Chapter 7

292 35 1
                                    

Entah sejak kapan tata krama 'ketuk pintu terlebih dahulu' hilang di antara setiap member Treasure. Yoshi merutuki dirinya sendiri yang membiasakan semua member bisa masuk tanpa perlu mengetuk lagi. Lihatlah, kini Jeongwoo tiba-tiba muncul di ambang pintu studio membawa sebuah benda berwarna putih di tangannya. Matanya dengan cepat menangkap setiap pergerakan Yoshi.

'Hyung ini... selalu ada aja yang disembunyikannya.' Batin Jeongwoo sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Hyunsuk hyung bilang nanti siang kita makan bersama," kata Jeongwoo menyampaikan pesan.

Tidak mendengar jawaban apa-apa, Jeongwoo mendekat ke arah Yoshi, menempelkan punggung tangannya pada dahi yoshi. "Hmm, panasnya berkurang. Tapi kenapa wajah hyung masih merah? Hyung tidak minum obat?" Tanyanya masih dengan datar.

Merasakan detak jantung yang mulai berdetak tidak karuan, Yoshi menjauhkan tubuhnya, melepas tangan jeongwoo dari dahinya. "Katanya kau tidak khawatir."

"Aku tidak mau nanti disuruh hyunsuk hyung mengantarkan makanan lagi."

Yoshi mengerucutkan bibirnya. "Tsundere." Gumamnya pelan tetapi dapat ditangkap Jeongwoo.

"Bukankah ini yang hyung mau? Adik yang tsundere?"

"Itu hanya kesimpulanmu saja."

"Kalau begitu, apa hyung lebih suka aku yang menghindarimu seperti dulu?"

"Aku tidak mengatakan itu."

"Oh.. kalau begitu kenapa sekarang menghindar? Aku sudah tidak cuek, tidak tsundere, malahan lebih baik kan?"

"Itu.. karena..." yoshi tergagap. Pertanyaan jeongwoo ini tepat membidik konflik batin terbesar dalam dirinya.

"Berlebihan..." lirih yoshi pelan melanjutkan ucapannya, berharap jeongwoo tidak mendengar. Tetapi mustahil. Jeongwoo mendekatkan wajahnya ke wajah Yoshi. Menatap Yoshi dengan manik mata yang dalam. Yoshi pun menundukkan kepalanya. Tidak mau tenggelam dalam lautan pada mata Jeongwoo.

"Berlebihan?" Selidiknya.

Reflek Yoshi menguatkan genggaman pada buku yang sedang ia tutupi. Yang menyimpan semua rahasia dibalik kata 'berlebihan' yang sedang ditanyakan Jeongwoo.

"Unspoken feelings" Mata Jeongwoo melirik membaca judul buku milik Yoshi.

"Buku hyung?"

"Hm. Hanya buku lirik biasa." Manik mata Yoshi berputar-putar berharap Jeongwoo tidak menemukan kebohongan disana.

Mengalihkan pembicaraan, Jeongwoo meletakaan sebuah naskah di atas meja. "Ini," ujar Jeongwoo datar. "Naskah dramanya. Kata Eunwoo hyung, sebaiknya berlatih terlebih dulu agar tidak terlalu sulit saat syuting." Jelasnya menjauhkan tubuhnya dari yoshi.

Yoshi mengambil naskah itu dan memandang jeongwoo. "Terima kasih." Katanya singkat.

"Apa hyung yakin dengan ini?" Tanya jeongwoo memastikan. "Jangan memaksakan diri. Aku marah kemarin bukan bermaksud agar seperti ini."

"Emm," ada sedikit keraguan dalam diri Yoshi. "Ya, aku yakin." Jawabnya kemudian yang tentunya adalah sebuah kebohongan.

Jeongwoo terdiam sejenak, menatap Yoshi dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Kalau begitu, aku akan percaya padamu, hyung."

Yoshi hanya mengangguk tanpa menatap Jeongwoo. Dia tahu, Jeongwoo selalu bersikap protektif, terutama saat ia merasa ada yang tidak beres. Tetapi semakin Jeongwoo peduli, semakin sulit bagi Yoshi untuk menahan perasaannya.

Jeongwoo kemudian berbalik dan berjalan menuju pintu. Sebelum keluar, dia berhenti sejenak, seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya dia hanya menatap Yoshi dengan tajam. "Jangan lupa pesan Hyunsuk hyung tadi," ucapnya sebelum akhirnya keluar dari kamar.

Unspoken Feelings (Jeongshi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang