Part 8: Dua Lebih Baik Daripada Satu

102 13 0
                                    

Sejujurnya aku keteteran buat nulis ini apalagi karena lagi ikut dua event lain, tapi karena tanganku gatel apa boleh buat? Tugas numpuk, ntaran aja deh hehe:D pliss jangan contoh saya:n
Jangan lupa vote dan follow biar aku makin semangat upnya!

Kriet...

Alunan derit pintu mengalun lembut. Sontak semua orang memusatkan perhatian ke sumber suara. Dimana sebuah kepala menyembul. Mata yang bulat, tubuh yang kecil, dan pipi yang gembul membuat lucu dirinya. Tak lupa pin tengkorak yang senantiasa khas menghiasi hijab putihnya.

"Oit!" sapa orang itu penuh semangat.

"Oit!" Dan siapa sangka kalau semua orang secara bersamaan menjawab sapaan orang itu tak kalah semangat.

Amu, namanya. Siswi yang pernah (Name) kira sebagai anak SD muncul di depannya sambil menenteng sebuah papan clipboard di tangan kanannya. Senyuman manisnya begitu merekah ia tunjukkan.

Kiki yang berada di sebelah (Name) langsung tancap gas mendekati Amu. Meski (Name) adalah anak baru, ia tahu kalau Kiki amat menyukai Amu. Tertera jelas di matanya begitu.

"Amu, kok tadi nggak di ruang ekskul? Tadi aku nyariin kamu tapi kamunya nggak ada."

"Oh itu, tadi aku sama adik-adik kelasku pada ke taman semua! Seru banget! Objek-objek di sana cocok banget buat digambar."

"Kamu tahu nggak, aku sampai dipelototin ama (Name). Padahal mah cuma masalah sepele, tapi dia serem banget kalau marah!"

Amu menganga mendengarnya. Ia berseru panik, "Waduh, gawat dong kalau gitu!"

Kiki otomatis mengangkat salah satu alis bingung, "Gawat kenapa?"

Amu menyahut, "Soalnya aku nggak bisa ngelihat muka (Name) yang lagi marah. First time masa dilewatin?"

"Serem banget gitu?!" Kiki tak habis pikir dengan pola pikiran gadis yang jadi dambaan hatinya.

"Ya kan momen-momen elit gitu masa gak digambar? Rugi dong!" timpal Amu tak kalah sengit.

Setelahnya, Kiki dan Amu mengalihkan atensi ke arah (Name) yang tengah bercakap-cakap dengan Sasa. Gadis surai panjang yang diikat kuda dengan acne patch berbentuk bintang.

"Kok bisa sih orang secantik (Name) kadang kelihatan kayak orang yang kosong gitu?" celetuk Amu yang membuat Kiki menolehkan kepala.

Lagi-lagi lelaki itu dibuat heran oleh pujaan hatinya. "Kali ini maksudnya apa?"

Gadis dengan pin tengkorak itu menyipitkan mata. "Meski kelihatannya begitu, tatapannya kosong. Kayak ikan mati. Kerasa kayak nggak hidup."

"Iyakah? Tapi (Name) yang kita lihat sekarang—"

Amu menggelengkan kepala kemudian. "Nggak jadi, lupakan aja. Tadi cuma jiwa seniku aja yang kepikiran aneh-aneh. Anggep aja kalau ucapanku yang barusan tuh nggak ada ya?"

"Aku juga masuk bidang seni padahal, walau bukan seni rupa sih..."

Gadis di sebelah Kiki itu mengepalkan tangan mantap. "Baiklah, kalau gitu aku bakal nggambar (Name) buat kegiatan ekskul hari ini!"

"Heh?!"

Sementara itu, Sasa terdengar senang dengan pernyataan yang dibuat oleh (Name). Bahwa gadis itu telah berminat memasuki dunia drama setelah puas menonton pertunjukkan ekskul drama.

Gadis itu memperkenalkan diri dengan sepatah dua kalimat tanpa mengurangi rasa sopan dan santun pada Sasa. Setelah melakukan pencatatan data, ia lantas dipandu untuk meminta izin pada ketua klub drama, Sho untuk pendaftaran ekskul. Gadis itu menyerahkan formulir pendaftaran dengan perasaan gugup.

"Kamu jadinya mau daftar sini aja?" tanyanya. Gadis yang ditanya itu mengangguk-anggukkan kepala. Sho tanpa menjawab langsung memberi cap stempel persetujuan pada formulir itu.

Hei, bukankah ini kesempatan? (Name) diam-diam tersenyum dalam hati. Gadis itu menatap Sho yang kini tengah memperhatikan kertas formulir pendaftaran (Name).

"Oke, ekskul drama akan diadakan setiap Selasa. Jangan bolos, jangan telat atau siap-siap lo dapet hukuman langsung dari gue."

"Iya... iya... aku paham."

(Name) menghela napas sembunyi-sembunyi. Ini akan jadi misi pertama yang sukses. Hatinya terasa begitu membara dan sudah mantap. Semoga saja ia berhasil menyelesaikan misi dan tak mengecewakan Sun yang telah merawatnya selama ini.

Gadis itu memutuskan untuk mengulurkan tangan pada Sho, "Btw aku sekelas sama kamu. Aku (Name) dan... nama kamu siapa?"

"Sho." Singkat, padat, dan sombong. Lelaki itu hanya menatap uluran tangan itu tanpa berniat membalasnya. Membuat si gadis diam-diam mengumpat dalam hati.

'Tidak apa-apa kok, (Name). Perlahan-lahan juga pasti bisa kok...' Pikirnya dalam hati.

Dan sekarang canggung. Mereka berdua terdiam satu sama lain. Sho yang memang malas berbicara dan (Name) yang bingung mengambil topik. Hening menguasai mereka.

"Urusan lu sama gue udah kan? Sana pergi," sungut Sho.

"Jahatnya ngusir-ngusir..." balas (Name) sok merasa tersakiti. Namun Sho hanya menatap (Name) singkat lantas meninggalkannya. Membuat gadis itu bertanya-tanya. Apa Sho itu memang tipe orang yang seperti itu atau bukan?

Ah, sebalnya! Mengapa ia langsung diberi misi pertama yang seperti ini?!

"(Name)!" panggil Sasa. Bisa ia lihat, keramahan gadis ini pada murid baru seperti (Name). Padahal Sasa hanyalah bagian sekretaris ekskul, sementara Sho adalah ketua.

Sasa merangkul (Name). "Gimana? Lancar nggak? Harusnya lancar sih, soalnya Sho bukan tipe orang yang suka basa-basi."

"Lancar sih."

"Bagus deh kalau lancar. Itu berarti, kamu udah resmi jadi anggota?"

"Iya."

"Wihh, saya sebagai anggota ekskul drama turut bersuka cita ya atas kedatangan anggota baru."

"Iya."

"Nah... sebagai anggota baru, ada  beberapa hal wajib yang harus kamu lakukan."

Ini gambarnya Amu btw

Ini gambarnya Amu btw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Cutie Earth // Wee X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang