Anjay, ini keknya part terpanjang yang aku bikin selama aku menulis setahun ini. Seperti biasa, jangan lupa vote biar aku makin semangat buat up-nya!
Kiki dan Toro benar-benar berkunjung ke rumah Sho. Mereka menatap sekitaran rumah Sho yang kecil itu bingung.
"Kok sepi banget dah? Bahkan si Dogo nggak ada." Alis Kiki naik sebelah. Anjing coklat peliharaan Sho yang paling setia itu tak ada di depan rumah seperti biasa.
"Mungkin Sho tidur?" gumam Toro.
Ceklek...
"Nah, akhirnya nih dibuka juga. Tapi kok si Sho tinggi—eh abang gondrong!" girang Kiki melihat kakaknya Sho 'sepertinya' yang sudah berperawakan seperti om-om. Ular kuning berukuran sedang melingkar di lehernya.
*Lebih tepatnya sih Om-nya Sho cuman karena Sho sendiri nyebut Om-nya 'Abang' jadi aku nulisnya si 'kakaknya Sho'.
Mereka bertatapan beberapa detik sebelum Toro membuka mulut, "Eh, om permisi..."
'Oh, Om-nya Sho rupanya...' batin Kiki.
"Sho-nya ada?/Kalian lihat Sho?" Toro dan kakak itu bertanya bersamaan. Eh? Lah? Seketika mereka bertiga terdiam.
Akhirnya mereka berdua menceritakan kalau Sho tidak masuk sekolah tanpa keterangan tadi. Ular kuning itu menggelayut santai. Binatang itu menatap Kiki dan Toro intens, lidahnya sesekali menjulur. Mungkin ular itu mencari-cari pemiliknya, anggap saja begitu.
"Dia tadi nggak masuk sekolah?"
"Iya Bang," sahut Kiki.
"Di sini juga nggak ada, Om?" tanya Toro.
Tak lama kemudian ular yang menggelayut di leher kakak Sho itu turun mendekat ke Kiki. Lelaki itu menerimanya dengan senang hati tanpa rasa takut seperti teman sendiri. "Sini, Yank..." Lihat, bahkan tak ada takut-takutnya sama sekali.
Toro menatap ular itu geli, "Aku mah nggak ikutan ya." Meski begitu, ada bebek yang perlahan mendekatinya lalu bertengger di pundak Toro tanpa sadar.
Kakaknya Sho menatap keduanya datar. "Ya sok kalau kalian mau nunggu anaknya. Toh bentar lagi paling balik. Oh ya, jangan bakar rumah. Ntar gue tabok lo pada ampe mampus! Abang mau buang sampah dulu," tegas Kakak Sho mengingat keduanya pernah membakar rumah Sho.
"Iye Bang..."
Setelah kakak Sho itu pergi, Kiki bergumam pada Toro, "Abangnya Sho lagi badmood kali ya? Sumpah, galak banget..."
Yang langsung dibalas Toro, "Mungkin kecapean..."
Kakaknya Sho membuang sampah-sampah rumahnya tanpa ekspresi. Setelah selesai, ia menyalakan rokok. Asap putih mengepul di sekitarnya.
Tak lama kemudian, suara anjing yang jadi peliharaan setia Sho terdengar menggema. Lelaki itu menolehkan kepala, menatap satu figur lelaki yang wajahnya kelihatan kacau sekali. Abang Sho mengernyitkan alis melihat banyaknya kapas dan plester yang menempel pada wajah Sho. Sho mendekati abangnya dengan tatapan tak berdosa.
Abang Sho membuka mulutnya, "Kenapa hari ini nggak sekolah? Udah bosen? Males? Ngerasa pinter? Atau kamu bangga, hah? Kamu ngerasa keren ama sifat berandalan kamu?"
Tak ada jawaban dari si empu.
"Sampah. Ini juga rambut siapa? Abang nemu benda ini di sofa, di kamarmu, bahkan di baju kamu juga ada. Kamu udah jadi cowok berandalan sekarang mau nambah jadi cowok bajingan juga? Bawa cewek ke rumah, berduaan doang. Sekolah tinggal belajar, ikut peraturan, lulus, kuliah, terus hidup normal apa susahnya sih?" tanya sang abang menunjukkan plastik yang berisikan rambut Alea.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cutie Earth // Wee X Reader
Fanfiction"Peluk..., boleh?" "Boleh kok." Siapa yang sangka kalau (Name) dan Sho ternyata bisa saling melengkapi satu sama lain. Mereka terus bersama demi bisa saling membebat luka. Hingga pada suatu ketika, perasaan baru itu malah muncul. Namun, suatu alasa...