|12|

35 6 0
                                    

|12|

Hujan turun tanpa henti dengan sangat deras. Seperti air mata 4 bersaudara ini, yang mengalir begitu deras. Sang sulung berusaha menenangkan mereka, namun ia sendiri bahkan belum menenangkan dirinya.

Ia terus menerus menyalahkan dirinya. Seharusnya ia menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dan dapat pulang bersama Taufan. Namun, tetap saja. Seberapa banyak ia menyalahkan dirinya, takdir tak akan pernah berubah.

Mereka benar benar harus menerima kenyataan pahit ini.

-Rampung : boboiboy horror fanmade-

Hujan akhirnya berhenti. Langit mulai kembali cerah. Awan gelap telah sepenuhnya menghilang. Sinar mentari kembali menyapa. Sedari malam, hujan tak kunjung berhenti. Namun pagi ini, akhirnya mentari kembali menyapa.

Netra ruby milik Halilintar, terus terusan menatap topi milik kembarannya. Taufan.

"Huh." Halilintar menghela nafas dengan kasar.

Halilintar segera memalingkan pandangannya dari topi milik kembarannya, dan mengambil tas miliknya. Ia berjalan melewati lorong, kemudian ia sampai di dapur. Halilintar menatap adik keduanya. Gempa, yang nampak sedang merenung sendirian di meja dapur.

"Gem? " Halilintar menghampiri sang adik.

"E-eh bang, kenapa? "

"Daritadi diem ... Mikirin apa? " Tanya si sulung.

"Ah, itu ... Gak papa kok bang, gak terlalu penting. " Jawab Gempa dengan sedikit senyuman. Senyuman palsu.

"Oh ... Yaudah. " Ujar Halilintar.

Halilintar berjalan menuju rak sepatu. Kemudian, ia memakai sepatu miliknya.

"Bang! "

Halilintar menoleh kebelakang. Melihat Gempa yang berdiri tegak dibelakangnya.

"Abang ... Serius? Gak mau aku bantu aja? "

Halilintar tersenyum kecil, menatap sang adik dengan netra ruby milik nya.

"Serius. "

Halilintar berjalan keluar dari rumahnya. Gempa menatap si sulung, hingga Halilintar perlahan lahan menghilang dari pandangan nya. Tiba tiba ada suara telfon dari saku milik Gempa.

"Klara.... Huh. "

Gempa menghela nafas sebelum menjawab telfon tersebut.

"Iya Ra? "

"Apasih, kok Ra? Aku udah bilang ya! Panggil aku sayang. "

"Eh ... Iya. "

"Udah! Gw pengen berangkat, bye sayang~"

"Bye juga ... Sayang ... Huh. "

Telfon dimatikan. Sekarang, Gempa hanya terdiam dan merenung.

"Setidaknya ... Demi bang Hali, kan? " Batin Gempa.

"Iya ... Demi bang Hali. "

-Rampung : boboiboy horror fanmade-

12.00, jam istirahat. Gempa tetap dikelas nya seperti biasa. Tiba tiba ada seorang perempuan berambut hitam dengan rambut terurai menghampiri nya.

"Sayang~ jajan yuk. " Ujar perempuan itu.

"Em ... iya. "

Perempuan itu menggandeng tangan Gempa. Perempuan itu, bernama Klara. Pacar Gempa, mungkin? Tidak, Gempa hanya terpaksa.

Adik adiknya tidak ada yang tahu, sih. Tapi, jujur saja, