Setelah beberapa detik hening sejenak, Yoshi dan Jeongwoo saling memutuskan untuk mencoba baju yang telah dipilihkan terlepas dari komentar-komentar yang telah mereka berikan. Kini, Yoshi duduk termenung di sebuah kursi sembari menunggu Jeongwoo mencoba pakaian pilihannya di ruang ganti. Tubuhnya membungkuk lemas dan matanya hanya bisa menatap kosong. Pikirannya masih setia berada di momen beberapa menit lalu, di mana ia memberikan komentar yang terkesan... berlebihan.
"Hyung," terdengar suara Jeongwoo membuyarkan lamunannya.
Yoshi menoleh, menatap ke arah kamar ganti. Seketika kecemasan yang tadinya hendak menguasai seketika pudar saat melihat kepala Jeongwoo keluar setengah dari balik pintu.
"Iya?" Balas Yoshi dengan senyum menahan gemas.
"Emm, boleh tolong bantu aku sebentar? Bajunya rumit." jawab Jeongwoo, terlihat agak kesulitan.
Yoshi berdiri dan melangkah menuju tempat Jeongwoo dengan tawa kecil yang dia coba sembunyikan. Namun, rasa lega yang tadi sempat terasa, hadir hanya untuk kembali mereda begitu dia memasuki kamar ganti.
Di dalam ruang ganti yang sempit, Yoshi segera membantu Jeongwoo menyelesaikan masalah dengan pakaiannya. Jarak di antara mereka... yah, apa saat ini bisa dibilang jarak?
Yoshi dan Jeongwoo berdiri berdekatan. Terima kasih kepada Jeongwoo karena fokus menatap tangan Yoshi yang sedang membantunya. Sehingga Yoshi tidak perlu susah-susah menyembunyikan warna merah yang muncul di telinganya.
Yoshi diam-diam melirik tipis ke arah Jeongwoo, menatap wajah datar itu dengan penuh keheranan. Indra penciumannya sibuk mencerna, aroma yang sejak tadi berhasil menenangkan hatinya.
'Apa Jeongwoo mengganti merek parfumnya?'
Yoshi termenung, akibat pikirannya yang melayang, tanpa sadar gelang yang ia pakai tersangkut pada kancing baju Jeongwoo sekarang.
"Maaf..." ujar Yoshi dengan nada khawatir. Gerakannya penuh kecemasan saat mencoba melepaskan gelang itu.
Melihat Yoshi yang kesusahan, Jeongwoo mengambil alih situasi dengan gaya yang biasa membuat Yoshi terpesona. "Biar aku saja," ucap Jeongwoo sambil menarik tangan Yoshi pelan untuk melepaskan gelang yang tersangkut.
'Terasa sangat bisa diandalkan dan... harum itu lagi!'
"Sudah," Jeongwoo berhasil melepaskan gelang Yoshi, lalu segera keluar dari kamar ganti menuju cermin di luar ruangan diikuti dengan Yoshi.
Tentu saja. Mata Yoshi saat ini berbinar kesenangan melihat Jeongwoo dengan gaya yang berbeda dari biasanya. Pilihannya tepat memilih baju itu karena berhasil menunjukkan bahu lebar Jeongwoo. Dengan penuh semangat, Yoshi mengambil beberapa foto Jeongwoo dari samping. Namun, gerakannya menjadi lesu saat menyadari wajah Jeongwoo datar tanpa ekspresi.
"Kau tidak suka bajunya?" Tanya Yoshi cemas.
Jeongwoo menggeleng pelan. "Bukan, aku hanya merasa hanya hyung yang sepertinya cocok memakai baju seperti ini."
Yoshi menaikkan alisnya, "aku?"
"Iya. Wajah hyung itu tampan dengan fitur yang unik. Postur tubuh hyung juga proposional, tidak seperti aku yang-"
"Yang juga tampan!" Potong Yoshi sedikit berteriak. Meski dalam ucapan Jeongwoo itu memujinya, entah kenapa ia tidak suka mendengarnya. Seakan-akan...
"Jangan merendahkan dirimu, Jeongwoo-ya. Kau juga tampan. Semua member Treasure itu tampan."
"Kalau begitu katakan di bagian mananya aku paling tampan?"
Yoshi terdiam sejenak. Apa ini, pikirnya. Ia seakan-akan diberikan tantangan. Dan Yoshi, adalah orang yang pantang menolak tantangan semacam ini. Ia berpikir keras, mencari cara untuk menjawab tanpa terlihat terlalu memuji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Feelings (Jeongshi)
FanfictionKetika Yoshi, seorang anggota grup idol, mulai menghindari Jeongwoo, teman satu grupnya, hubungan mereka mulai tegang. Jeongwoo, merasa ada yang salah, memaksa Yoshi untuk menghadapi situasi tersebut. Dalam serangkaian konfrontasi yang intens dan j...