Pagi hari yang suram. Sinar mentari tak lagi menyapa sekitarnya, melainkan hujan yang menyapa sekitar nya. Semua orang keluar melakukan aktivitas mereka menggunakan payung. Jika ditatap dari langit, para penduduk terlihat memakai payung yang berwarna warni.
Ice masih tertidur. Namun tiba tiba kembarannya datang membangunkan nya.
"Ice bangun! Udah jam 6 loh. " Ujar Blaze menggoyang tubuh Ice.
"Ah ... Bentar ... 5 menit lagi. " Ujar Ice dengan nada lemas. Blaze menarik tangan Ice agar memasang posisi duduk. "Kalo 5 menit 5 menit mulu, nanti kamu telat. " Ujar Blaze mengingatkan Ice.
"Eh ... Iya bang. " Ujar Ice yang langsung beranjak dari ranjang nya. Ice berjalan melewati lorong. Dan akhirnya ia sampai ketempat yang ia tuju. Kamar mandi. Tempat yang membuat Ice ... Ya kalian taulah. "Gw harus berani. " Batin Ice meyakinkan diri nya.
Ice melangkah kan kaki nya kedalam kamar mandi. Suasananya seperti biasa, menandakan ini semua baik baik saja.
Taufan yang sudah siap berangkat bekerja berjalan menuju dapur. Namun di dapur, ia melihat adik pertamanya. Gempa, sedang duduk di meja dapur. Menundukkan kepala, dan terlihat wajah yang datar.
Taufan menghampiri adik nya. "Gem? Kamu kenapa? " Tanya Taufan. Gempa menoleh kearah sang kakak. Terlihat wajah khawatir dari kakak nya. "Aku gak papa kok bang. " Jawab Gempa. Taufan perlahan lahan menatap tangan Gempa, yang memiliki sedikit luka cakaran. Taufan sontak terkejut dan khawatir melihat luka yang diterima adiknya.
"Gem, itu kok ada bekas luka? " Taufan sangat khawatir. Gempa terdiam sejenak. "Ini bekas cakaran kucing doang. " Ujar Gempa, "Kok ada kucing? Bukannya ... Ah, kamu lebih baik diobatin dulu. " Taufan bergegas mengambil plaster di lemari. "Eh bang, gausah. Luka gini doang nanti sembuh kok. " Gempa berusaha menghentikan sang kakak.
Taufan tak peduli. Ia menghampiri Gempa, dan memegang tangan nya. Perlahan lahan, Taufan menempelkan plaster diluka yang Gempa dapatkan. "Beneran cuma karna kucing? " Tanya Taufan memastikan. "Iya bang. " Jawab Gempa tersenyum kecil.
"Yaudah. " Taufan tersenyum, dan membelai rambut milik Gempa. Halilintar yang telah siap berangkat tiba tiba melihat mereka berdua. Halilintar menatap mereka, sangat lucu. Tanpa sadar, Halilintar mengukir sebuah senyuman. Senyuman yang manis.
-Rampung : BoBoiBoy horror fanmade-
Taufan dan Halilintar sedang berjalan menuju rak sepatu untuk mengambil sepatu milik mereka didekat dapur. Tak lupa mereka mengambil payung hitam disebelah nya. Mereka melangkah kan kaki mereka keluar rumah, dan berangkat lebih dulu sebelum adik adik nya.
Gempa yang sedari tadi sudah berada di dapur menatap mereka berdua, yang semakin lama hilang dari pandangan. Jendela luar memperlihatkan pemandangan hujan. Suasana ruangan sangat sejuk. Gempa kini hanya terdiam, dan tenggelam dalam pikiran nya.
Tiba tiba Ice berjalan menuju dapur. Ice yang ingin mengambil minum, menatap Gempa seperti sedang melamun.
"Bang? " Ice memanggil sang kakak. Gempa menoleh kearah Ice. Menatap netra aquamarine milik Ice. Gempa sedikit tersenyum.
"Iya Ice? " Gempa menjawab panggilan itu.
"Abang gak papa? Tadi melamun gitu. " Ujar Ice.
"Gak, gapapa. " Ujar Gempa menundukkan kepala nya, dan berhenti tersenyum. Ice menghampiri sang kakak. Menepuk pundak sang kakak. "Kalo ada masalah cerita aja, daripada dipendem terus. " Ujar Ice dengan nada pelan.
Gempa menoleh ketangan Ice yang sedang menepuk pundak nya. Kemudian, ia menatap wajah sang adik. Terlihat wajah datar milik Ice.
"Gak ada kok, cuma tadi kepikiran sesuatu aja. " Ujar Gempa tersenyum kecil.
"Bang, udah pada siap nih. Ayo berangkat. " Ujar Blaze serta Solar yang nampak sudah selesai bersiap.
"Hujan. " Gumam Solar sembari membenarkan posisi kacamata nya menggunakan dua jari miliknya.
Mereka berjalan menuju rak sepatu dan memakai sepatu milik masing masing. Satu persatu payung hitam disebelah rak sepatu diambil oleh empat bersaudara ini. Mereka pun keluar dari rumah, terlihat hujan terus berjatuhan.
Hujan turun begitu deras, hembusan angin cukup kencang. Taufan dan Halilintar berjalan bersebelahan, memandang langit yang terus menjatuhkan air hujan.Terkadang, mereka melihat genangan air. Namun dengan sigap mereka langsung menghindar.
"Fan. " Langkah Taufan terhenti mendengar panggilan dari sang kakak.
"Iya Lin? " Taufan menoleh kearah Halilintar.
"Habis selesai langsung pulang, oke? " Jelas Halilintar. Wajah nya terlihat begitu serius. Sepertinya, ia mempunyai firasat buruk.
"Oke. " Ujar Taufan.
Sekarang mereka berada didepan kantor tempat mereka berdua bekerja. Tanpa bimbang, mereka segera memasuki kantor itu.
20.00, Taufan telah selesai mengerjakan pekerjaan nya dan sudah diperbolehkan pulang. Namun nampaknya, sang sulung masih mengerjakan pekerjaan nya. Taufan masih mengingat perkataan sang sulung kepadanya.
"Habis selesai langsung pulang, oke? "
Tanpa pikir panjang, Taufan segera memakai tas hitam nya dan mengambil payung hitam miliknya. Taufan pun keluar dari kantor tempat ia bekerja.
Taufan menatap langit. Nampak nya, hujan masih deras. Taufan terus berjalan menuju rumahnya. Namun saat ia berada di jembatan, ia berhenti melanjutkan perjalanan.
Ia menatap kendaraan seperti mobil dan motor yang terus melaju dan berhenti di lampu merah. Taufan tersenyum kecil.
Tiba tiba saja, Taufan merasa ada seseorang disekitarnya. Taufan pun menoleh ke kanan dan kiri. Sebelum ia menghadap kebelakang.
"Fannnn~"
Sekujur tubuh Taufan merinding.
"Huh? "
Seketika ada angin kencang dibelakangnya. Taufan memaksakan dirinya untuk menoleh kebelakang. Namun tidak ada siapa siapa. Taufan menghela nafas. "Itu imajinasi gw aja. " Batin Taufan.
Taufan menoleh kembali.
"Bajingan. " Batin Taufan.
Jantung berdetak tak karuan. Mata nya terus mengecil. Sekujur tubuhnya benar-benar merinding. Sosok itu, sangat menakutkan. Seorang wanita, berambut hitam panjang sampai ke lantai, badannya tinggi hingga 2 meter, dan bergaun putih berdecak darah.
Taufan perlahan lahan mundur kebelakang.
"FANN. "
Sosok itu menarik kerah Taufan. Menariknya dengan sangat kuat. Hingga, Taufan terjatuh dari jembatan itu.
•
•
•"Firasat gw ... Bener. Harusnya dari awal gw tau. "
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
rampung : boboiboy horror fanmade :
HorrorSejarah keluarga. Umumnya diketahui oleh anggota keluarga dan tradisi nya tetap turun temurun. Namun, jika ritual dukun keluarga? Apakah itu harus di turunkan kepada penerus? Korban nya tak hanya satu. Bahkan banyak hingga ratusan. Namun anehnya, t...