Chapter 4

296 40 2
                                    

1 minggu telah berlalu semenjak Yoshi membuat janji dengan Jeongwoo. Yoshi tidak lagi menghindar, seperti yang ia janjikan. Dia mencoba berdamai dengan perasaannya sendiri. Tidak ada gunanya terus menghindar, itu hanya akan membuat segalanya lebih canggung. Meskipun sulit, bersikap biasa mungkin adalah yang terbaik untuk saat ini. Biarlah perasaan itu ia simpan sementara waktu, asalkan tidak tumbuh lebih besar.

Situasi dalam grup pun membaik karena itu. Tidak ada lagi ketegangan saat Yoshi dan Jeongwoo bersama. Ya, semuanya tampak lebih baik. Kecuali bagi Jeongwoo. Meski dari luar terlihat baik-baik saja, Jeongwoo masih merasakan ada sesuatu yang mengganjal. Yoshi memang tidak lagi menghindar, tapi ada penghindaran tersirat yang sulit diabaikan.

“Hari ini terasa lebih panas, sepertinya musim panas mulai datang,” ujar Jeongwoo basa-basi, mencoba menghidupkan percakapan sehabis latihan.

“Iya, benar,” balas Yoshi singkat.

Jeongwoo mengulurkan sebotol minuman rasa stroberi, “Mau minum ini, Hyung?”

“Oh, iya. Terima kasih.” Yoshi meneguknya, tapi tidak ada tanda-tanda ingin melanjutkan obrolan.

“Lagu Hyung sudah selesai?” tanya Jeongwoo lagi, berusaha keras mempertahankan percakapan.

Yoshi mengangguk. “Sudah.”

“Sudah disetujui Sajangnim juga?”

“Iya.”

“Apa katanya?”

“Bagus, katanya.”

“Oh begitu.” Jeongwoo menunduk, merasakan ketidaknyamanan yang sama lagi. Meskipun mereka berbicara, rasanya Yoshi selalu berusaha mengakhiri pembicaraan secepat mungkin.

“Habis ini mau kemana, Hyung?”

“Pulang.” Jawab Yoshi tanpa menatapnya.

“Kalau begitu, mau makan dulu bersamaku? Aku tahu tempat baru yang enak.”

Yoshi menoleh, senyum tipis menghiasi wajahnya. “Maaf, sepertinya hari ini tubuhku tidak sehat. Aku mau istirahat saja.”

Jeongwoo menyembunyikan rasa kecewanya dengan anggukan kecil. “Hyung… bukannya menghindariku kan?”

“Tidak, untuk apa aku menghindarimu lagi? Aku kan sudah janji,” Yoshi tersenyum canggung. “Aku benar-benar sedang tidak enak badan, jangan berpikir terlalu jauh.” Yoshi berdiri, lalu bergabung dengan Asahi dan Junkyu yang sudah bersiap untuk pulang.

Jeongwoo menghela napas panjang, menatap kosong ke arah Yoshi yang pergi. Kekhawatiran mendalam terpancar dari matanya.

“Hei, kau baik-baik saja?” suara Jihoon mengejutkannya. Jihoon duduk di samping Jeongwoo, menyeka keringatnya.

“Entahlah…” Jawab Jeongwoo singkat, jelas tidak ada mood untuk bicara.

Jihoon menyenggol bahunya. “Kali ini apa lagi?”

Jeongwoo menggeleng lemah. “Aku… tidak tahu.”

“Hey,” Jihoon tersenyum, mencoba meringankan suasana, “Katakan, atau kau kugelitiki.”

Jeongwoo mengusap rambutnya ke belakang, mengambil napas dalam-dalam. “Padahal aku sudah memulai topik pembicaraan lebih sering daripada saat berbicara dengan siapa pun. Tapi dia selalu menjawab ‘ya, ya, iya, tidak, benar, bagus’ begitu saja. Dari luar terlihat seperti Hyung sudah tidak menghindariku, tapi… setiap kali aku mencoba mendekatinya, dia akan menjauh. Ekspresinya begitu cemas seolah aku akan melakukan sesuatu yang buruk.”

Jeongwoo melanjutkan, dengan frustrasi yang semakin terasa. “Sikap Yoshi Hyung akhir-akhir ini membuatku banyak berpikir. Apa aku ada melakukan kesalahan? Menyinggung perasaannya? Atau candaanku dulu berlebihan? Padahal biasanya dia baik-baik saja dengan candaanku, bahkan kelihatannya dia suka dan berusaha mencari perhatian. Tapi, kenapa sekarang seperti ini?”

Unspoken Feelings (Jeongshi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang