Part 9: Sho itu...

130 11 0
                                    

Jangan lupa vote, komen, ama follow biar aku makin semangat upnya. Dadahh, selamat menjalani hari!

Woodball adalah permainan bola kecil yang harus dipukul menuju gawang kecil atau yang biasa disebut gate. Olahraga ini mirip dengan golf. Woodball pada prinsipnya adalah memasukkan bola ke dalam gate dengan cara memukul bola dengan mallet (tongkat) dengan jumlah pukulan yang paling sedikit sampai bola masuk gate. Dan menghindari bola keluar dari batas lapangan (Out Bound/OB). Point akan dihitung di seberapa sering kamu memukulnya. Semakin banyak kamu memukulnya, maka akan semakin kecil peluang kamu mulai. Yang mendapat point paling sedikit, ialah yang menang.

Kelas (Name) kebagian materi permainan bola tersebut. Siapa pula yang pernah mendengarkan permainan bola macam ini? Jarang kan? Sama. Mungkin ini adalah kali pertama anak-anak kelas Madesu (Masa depan sukses).

Menurut (Name), gawangnya kelihatan aneh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menurut (Name), gawangnya kelihatan aneh. Mirip timbangan tapi bagian tengahnya bisa berputar ke atas. Sementara itu, Amu dengan jiwa seninya melihat gawang itu seperti tiga botol aqua yang berjejer-jejer. Pun lain dengan pandangan Upi.

Upi berseru, "Pak, ini gawang apaan? Kok bentukannya gini?"

Pak guru menoleh sebentar lantas kembali menyesap kopi susunya yang kelihatan enak itu. Sial, anak murid anda sudah pada iri tuh!

"Oh, itu gawang khusus buat permainan woodball. Bentukannya emang kecil dan lucu tapi jangan salahin. Jarang-jarang loh ada sekolah yang ngasih materi tentang permainan ini," timpal Pak guru olahraga.

Upi mengangkat tangannya lagi, "Tapi Pak, bukan itu permasalahannya."

"Terus?"

Gadis dengan rambut super panjangnya menjelaskan, "Gawangnya kelompok kita burik banget, Pak! Masa iya yang lain dari kayu, kita dari ranting kayu."

"Itu berarti kalian berani beda dari yang lain."

"Mana ada!"  Kali ini seluruh anggota di kelompok Upi menyahut bersamaan. Meski tetap saja, Pak guru itu tak terprovokasi.

"Ya udah sih. Tinggal main aja apa susahnya? Kan point kalian bakal tetep sama. Nggak dikurangi apalagi ditambah," jawab Pak guru enteng.

"Tapi Pak, ini udah bengkok kayunya! Gawang burik! Cara kita masukkin bola kecilnya gimana?" protes Upi dengan pedas.

(Name) tak habis pikir. Terkadang ia sering mempertanyakan hal ini dalam hati. 'Sejujurnya mengapa orang-orang cenderung langsung mengutarakan isi pikiran mereka ketimbang menyaringnya terlebih dahulu?'

Bisa gadis itu lihat bahwa Pak guru olahraganya yang tadi tengah bersantai di bawah naungan tanaman markisa, kini telah berdiri demi mengambil sebuah ranting besar lantas memotongnya jadi dua dan seukuran gawang woodball. Setelah dipotong, tiap ujung ranting diikat rafia disatukan, lantas ditancapkannya ranting itu ke tanah.

"Yey, gawang kita sudah tidak burik lagi!" seru Azhey, salah satu anggota kelompok Upi.

"Yey!" Dan diikuti oleh seruan yang lain.

Sementara itu, heroin kita yang memilih untuk berada di pojok terdiam, mendengarkan. Merasa seperti orang yang terasingkan, Amu berinisiatif untuk menyapa gadis itu.

Waduh, jangan-jangan heroin kita ini anti sosial?

"Sendirian aja, Neng?" celetuk Amu dengan manik berbinarnya. Senyumannya terlihat manis. Astaga, saking cantiknya, Amu kelihatan seperti boneka. Ini sangat cocok.

"Jikalau anda ingin tahu apakah saya sendirian atau tidak cuma begini. Gampang banget cara mengerjakannya. Apa anda tahu caranya?"

"Tidak."

"Lihat sekeliling anda. Kalau ada yang  hahahihi tapi bikin anda takut, maka mungkin saja tempat itu sepi."

"Waduh, hahaha..." tawa Amu canggung.

"Ih, agak susah mukul bolanya tadi. Masa aku baru pukul sekali, bolanya langsung out? Mana nggelindingnya jauh banget," keluh (Name).

Amu menyahut, "Nggak kok. Gampang aja masukkin ke gawangnya. Aku aja cuma dapet tiga pukulan."

"Suhu! Masa tiga pukulan doang?"

"Iya dong! Orang permainannya juga gampang gitu." (Name) spechless. Permainannya mudah ya? Berarti dia...

"Mana ada permainannya gampang?"

"Ada."

"Nggak."

"Ada."

"Nggak."

"Ada kok. Buktinya yang perempuan, cuma kamu sama Upi doang yang out." Telak, kata-kata itu menusuk hati kecil (Name) yang rapuh.

"Haha, iyakah?"

"Iya dong! Bahkan kalau jam olahraga ada banyak, kita ada rencana buat main permainan ini bareng-bareng. Seru soalnya."

"Wow, itu keren."

"Mesti dong! Idenya Amu!"

"Loh, terus Upi mana btw?"

"Ngulang penilaian tadi. Dia nggak terima pas di lapangan pertama mukul sebanyak 12 kali buat masukkin ke gawang."

"Gila banyak bet."

"Nah iya, makanya sih dia ikut remidi."

"Ooh..." Amu mangut-mangut. Lagi, (Name) kembali menanyakan pertanyaan yang membuat sepenuhnya atensi Amu menuju ke arahnya.

"Aku pen akrab sama Sho. Gimana ya caranya?"

"Hah?"

"Eh, maksudku gini, dia kan ketua ekskul drama ya kan? Tapi dia tuh jarang banget masuk ekskul. Sekalipun masuk, kadang nggak serius, kadang juga tidur di ruang ekskul pas yang lain olah ekspresi. Dari tim kami pun nggak ada yang mau negur dia. Begitu."

Gadis berjilbab putih pin tengkorak itu ber'oh pelan. "Oohh... jadi kamu berencana mengakrabkan diri biar bisa yakinin dia buat lebih rajin masuk ekskul? Gitu?"

"Iya, secara garis besarnya seperti itu."

Amu menaruh telunjuknya di dagu. "Gimana ya? Aku emang udah kenal deket sama dia dari jaman SMP. Dari dulu dia udah dikenal nakal banget. Bahkan hampir setiap minggu, bocah itu selalu dapet surat pemanggilan untuk orang tua. Namun bukannya kapok, Sho malah makin menjadi-jadi."

'Itu berarti Sho sudah menakutkan dari kecil.' pikir (Name).

"Tapi di luar semua itu, dia adalah lelaki yang baik. Ia pernah menolongku dan dulu kita sering banget ketemu untuk sekadar bermain. Sedih rasanya ngelihat dia kadang kelihatan tersiksa sama hidupnya sendiri."

Amu menautkan tangannya ke tangan (Name) lantas mengangkatnya tinggi. (Name) yang bingung mengangkat salah satu alisnya. Bisa gadis itu lihat, tatapan penuh harap dari Amu.

"(Name), jadilah teman Sho. Kalau dia sedih, minta dia untuk bercerita. Kalau dia sedang senang, temani dia. Juga kalau ia sedang marah, bantu tenangkan dia. Buat dia tersenyum meski cuma di sekolah aja. Kita semua sedih ngelihat Sho kelihatan berantakan kayak gini," pinta Amu penuh harap.

"Baiklah, akan kucoba." (Name) seketika teringat, "Oh ya, lupa, btw kesukaannya apa?"

"Itu..."

My Cutie Earth // Wee X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang