[15]

34 5 0
                                    

06.05, sabtu.

Halilintar belum kembali. Blaze, Solar, dan Ice masih menunggu si sulung di dapur.

Mereka masih saja khawatir, dan merasa takut. Takut kehilangan.

Tiba tiba pintu rumah diketuk. Pintu rumah yang berada tepat di sebelah dapur. Solar pun berjalan kearah pintu rumah, lalu membukakan pintunya.

"Bang? "

".... "

Halilintar tidak menjawab. Ia berjalan perlahan melewati Solar. Wajah nya benar benar datar.

"Maaf.... " Lirih Halilintar.

Kata maaf. Itulah satu satu nya kata yang ia ucapkan. Ia sudah tak berkata apapun lagi, dan ia berjalan keluar dari dapur menuju lorong.

"Ini pasti ada hubungannya sama sejarah keluarga kita, kan? "

Apa yang Solar katakan? Bagaimana ia bisa berfikir sampai kesitu.

".... " Halilintar menghentikan langkah kaki nya. Ia perlahan lahan berbalik kearah ketiga adik nya.

Netra ruby nya menatap satu persatu dari mereka.

"Kalo udah tau, kamu tau, kan, yang harus dilakuin. " Ucap Halilintar sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka.

"Sebenernya.... Ini kenapa, sih? " Tanya Ice.

"Abang inget dongeng yang mamah pernah ceritain, kan? "

"Lumayan."

"Itu bukan dongeng, bang. "

"Hah? Terus? "

"Itu sejarah keluarga kita, Ice. " Ucap Blaze.

"....."

"14 tahun yang lalu, tragedi itu, juga berasal dari sejarah keluarga kita. " Ucap Solar.

Ice tetap saja tidak mengerti. Sangat susah untuk memahaminya.

"Kalian, tahu darimana? " Tanya Ice.

"Dari buku sejarah keluarga kita, bang. "

"....."

Ice semakin tak mengerti. Jadi, semua yang sudah terjadi, juga berasal dari sejarah keluarga mereka? Lalu, sosok perempuan yang mencelakai nya itu, dibangkitkan siapa? Dan, siapa yang sosok itu incar? Bukankah yang dibangkitkan akan menghantui orang yang mereka cintai.

Lalu, mengapa Ice? Sosok itu.... Mencintainya? Atau..... apa?

"C-cara ngehentiin nya gimana? " Tanya Ice.

Solar diam sejenak. Berusaha menyusun kata sembari mengingat ingat yang ia baca tadi. Tidak. Solar menyadari nya. Jika memang benar cara nya itu, berarti mereka harus kehilangan lagi. Namun, jika tak dihentikan, mereka semua juga akan menjadi korbannya.

"Lar? " Panggil Ice.

"E-emm, menurut abang, siapa yang sosok itu incer? "

"....." Ice tidak menjawab. Semakin dipikirkan, semakin susah pula untuk menjawabnya.

"Kalian, inget tadi bang Hali bilang apa? " Tanya Blaze.

"Em.... Aku izin ke kamar, ya. " Ucap Solar sebelum akhirnya meninggalkan kedua kakak nya.

Blaze dan Ice hanya menatap bingung si bungsu.

Kreek....

Pintu kamar Solar terbuka, kemudian Solar memasuki kamar nya yang gelap.

Ceklek

Lampu dinyalakan, keadaan kamar sudah tak gelap dan kembali terang. Solar berjalan kearah jendela yang berada lurus dari pintu. Solar menatap langit. Langit yang perlahan lahan mulai terang. Matahari pun tak lama lagi akan terbit dari timur.

"Huh. "

Solar termenung sambil menata langit. Ia memikirkan soal tadi. Dan, tragedi 14 tahun yang lalu. Oh, itu sudah sangat lama. Namun, tetap jelas didalam ingatan.

Tragedi dimana sang ibu dan sang ayah, harus mati demi ketujuh anaknya.

Keris. Keris yang disebutkan dalam buku sejarah keluarga mereka, bernama.... Rampung.

-Rampung : BoBoiBoy horror fanmade-

Ice menarik kursi yang ada di dapur kebelakang kursi itu dan kemudian ia mendudukinya.

Tiba tiba saja ponsel Ice berbunyi. Nampaknya ada seseorang yang menelponnya. Ice pun mengambil ponsel nya yang ia taruh disaku celana nya, dan ia mengangkat telfon itu.

"Ice. "

"Lu gausah nelpon gue. "

Telfon dimatikan sepihak oleh Ice. Ice tampak kesal dan sedang menahan amarahnya. Rasa kebencian yang menyelimuti dirinya berusaha ia tahan. Ice mengepalkan tangannya dengan kuat, kemudian menghela nafas dengan kasar.

Bersambung ...

rampung : boboiboy horror fanmade :Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang