Chapter 4

463 68 9
                                    

Pukul 20.30 pm
Rumah sakit Harapan Bunda
Jakarta

Tak lama kemudian, Gio dan Shani akhirnya sampai di rumah sakit umum yang tak jauh dari kecelakaan itu terjadi. Sesampainya disana, Gio langsung bergegas menggendong anak kecil itu dan menyerahkannya kepada suster disana untuk segera ditangani lebih lanjut.

Selama anak itu ditangani oleh dokter,Gio dan Shani menunggu didepan ruangan anak itu diperiksa. Sembari menunggu, Shani memutuskan untuk duduk di bangku panjang yang disediakan khusus untuk menunggu pasien, sedangkan Gio malah memilih untuk berdiri sembari bersandar didinding berseberangan dengan tempat Shani duduk.

Selama menunggu tak ada satupun obrolan yang tercipta diantara mereka, karena semenjak anak itu mulai ditangani oleh dokter, mereka berdua hanya saling diam dan enggan mengobrol satu sama lain. Sebenarnya tak heran jika itu terjadi pada mereka, karena selama ini mereka berdua emang jarang saling berbicara satu sama lain kecuali saat masa bimbingan skripsi dan belajar saja, dan itu pun juga cuma bicara yang seperlunya saja.

Namun selama menunggu itu juga, Gio tak henti melirik ke arah Shani yang tengah fokus melihat ke arah pintu ruangan tersebut. Walaupun cuma bisa melirik nya secara diam-diam, tapi hal itu tampak sangat nyaman bagi Gio. Pasalnya sampai sekarang bola matanya tak lepas tertuju pada Shani.

Sangking fokusnya, Gio sampai tak sadar kalau sekarang Shani telah menyadari kalau dirinya sedari tadi terus menatap dosennya itu.

"Kenapa kamu dari tadi lihatin saja terus?" tanya Shani membuat Gio terusik dan menaruh perhatiannya penuh pada wanita yang lebih tua darinya itu.

"Ga, saya dari tadi ga lihatin anda. Anda kali yang kepedean dilihatin sama saya" jawab Gio membela diri.

"Kamu gausah mengalihkan pembicaraan Gio, kamu pikir saya gatau kalau kamu dari tadi ngelirik saya terus. Kamu terpesona ya sama kecantikan saya?" tanya Shani menebak.

"Dih kepedean banget sih anda, lagian siapa juga yang lihatin anda. Orang saya dari tadi lihatin dinding kok" jawab Gio mulai grogi.

Mendengar jawaban absurd dari Gio membuat Shani langsung melihat sejenak pada dinding yang dibelakangnya,"Kamu ngapain lihatin tembok?" tanya nya lagi.

"Ya-ya terserah saya dong, mata-mata saya jadi suka-suka saya dong mau lihatin apa" cetus Gio.

"Dih aneh banget sih nih orang" bisik Shani dalam hati.

"Terserah kamu deh" final Shani menyerah dengan keanehan Gio.

Dan pada akhirnya suasana kembali hening,karena mereka berdua kembali saling diam-diaman.

Tak lama setelah itu, seorang dokter yang menangani anak kecil yang mereka bawa tadi pun keluar dari ruangan tersebut. Dengan cepat mereka berdua langsung menghampiri dokter untuk menanyakan keadaan anak kecil yang ditabrak oleh Gio.

"Dokter, gimana kondisinya anak itu?" tanya Gio terlebih dahulu.

"Maaf sebelumnya,apakah kalian berdua orang tua pasien?" tanya balik dokter itu.

"Buk-"

"Iya dok, kami orang tua nya" sahut Shani memotong ucapan Gio,sehingga membuat Gio langsung menoleh ke arah Shani.

"Ah baiklah, untuk kondisi pasien alhamdulillah baik-baik aja. Anak bapak dan Ibu hanya mengalami luka ringan saja pada bagian lengannya, sisanya baik-baik saja.Bahkan malam ini pasien juga sudah bisa dibawa pulang" jelas dokter tersebut.

"Syukurlah kalau dia baik-baik, kalau begitu apakah kami boleh melihat nya dok?" tanya Shani.

"Oh tentu saja boleh, silahkan pak,buk kalau kalian ingin bertemu dengan anak kalian" jawabnya.

𝐀𝐜𝐜𝐢𝐝𝐞𝐧𝐭𝐚𝐥 𝐥𝐨𝐯𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang