BAB 1 Pertemuan Klise

9 1 0
                                    

Alarm berdering tepat di samping telingaku. Membangunkan perjaka usia 20’an ini yang masih bermesraan dengan tempat tidur.

“Ah.., jam berapa sih? Yaelah masih lama jam masuknya. Matiin ajalah,” ucapku setengah sadar.

Waktu terasa seperti roda moto gp, cepat sekali melaju.  Aku bangun lagi dengan perasaan panik melihat 10 menit lagi jam masuk kantor.

“Gak sempet buat mandi! Bodo amat penting pake minyak wangi yang banyak!” Teriakku kayak tarzan.

Ku semprot seluruh badan dengan minyak wangi harga 17ribuan. Kemudian bergegas mengambil seragam kantor yang tertunduk lesu di atas meja karena tidak kugantung.

~~~

Akhirnya sampai kantor yang entah kenapa aku mau bekerja di sini, padahal jaraknya 10 km dari kos ku!?

“Mina! Ohayou Gozaimasu!” sapaku dengan ramah.

“Bacot wibu! Kamu tuh telat! Mana script nya?! Dikejar deadline nih!” bentak Yanu seorang Content Creator di kantorku dan sekaligus seorang diktator deadline yang aku benci! “Oh iya njir, maaf lupa ngirim tadi pagi. Soalnya kesiangan. Hehehe,” balasku setengah bercanda.

Yanu dengan alis menjorok kedalam yang udah kayak tokoh antagonis di anime menegurku. “Lupa aja terus bro, jangan lupa bernafas aja,” ucap sang antagonis.

Aku bekerja di salah satu agensi digital marketing di kota Solo, dan aku berada di divisi Content Writer. Sial banget hari ini aku telat 30 menit! Gara-gara kemarin begadang push rank. Udah gitu lose streak 3 kali. Sedih kalau diingat-ingat. 

“Bi, kamu dipanggil Pak Fuad itu ke ruangannya.” Suara panggilan dari Sinta salah satu partner Content Writer yang hatinya seperti malaikat ini juga ikut menegurku. “Kamu ini udah aku telfon masih gak bangun! Semoga aja kamu gak dimarahin sama, Pak Fuad,” tegur tipis Sinta untukku.

“Iya maaf, Sin, aku khilaf kemarin begadang,” ucap mulut munafikku untuk Sinta. ‘Yah sebenarnya gak khilaf sih. Emang aku yang ngeremehin jam tidur. Maaf ya Sinta.’ Batinku yang tidak tau diri berkomunikasi.

Ku ketuk pintu yang terpajang papan nama “manajer” diatasnya. “Masuk, Bi. Silahkan duduk dulu.” Suara bass khas Pak Fuad terdengar dari balik pintu.

Rasa takut kena Surat Peringatan karena sudah 2 kali telat di bulan ini. Aku pun dengan moralitas yang gak seberapa mencoba meminta maaf. “Maaf, Pak, saya telat, tolong jangan di SP. Saya berjanji ini yang terakhir kalinya,” ucap suara lirih dariku untuk Pak Fuad.

“Iya, Tobi, saya sebenarnya juga mau menegur kamu tentang hal itu. Tapi ada urusan yang lebih penting lagi yang mau saya sampaikan,” jawab Pak Fuad dengan santainya.

Senang karena gak dimarahin? Ya iyalah, gila apa deg-deg’an banget ini. Jantung udah kayak mau pindah dari tempat yang seharusnya dia berada.

“1 minggu lagi kita akan meeting sama calon client yang bergerak di industri interior bangunan. Setelah itu 2 minggu lagi ada 2 calon client yang satu Three Minute dan satunya Rumah Makan Mpok Lesley,” ucap Pak Fuad memberi informasi penting.

Wah tantangan baru lagi nih. Belum pernah aku pegang proyek dari industri interior bangunan. “Alhamdulillah ada tantangan baru lagi, Pak Fuad,” balas ku dengan senyum sumringah.

“Nah karena kamu sudah 2 kali telat pada bulan ini, saya mau ngasih hukuman buat kamu. Hukumannya 3 proyek ini kamu yang pimpin. Dan tentunya tanpa bonus!” ucap Pak Fuad dengan tegas tapi sedikit senyum.

Mungkin karena menghemat pengeluaran perusahaan ya? Entahlah aku sedang memegang erat rohku yang mau keluar ini. “I-iya deh, Pak. Daripada kena SP. Mending begini aja.”, ucapku dengan nada sedih seperti habis kena bentak ibu. 

“Nah bagus. Saya kasih keringanan, kamu boleh cari volunter, freelancer, anak magang. Terserah pokoknya buat bantu kamu ngerjain proyek ini.” Pak Fuad memberi tambahan informasi tentang proyek ini.

“Terima kasih, Pak Fuad, atas kebaikan hatinya.” Terima kasih kupersembahkan sebagai bentuk penjilatan, muehehehehe. “Ya sudah silahkan lanjut kerjanya.” Tangan Pak Fuad menunjuk pintu ruangannya.

~~~

Setelah kejadian itu aku pun mempersiapkan segala bahan materi untuk presentasi ke calon client tersebut. Tidak lupa juga aku kerjakan proyek sebelumnya dan yang paling aku tunggu adalah menginterview calon partnerku yang baru.

Untuk kedua kalinya sejak aku bekerja di perusahaan ini mendapatkan client yang sebanyak ini. Biasanya dalam periode 6 bulan hanya mengerjakan 1 sampai 2 kontrak saja. Mendapatkan 3 client dalam waktu dekat seperti sekarang memang jarang sekali. Oleh karena itu, pihak perusahaan menambah SDM dengan mencari freelancer atau semacamnya.

Setelah beberapa kali interview, akhirnya aku mendapat 2 kandidat. Satu cowok freelancer dan satunya cewek anak magang. Freelancer ini namanya Fatur, usia 25 tahun sudah menikah dan punya 1 anak yang masih kecil. “Mungkin emang kebelet nikah muda ya?” Batinku.

Satunya lagi cewek namanya Lala, mahasiswa ilmu komunikasi di universitas swasta di kota Solo. Masih muda, baru semester 4. Alasan ikut proyek ini adalah selain menambah uang saku, juga menambah pengalaman katanya.

“Pintar ya, kamu carinya yang masih muda gitu. Biar bisa nabung buat halalin?” Sinta menggangguku dari balik meja kita yang berhadapan. “Yaelah, Sin, kenapa sih? Emang dari CVnya bagus kok. Brief dari Pak Fuad kan emang cari yang satu freelancer, satunya mahasiswa,” ucapku menanggapi dengan seprofesional mungkin.

“Gak usah bohong ya, Bi. Disamping urusan pekerjaan. Kamu sebenarnya juga cari pacar kan?” Perkataan Sinta tajam menusuk tepat di hati yang haus kisah percintaan ini. “Yah, kalo cocok ngapain nggak,” balasku dengan ketus. Sinta melempar permen kesukaannya ke arahku. Untungnya aku yang seorang gamers ini punya refleks yang bagus untuk menghindar.

“Eits, gak kena.” Aku mengejek Sinta yang lemparannya lemah gemulai kayak penari balet. “Awas ya kalo kamu macem-macem sama anak magang!” Sinta menuduhku tanpa dasar yang jelas.

Dari pintu masuk ruang kantor yang gak seberapa besar ini. Terlihat sosok gadis muda yang tingginya 160 cm masuk dengan ramah. “Assalamualaikum.” Sontak seluruh karyawan yang ada di situ menjawab. “Waalaikumsalam.”

Aku yang ditugaskan menjadi pemimpin proyek mengkoordinasi timku. “Selamat pagi semua, terima kasih telah bergabung dengan tim Content Writer di perusahaan Jalan Digital. Hari ini saya akan memberikan briefing terkait proyek yang akan dikerjakan.” Aku menjelaskan panjang lebar di briefing itu. Aku juga memperkenalkan anggota baru kepada partnerku lainnya. 

Aku menyuruh si Lala duduk disamping Sinta agar ketika ada pertanyaan mengenai tugasnya, Sinta bisa menjelaskan lebih mudah karena dia senior disini.

“Dek, kamu hati-hati ya sama mas nya itu. Wibu.” ucap Sinta yang entah kesambet setan apa tiba-tiba memberi nasihat kepada Lala. Tentunya dengan penjelasan yang aku gak terima.

“Maksudmu, Sin? Jangan sembarangan menilai wibu! Anime itu banyak pesan kehidupan yang bisa diambil!” balasku tegas atas tuduhan Sinta.  Aku memang wibu, tapi tidak sepantasnya wibu dipandang sebelah mata, dasar Sinta anak pecinta “plastik”.

“Yang dipandang aneh itu seharusnya kamu. Orang kok suka ‘plastik’!” sambungku menanggapi dengan mencemooh idolanya. “Jaga mulut ya kau, mereka itu asli! Punyamu 2 dimensi!” ucap Sinta tidak terima dengan balasanku.

“Kamu tuh baik banget kayak malaikat loh. Urusan kayak gini kamu jadi setan!” ucapku dengan nada agak tinggi. Pertengkaran kami terhenti ketika si Lala ikut dalam pertempuran aneh abad 21 ini.

“Udah kak. Aku gak berpikiran kalian berdua aneh kok. Aku suka kedua-duanya. Drakor sama anime. Udah ya jangan berantem,” sahut suara Lala yang mencoba mendamaikan kami. 

Sinta dengan senyum kecut mengiyakan sahutan Lala. Lalu dia salah fokus sama gantungan kunci motor Lala yang berbentuk ikon idola Sinta. “Eh kamu suka Jimin juga ya? Samaan kita!” ucap Sinta dengan riang.

Lala kaget dan mencoba mengolah serangan fandom si Sinta. “Iya kak, suka karena ganteng,” sahut Lala dengan sedikit rasa kaget.

“Wah wah emang si ganteng, sama si Taehyung juga ini liat,” ucap Sinta sambil memamerkan foto cetakan idolanya. Yang dari dulu hal itu bikin aku bertarung dengan Sinta. Akhirnya mereka berdua pun melanjutkan obrolan pecinta “plastik”.

Tuna AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang