Yey, My Cutie Earth up! Siapa yang excited? Oh ya, jangan lupa votenya ya!
"(Name), jadilah teman Sho. Kalau dia sedih, minta dia untuk bercerita. Kalau dia sedang senang, temani dia. Juga kalau ia sedang marah, bantu tenangkan dia. Buat dia tersenyum meski cuma di sekolah aja. Kita semua sedih ngelihat Sho kelihatan berantakan kayak gini," pinta Amu penuh harap.
Menjadi teman Sho ya? Mungkin tanpa diminta Amu pun, gadis itu akan melakukannya.
Bagaimanapun, gadis itu harus membalas budi pada orang yang telah menyelamatkan dan telah memberinya sebuah tujuan hidup. Makanya ia harus berteman dengan Sho guna menyelesaikan misi pertama yang diberikan. Setidaknya, (Name) tak ingin membuat kecewa orang itu.
Namun (Name) tetap menunjukkan senyum yang manis. "Baiklah, Amu. Akan kucoba. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi temannya."
Begitulah.
Meski begitu (Name) tak tahu pasti apa yang harus dilakukannya. Adakah prosedur khusus untuk berteman? Kalau iya, coba beritahu padanya. Sebab, (Name) begitu membutuhkannya sekarang. Ah, apapun itu, ayo kita mendinginkan kepala dulu di rooftop.
Gadis melangkahkan kakinya ke rooftop, sesekali ia bertanya arah pada murid lain. Rooftop sekolah ternyata cukup jauh dari area gedung utama. Tetapi hal yang paling mengejutkan bukanlah itu. Yang paling mampu membuat (Name) tersenyum getir adalah kehadiran Sho di tempat itu.
Angin semilir sayup-sayup menerbangkan helai rambut mereka. Suara langkah kaki (Name) membuat Sho menoleh ke belakang. Bisa gadis itu lihat kalau lelaki itu tengah mengemut permen lolipop sembari duduk di pinggiran rooftop.
Lelaki dengan rambut acak-acakkan itu menatap (Name) tanpa minat. Dengan nada malas ia bertanya, "Oh, (Name) ya?"
(Name) tersenyum. Sepertinya betuah dirinya kali ini. Tanpa dicari, ternyata Sho malah ada di tempat seperti ini.
"Kucari, ternyata di sini." (Name) berceletuk.
Alis Sho mengkerut, "Emang ada apa?"
"Nggak papa. Aku emang mau ngobrol aja sama kamu."
Sho ber'oh' pelan. Ia menggigit sisa permen, membuangnya sembarang tapi beruntungnya malah masuk tong sampah. Lantas dengan sombongnya, ia kembali mengalihkan atensi ke arah langit. Awan-awan bak kapas tersaput lembut. Burung layang-layang keluar dari sarangnya guna mencari makan. Tak berminat menatap (Name) lagi.
(Name) menghembuskan napas. Tak ada lagi yang memulai percakapan. Ah, situasinya jadi agak canggung.
Namun tiba-tiba saja gadis itu terpikir sebuah ide. Ia mengambil langkah, mendekat. Lantas tanpa aba-aba, mendadak dirinya meniup telinga Sho. Lelaki itu jelas terkejut dengan perbuatan (Name).
Namun gadis itu mengatakannya dengan santai, "Maaf, aku suka sekali meniup telinga orang yang sedang melamun."
Lelaki itu langsung kembali menetralkan wajah. Lantas kembali mengalihkan atensinya dari (Name). Ah, baiklah. Sepertinya kehadiran (Name) terasa tak terlalu penting buat Sho.
"Sebenarnya apa yang kau lihat sampai kelihatan damai begitu?" tanya (Name) tak paham. Gadis itu kembali mendekat ke arah Sho, kali ini ia duduk bersisian dengannya.
Sho menunjukkan beberapa burung layang-layang yang tengah bertengger di sebuah pohon. "Itu adalah burung layang-layang. Mereka tengah mencari makan untuk anak-anak mereka.
"Lalu?"
"Langit masih biru sebiasanya. Awan-awan yang kelihatan lembut tersebar."
"Lalu?"
