Part 11: Bintang

90 8 0
                                    

Jangan lupa follow dan vote kaliannn, okee??

Dari sini, bintang selalu terlihat kecil.
Bermilyar-milyar jumlah mereka tersebar menyeruak di angkasa. Namun tahukah kalian bahwa tinggi bintang bahkan beberapa kali lipat dari besar tubuh kalian?

Itulah posisi bintang di organisasi itu.

Bintang adalah anggota yang dijuluki sebagai pembantu. Mereka melayani apa saja yang menjadi permintaan atasan mereka. Meski begitu, orang-orang yang berstatus bintang sungguhlah jenius. Meretas, mencari informasi, menggatikan majikannya dan lain sebagainya. Mereka sangat pandai dalam segala hal dan teramat mampu diandalkan.

"Earth, ini adalah bintangmu. Beri salam yang benar padanya," titah Sun.

Gadis yang dijuluki 'Earth' itu mengangguk. Dirinya membungkukkan badannya. "Mohon kerja samanya kalau gitu. Aku Earth, salam kenal."

Orang yang akan menjadi bintang (Name) balas membungkukkan badan. "Salam kenal juga, Nona Earth. Namaku Alfa. Mohon bantuannya."

Sun menepuk kedua bahu mereka yang membuat Earth terkejut. "Nah, karena kalian sudah perkenalan, yang akur ya kalian berdua. Jangan lupa selesaikan misimu dengan baik, Earth. Kesempatan emas ini tidak bisa kau lewati begitu saja. Jangan bertengkar, okei?"

"Okei."

Melihat Sun membawa sebuah tas, (Name) iseng bertanya. "Kau mau ke mana sampai membawa tas seperti itu?"

Dengan ringan, Sun menjawab, "Mau healing dulu yah... Dadah!"

Begitulah.

Lantas pelatih dari Earth itu pergi dengan meninggalkan Alfa dan (Name) yang tengah memandang orang itu malas. Gadis itu berdecak. Bagaimana mungkin dia berguru dengan orang seperti itu?

Sebelum keheningan itu datang, Alfa tanpa hambatan langsung memberikan sebuah topik. "Jadi, bagaimana progresmu?"

(Name) mengangkat alis. "Progres? Progres... apa?"

Lelaki itu mengangkat kedua tangannya. "Oh, ayolah. Tentu saja tentang misi pertamamu. Bagaimana? Lancar tidak? Atau adakah yang perlu kubantu untuk memperlancar misi?"

"Ah, lancar kok! Aku dan Sho sudah berteman dengan baik," timpal (Name) enteng.

"Benarkah?"

"Iya! Dia cukup terbuka kok sama aku. Kupikir dia seorang yang berkepribadian dingin yang sejenis kayak Thomas Shelby, tapi ternyata dia bisa kok berteman denganku. Kemarin pas pertama ketemu empat mata aja, dia terang-terangan minta pengen senderan di bahuku. Karena aku takut bahuku pegal, jadi kusuruh dia tidur di pahaku. Dan kau tahu apa? Dia nurut! Kamu harus ngelihat wajah lucunya saat tidur! Betulan menggemaskan!"

"Kamu yakin dia mau berteman sama kamu? Bukankah dari ceritamu, kamu terkesan kayak pelayannya dia?" kilah Alfa.

Gadis dengan codename Earth itu memelototkan mata. Apa kata lelaki itu? Sho ingin memanfaatkannya? Sepertinya itu bukan hal yang butuh dilakukan untuk orang seperti seorang (Name) Wiritama. Siapa pula yang berani menyuruh-nyuruh gadis yang langsung disegani di awal berangkat sekolah?

Kalau ada, mungkin orang itu sudah gila. Namun yang tak (Name) tahu, Sho memang lelaki yang gila.

"Apa kamu tahu tentang Sho? Paling tidak, kamu tahu kesukaannya atau bahkan bakatnya mungkin?" Alfa mencoba memastikan. Namun nyatanya, perkataan itu membuat (Name) terdiam. Dirinya tiba-tiba merasa harus memutar otak demi mendapatkan jawaban itu.

Pada akhirnya, (Name) menjawab, "Ah, aku nggak tahu..."

"Serius nggak tahu? Lalu apa yang kamu ketahui tentang Sho?" tanya lelaki itu lagi.

"Ehm... aku mengenalnya sebagai ketua klub drama. Aktingnya bagus dan banyak memikat penonton. Serius, ketegangan yang diciptakan Sho selalu bisa membuatku terpesona."

"Cuma sebatas itu?"

"Oh iya, dia jugalah yang selalu menjadi peringkat kelas meski pernah kena diskors selama satu minggu."

