[9]

48 7 0
                                    

[9]

Darah itu menyatu dengan air hingga mengenai pakaian milik Ice. Ice mulai berdiri, dan merasa kedinginan. Udara di kamar mandi tiba tiba saja menjadi dingin, seperti suasana sehabis hujan. Ice menutup mata nya menggunakan tangan milik nya dengan perasaan takut dan khawatir.

Tiba tiba Ice merasa ada sebuah rambut yang Ice injak. Ice perlahan lahan melihat kebawah, hingga sekujur tubuh nya mulai merinding ketakutan. Rambut itu berasal dari sosok wanita berambut panjang. Sosok itu perlahan lahan mulai berdiri, dengan wajah yang ditutupi oleh rambut panjangnya.

Melihat sosok itu membuat Ice semakin ketakutan, bahkan tubuh nya tak dapat ia gerakkan. Sepatah kata pun tak dapat Ice keluar kan dari mulut nya. Lampu kamar mandi tiba tiba redup hingga akhir nya mati. Ruangan kamar mandi menjadi gelap, hingga Ice tak dapat melihat apa pun lagi. Jantung nya berdebar dengan sangat kencang, kepala Ice juga terasa pusing.

Lampu pun kembali menyala, namun sosok itu telah menghilang. Lama kelamaan pandangan Ice mulai kabur, benda benda disekitarnya nampak buram. Ice mencoba meraih gagang pintu kamar mandi. Namun semakin lama, kepala Ice semakin pusing.

Ice berkeringat dingin, serta diri nya mulai tak seimbang dalam berjalan. Hingga akhirnya keseimbangan nya mulai hilang, dan membuat kepala Ice terbentur keras oleh lantai kamar mandi.

Besok (10 September 2024)

Ice mengalami benturan yang cukup kuat, kepala Ice banyak sekali darah, bahkan itu sangat banyak.

Di lantai 2 rumah sakit, tempat di mana Ice sedang koma untuk kedua kali nya. Sebenarnya Ice selalu bertanya tanya, Ice salah apa? Mengapa sosok itu selalu mengganggu Ice, dan bahkan melukai Ice.

"Kamu gak salah kok sayang. "

Suara itu mengejutkan Ice hingga terbangun dari koma nya. Ice sedang berbaring di kasur rumah sakit, dengan wajah yang pucat. Ice yang baru saja terbangun dari koma nya mulai melihat sekelilingnya yang tampak tak asing bagi nya, kamar rumah sakit yang ia tempati waktu itu. Ia mulai merasakan perban di kepala nya. Rasa nya tidak sakit, namun semakin lama Ice mulai merasa sakit.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar dari telinga Ice, membuat Ice langsung menengok ke arah pintu. Pintu pun terbuka, terlihat seorang lelaki berjaket hitam bercorak merah, berambut hitam kecoklatan dengan sedikit putih dan bermata merah terang. Dia berwajah tampan dan berwajah datar. "Ice. " Ujar lelaki itu, Halilintar. "Bang? " Ujar Ice terkejut. "Bentar gw panggil dokter. " Ujar Halilintar pergi meninggalkan ruangan.

"Huh. " Ice menghela nafas, "Abang ... Jadi repot gegara gw. " Batin Ice.

Beberapa hari kemudian

Hari telah malam, langit menjadi gelap dan cahaya bulan mulai menerangi. Ice yang telah keluar dari rumah sakit sedang duduk di kursi dapur dengan wajah yang suram. Semua ingatan kejadian yang Ice alami sekarang sedang di putar di dalam pikiran Ice, kejadian yang menimpa Ice terus menerus. Ice memegangi kepala nya dengan perasaan gelisah dan khawatir.

Tanpa Ice sadari, abang sulung nya berada di belakangnya. "Lu ngapain? " Tanya Halilintar berjalan menuju kulkas, "Bang? E-em Ice cuma lagi mikirin sesuatu kok. " Jawab Ice. Mereka hanya berdua di dapur, dan rasa nya sangat canggung. Mereka tidak berbicara satu sama lain.

Sudah lama sejak percakapan terakhir mereka, sekitar 8 bulan yang lalu. "Setidaknya, gw harus ngomong sesuatu. " Batin Ice. Namun, rasa nya sangat sulit untuk melontarkan kata kata. Kejadian 8 bulan yang lalu, rasa nya tetap kekal dalam ingatan. Si sulung pun pergi meninggalkan dapur. Dan Ice, nampak menyesali nya. Rasa nya ia ingin membuka percakapan dengan si sulung, namun ia tidak ingin membuat si sulung banyak pikiran.

"Terimakasih ... Mungkin itu yang harus gw katakan. " Ujar Ice.

Keesokan harinya

Pagi yang cerah, disambut sejuk nya embun pagi. Ice yang baru saja bangun berjalan melewati lorong menuju kamar mandi, namun saat ia berada tepat di pintu kamar mandi, ia hanya diam dan tak memasuki kamar mandi. Ice sudah lelah dengan kamar mandi, penuh dengan semua kejadian yang ia alami.

Tiba tiba saja, Solar menghampiri Ice. "Bang? Ngapain berdiri disini. " Ujar Solar, "gak, gapapa. " Ujar Ice dengan sedikit khawatir. Solar pun memasuki kamar mandi seperti biasa nya. Ice merasa jika berdua tak masalah untuk nya masuk ke kamar mandi.

"Lar, lu tadi malem begadang ya? " Ujar Ice, "emang kedengeran ya! " Ujar Solar. Mereka mengobrol dengan canda tawa yang mengasyikkan, membuat Ice sedikit tenang.

Bersambung ...

rampung : boboiboy horror fanmade :Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang