Alarm yang begitu nyaring itu akhirnya berhasil menghentikan mimpi indah Haris. Ia meraba handphonenya lalu membuka matanya perlahan. Ia menyipitkan matanya karena silau dari cahaya layar ponselnya.
Ternyata sudah jam 6 pagi. Ia pun segera bangun dan berlari ke kamar mandi karena sudah tidak bisa menahannya lagi. (kebelet pipis yagesya)
Haris sudah kembali dari kamar mandi. Ia pun sudah mandi dan sudah rapi mengenakan kaos berwarna putih, celana jeans dan jaket hitam.
Saat hendak memasukkan laptopnya ke dalam tasnya, ia baru tersadar kalau ada tugas yang harus di kumpulkan pagi ini.
"Ya ampun Haris, bisa-bisanya lo lupa sama tugas." Gumamnya seraya mengacak rambutnya. Ia pun segera membukanya dan mengerjakannya secepat mungkin.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yaya segera menghabiskan sarapannya lalu ia meminum segelas susu.
Bunda dan Ayah sedang duduk di teras rumah seraya menikmati kopi dan kue. Yaya pun menghampiri mereka dan duduk bergabung disana.
"Pagi-pagi udah rapi aja nih.." Sahut Bunda. Yaya pun tersenyum.
"Iya Bun, ada kelas pagi soalnya. Bentar juga Yaya berangkat."
"Tumben Haris belum kesini?" Tanya Ayah.
"Hari ini dia gak jemput Yah, kelupaan katanya belum ngerjain tugas padahal mau di kumpulin pagi ini."
"Ya ampun ada-ada aja.." Ayah hanya menggeleng seraya tertawa kecil.
"Yaya mau bawa motor aja ke kampusnya." Ayah dan Bunda pun mengangguk.
Yaya berniat untuk menyampaikan amanat dari Haris, tapi ia merasa sangat gugup. Tiba-tiba saja tangannya berkeringat. Ia hanya duduk diam saja seraya memainkan tangannya.
Bunda yang sangat peka itu pun akhirnya mempertanyakan kegelisahan putrinya.
"Ada apa sayang?" Tanyanya seraya menatap Yaya. Ayah pun segera menoleh dan memperhatikannya.
"Eh.. emm.. itu Bun, Yah.."
"Iya kenapa, ada apa?"
Yaya menarik nafasnya dalam-dalam sebelum mengutarakan maksudnya.
"Orang tuanya Haris pengen ketemu sama Ayah Bunda katanya.."
Ayah dan Bunda pun saling melirik lalu mereka berdua tersenyum. Bunda mengelus lembut pundak Yaya.
"Oh bagus dong kalo gitu, kapan?" Tanya Ayah. Yaya pun seketika merasa lega melihat respon kedua orang tuanya.
"Emm belum tau sih, cuman semalem Haris bilangnya gitu mereka pengen ketemu."
