(Name) pulang dengan perasaan gundah. Ia memandang botol isi racun yang diberikan oleh Binta. Dengan racun ini, ia akan membunuh Sho.
Hahh, gadis itu menghela napasnya. Ia menepuk pipinya, mengusir pikiran kosongnya. 'Sadarlah, (Name)! Kau harus segera membunuhnya."
Gadis itu menatap jam tangannya. Sudah jam tiga, tapi dirinya belum tertidur. Ah, ia tak pasti bisa bertahan di sekolah tanpa tertidur di kelas. Ah, ia akan menyalahkan Alfa bila dirinya kena hukuman karena tertidur.
Brak!
Suara apa itu? (Name) sontak menoleh ke sana-kemari mencari sumber suara. Kakinya ia paksa melangkah.
"MAU LARI KE MANA LO?!" Gadis itu tercekat. Ada suara bariton pria di dekat sini. Ia semakin mempercepat langkahnya.
Suara berat itu kembali menggema, "Alea, lu mau pergi ke manapun, bakal tetep gua cari, Sialan..."
(Name) reflek syok. Itu kan Sho? Astaga! Apa yang ia lakukan pada wanita yang ada di mobil hitam itu? Wajah wanita itu sedikit lebam.
Sang wanita memegang luka di wajahnya. Sho semakin brutal memukul-mukul jendela mobil, berharap sang pemilik membukakan pintu. "BUKA PINTUNYA! KITA BELUM SELESAI. Lu mau bosen boleh, mau ngapain aja ke gua terserah, lu mau jadiin gua yang ke berapa juga terserah! Tapi gua nggak pernah sekalipun ngizinin lu biar bisa pergi seenaknya terus buang gua gitu aja, Sat!"
Wanita berambut panjang dengan rambut pirang yang ada di mobil itu menatap Sho sedih. Air mata terus keluar dari pelupuk matanya. "Sho, lu sakit..."
"Buka nggak?!" Sho kembali memukul kaca jendela. Perlahan tapi pasti, kaca jendela itu mulai menimbulkan keretakan. Gawat, kalau diteruskan, kaca mobil itu bisa pecah dan melukai dua orang itu secara bersamaan.
(Name) akhirnya turun tangan. Ia menahan tubuh Sho dengan kedua tangannya. "PULANG AJA, MBAK! PULANG! Mental Sho lagi nggak stabil sekarang!"
Wanita itu, Alea menekan gas di mobilnya. Meninggalkan (Name) dan Sho yang kini berusaha memberontak dari kungkungan (Name).
"LEPAS NGGAK, LO?!"
"NGGAK!"
"Kenapa lu ikut campur masalah gua? Tol*l, gobl*k, sabl*ng, kampr*t! Lepas nggak, Sat?!" seru Sho mengeluarkan semua kata-kata binatangnya.
"Tenangin diri kamu dulu, Sho! Lepasin kakak itu. Kasihan, dia sampe ketakutan gitu sama kamu."
"Bukan urusan lo! Biarin gua ngeyakinin Alea bangsat itu buat balik ke gua. Dia nggak boleh ninggalin gua. Dia nggak boleh ngebuang gua gitu aja."
"APA KAMU NGGAK LIHAT MUKA DIA TADI?! DIA TAKUT SAMA KAMU, SHO! KALAU KAMU MAU BICARA SAMA DIA, NGGAK USAH PAKE CARA SEREM KAYAK TADI. MUNGKIN DIA MAU NGEDENGERIN."
"MASALAHNYA DIA NGGAK MAU DENGERIN GU—"
Tanpa aba-aba, (Name) mendekap Sho dari belakang. Kemudian dengan ringan tangannya menepuk-nepuk puncak kepala Sho lembut. Lelaki itu jelas terkejut dengan perlakuan (Name). Perlahan lelaki itu menoleh ke belakang. Sho menatap wajah sendu (Name).
Gadis itu tersenyum lembut. Dengan suara gemulainya ia berkata, "Itu tandanya kamu harus segera melupakannya, Sho. Dia mau bebas, itu aja... Dia kayak kamu tau. Kamu juga mau bebas kan? Harusnya Sho bisa paham sama alasan Alea ngelakuin itu... Sho juga harus bisa menghargai apa yang Alea inginkan. Sho kan anak yang pinter..."
Harusnya Sho merasa risih jika diberi nasihat panjang lebar seperti tadi. Apalagi jika orang itu juga memeluk dan memperlakukannya seperti anak kecil. Namun anehnya ia tak merasa begitu. Anehnya ia malah merasa nyaman dengan perlakuan-perlakuan sederhana yang dilakukan oleh (Name).
Sho menangis tanpa suara. Lelaki itu membalas pelukan (Name). "L-lo... bener. Hanya karena... gua ngerasa nyaman ama Alea bangsat, bukan berarti gua bisa ngambil kebebasan Alea juga."
"Iya, kalian berdua itu benar-benar sama persis, Sho..."
"Ma-maafin gua, Alea... sikap gue keterlaluan. Harusnya gue nggak bersikap berlebihan tadi. Gue minta maaf... gue... minta maaf..."
"Besok minta maaf langsung aja ke Alea ya? Aku temenin..."
"Alea, gue... minta ma—" Sho jatuh ke pelukan (Name). Gadis itu seketika panik. Apa yang harus ia lakukan sekarang?! Ah, bawa saja ke rumah! Ia akan mengobati luka-luka di tangan Sho karena memukul jendela mobil tadi.
Tunggu, apa yang barusan (Name) pikirkan?! Apa ia berusaha menyelamatkan Sho?! Ah, karena Sho, gadis itu menjadi gila!
×××××
Sho membuka matanya perlahan. Ia menatap langit-langit ruangan dengan tatapan yang kosong. Ini dimana? Mengapa ia bisa berada di tempat seperti ini?
Ia memperhatikan kedua tangannya yang dibalut oleh perban. Apakah tadi malam ia berkelahi? Mengapa tangannya terbungkus oleh perban? Siapa yang telah membuat lelaki itu terluka?
Perlahan tapi pasti, ia bangkit dari tidurnya. Ia merasakan ada yang mengganjal di kakinya. Ia mengernyit melihat seorang gadis bersurai putih dengan campuran pink yang tertidur di atas kakinya. Apa yang dilakukan (Name) di sini?
Selang beberapa lama kemudian, gadis itu terbangun. Mengucek-ngucek matanya yang menghitam. Apa gadis itu tak tertidur untuk menjaganya semalaman?
Gadis itu bernapas lega. Lantas mengusap pipi Sho perlahan. "Syukurlah, akhirnya kamu bangun juga. Gimana perasaan kamu? Udah mendingan?" tanya (Name) lembut.
Perasaan?
Oh, benar juga. Semalam ia berusaha keras mengejar-ngejar Alea yang kabur darinya. (Name) tanpa sengaja menemukannya dan malah menahannya agar tak melukai Alea lebih jauh.
Kalau gadis ini tak ada, mungkin Sho akan menjadi-jadi dan akan membuat penyesalan yang besar di suatu hari nanti. "Makasih, lo udah ngehentiin gue tadi malam. Gue pasti bakal nyesel kalo nggak ada lo tadi."
Mendengar itu, (Name) mematri senyum. "Gue nggak bakal biarin lo ngelakuin kesalahan kayak gitu."
"Makasih dan maaf karena gue malah ngrepotin lo jadinya. Lo pasti nggak tidur semalaman buat ngejaga gue."
"No problem! Toh lagian kita kan teman!" Sungguh, sejujurnya (Name) masih tak habis pikir dengan perkatannya. Tidak mungkin Sho menganggapnya sebagai teman. Mereka berdua kan sama sekali tidak dekat.
Namun yang tak disangka, ternyata lelaki itu malah mengukir senyum kecil. "Iya... kita ini teman."
Mendengar Sho mengatakannya, membuat (Name) merona. Bagaimana bisa lelaki yang dicap paling menakutkan itu menjadi sangat manis? Kalau diperhatikan, memang rupa Sho itu cukup tampan. Pasti banyak sekali gadis yang memiliki perasaan pada lelaki ini.
Sho memecah keheningan dengan pertanyaannya. "Btw ini jam berapa, (Name)?"
"Ini jam—" Gadis itu sontak membulatkan mata ketika melihat letak jarum jam yang ada di jam tangannya. "—anjir! Udah jam tujuh lewat lima belas menit, Cok! Dan kita belum ngapa-ngapain!?"
"Emang kita mau ngapain?" tanya Sho dengan seringainya.
(Name) merona melihatnya. "Eh, maksudku kita sama sekali belom persiapan ke sekolah! Mandi sana, Sho! Selagi aku nyiapin makanan buat sarapan!"
"Tapi seragam gue di rumah..."
"Pakai yang ada dulu! Ntar kita ke rumahmu buat ambil seragam! Cepetan! Kita dah telat banget ini, Sho!"
"Ck, iya, Bawel..."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cutie Earth // Wee X Reader
Fanfic"Peluk..., boleh?" "Boleh kok." Siapa yang sangka kalau (Name) dan Sho ternyata bisa saling melengkapi satu sama lain. Mereka terus bersama demi bisa saling membebat luka. Hingga pada suatu ketika, perasaan baru itu malah muncul. Namun, suatu alasa...