"Oh ya?"

"Iya! Sho itu ternyata cukup keren meski sifat nakalnya di sekolah susah banget diilangin," ungkap (Name) tanpa beban.

"Kalau gitu, apa yang akan kau lakukan setelah itu?"

"Eh?"

"Misi pertamamu adalah membunuh orang bernama Sho kan? Bagaimana dengan rencanamu? Atau mau kubantu sesuatu mungkin?"

Gadis itu tertegun. Ia baru teringat kalau Sho adalah target misi pertamanya. 'Benar juga. Aku kan harusnya membunuh Sho bukan malah berteman dengannya. Aku bodoh banget.'

Alfa memperhatikan gadis itu intens. Alisnya mengernyit keheranan.' Kenapa Nona Earth malah diam? Apa tadi aku salah ngomong?' pikirnya yang membuat Alfa bingung.

(Name) menatap Alfa dengan tatapan sendu. Ia bingung bagaimana ia harus menjawab pertanyaan lelaki yang menjadi bintangnya itu. Seorang bintang akan membantu semua yang diminta tuannya kah? Apa Alfa dapat dipercaya?

Alfa lagi-lagi memandang (Name) dengan tatapan yang begitu dalam. Saking dalamnya, ia seolah tenggelam dalam pemikirannya sendiri. 'Oh, ternyata begitu ya...'

"Apa kamu bisa membunuh Sho?" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Alfa membuat gadis itu termenung. Entah mengapa, kali ini dirinya begitu bimbang. Perasaannya campur aduk layaknya es campur yang disediakan saat hari tengah panas-panasnya.

Sebelum gadis itu menjawab, lagi-lagi Alfa bertanya, "Apa kamu ingin menyelesaikan misi pertamamu, Earth?"

Jika itu dirinya yang dulu, mungkin (Name) akan langsung menjawab dengan cepat dan lantang bahwa ia tentu akan dilakukannya dengan menyelesaikan misi tanpa hambatan.

Orang yang ingin dibunuh itu punya sebuah rahasia besar yang sayangnya belum diketahui oleh (Name). Gadis itu masih penasaran dengan Sho. Ia tidak ingin Sho mati terlebih dahulu, setidaknya sebelum hatinya merasa tenang setelah mengetahui jawaban itu. Ah, rasa-rasanya gadis itu ingin mengetahui segala hal tentang Sho.

Shoto

Hanya satu nama itu yang tertera di data-data yang dilampirkan oleh Sun. Tak ada nama depan maupun belakang yang menjadi penambah hiasan doa dalam namanya.

"Kau tidak bisa menjawabku? Oke, satu pertanyaan terakhir. Apa yang sebenarnya kau inginkan, Nona Earth?"

Tersentak? Sudah pasti. Pasalnya jelas (Name) tak pernah menyangka kalau pertanyaan itu akan meluncur juga. Bibirnya seolah kaku. Berat rasanya meski hanya menjawab 'Ya'. Namun meski begitu, dirinya ternyata berhasil menjawab Alfa.

"Nggak tau..." Gadis itu menatap Alfa dengan tatapan kosong. "Apakah seorang manusia harus memiliki sebuah keinginan di dalam kehidupan? Memangnya suatu keinginan bisa menjamin sebuah kehidupan? " tanya (Name) lirih. Tentu saja tatapan lelaki itu tak lepas dari Nona Earth-nya.

"Enggak, tapi keinginan bisa membuatmu terus hidup. Dengan keinginan itulah, kamu punya alasan untuk nggak mati. Jadi, aku ingin menanyakan satu kali lagi. Anda harus benar-benar menjawabnya dengan pasti. Nona Earth, apa yang sebenarnya kau inginkan?"

(Name) menutup mata sejenak. Perlahan tapi pasti, senyuman kecil mulai terpatri di wajahnya. "Keinginanku—adalah membuat kenangan yang penuh kebahagiaan."

Alfa ikut mengukir senyum. Namun kali ini, bukan senyuman biasa yang ia tunjukkan sehari-hari. Lelaki itu membuat senyuman seringai yang terbilang cukup menakutkan.

Alfa mengulurkan tangan ke (Name). "Baiklah, jika itu yang anda inginkan. Apapun yang Anda ingin lakukan, tentu akan saya lakukan dengan sepenuh hati. Namun sebelum itu—"

Sang bintang itu berlutut di hadapan (Name). Ia meraih tangan mungil gadis itu dan mengecupnya benar-benar perlahan. Ia kembali menyelesaikan pertanyaannya, "Apakah anda ingin saya membantu anda mengukir kenangan kebahagiaan itu?"

My Cutie Earth // Wee X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang