Adid Raharja pria dengan segala hal konyolnya dan k...