"Di sini kita juga bisa melihat kerumunan orang-orang yang sangat kecil. Bukankah hari ini kelihatan damai sekali?"
"Dan kamu suka semua kedamaian itu?" tanya (Name) lagi.
"Nggak, gue cuma pengen ngerasa damai aja."
"Memang hidupmu nggak sedamai itu?"
"Bukan urusan lo." Gadis itu mangut-mangut. Ia diam-diam melirik gurat wajah Sho yang kelihatan lelah itu. Mata lelaki itu kelihatan berkantung. Selain itu, bawah matanya menghitam bak panda. Tak ayal lagi, lelaki ini pasti bergadang malam.
Tiba-tiba saja, Sho memiringkan kepalanya. Ia menyender ke bahu (Name). Gadis itu mengulum senyum sembari bertanya, "Kamu nggak papa?"
"Boleh gue nyender sebentar, nggak? Gue pengen tidur sebentar."
"Kenapa nggak tidur di UKS aja?"
"Males ditanya-tanya," jawabnya.
"Tapi kan sebentar lagi jam istirahat. Masa kamu mau bolos pelajaran?" tanya (Name) lagi.
"Gue mau di sini aja. Mau tidur. Toh, nilaiku tetep kayak biasa sekalipun gue nggak pernah berangkat."
Ah, iya juga. Gadis itu lupa kalau Sho adalah anak yang cerdas meski punya kepribadian yang paling buruk sesekolahan.
Tahap pertama selesai. Gadis itu berhasil mendekati Sho dengan mudah.
"Oke deh, aku juga ikut bolos hari ini. Sekali-kali mungkin nggak papa jadi anak yang nakal," tutur gadis itu santai.
Sementara itu, Sho sudah mulai menutup matanya. Aih, tapi setelah dipikir lagi, gadis itu pasti akan berakhir pegal-pegal kalau Sho terus menyender di bahunya.
"Sebentar, Sho." Lelaki itu bangun kemudian termangu memperhatikan (Name).
Sementara itu, (Name) berusaha mendudukkan dirinya dengan nyaman. Ia mempersilakan Sho tidur sekarang. "Jangan tidur di bahuku, ntar lehermu bisa sakit. Sini, di pahaku aja. Senyamannya kamu mau tidur gimana."
Lelaki itu terdiam sebentar, memalingkan wajah. Lantas perlahan ia meletakkan kepalanya di paha (Name). Memalingkan wajahnya yang sedikit memerah darinya. Gadis itu malah dengan santai menggerakkan tangannya di rambut Sho.
Situasi yang hening mengundang rasa kantuk yang luar biasa. Tak lama setelahnya, Sho tertidur pulas di pahanya. Gadis itu tersenyum memandang wajah damai Sho kala tertidur.
Ia baru tahu kalau wajah Sho selalu selelah itu. Gadis itu berharap, ia sedikit meringankan bebannya. Eh, segera gadis itu menghapus pemikirannya. Apa yang gadis itu pikirkan barusan? Daripada memikirkan itu, harusnya ia lebih fokus pada misi untuk melenyapkan anak ini.
Hanya saja... Gadis itu sedikit terbius oleh kata-kata Sho. Kedamaian. Itulah yang Sho inginkan. Kedamaian seperti apa yang lelaki itu inginkan sebenarnya?
Ting! Satu buah notifikasi muncul di layar ponsel (Name). (Name) berhenti mengelus rambut Sho dan beralih ke ponselnya.
Hari ini kau akan mendapatkan bintang. Jangan lupa datang ke markas.
Gadis itu mengangkat alis. Ah, bintang ya? Sudah lama ia tak mendengar kata itu. Ia terdiam sejenak dalam lamunan.
Usai melamun, gadis itu mengalihkan perhatiannya ke langit. Ah, Sho benar. Hari ini, memang dunia kelihatan damai sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cutie Earth // Wee X Reader
Fiksi Penggemar"Peluk..., boleh?" "Boleh kok." Siapa yang sangka kalau (Name) dan Sho ternyata bisa saling melengkapi satu sama lain. Mereka terus bersama demi bisa saling membebat luka. Hingga pada suatu ketika, perasaan baru itu malah muncul. Namun, suatu alasa...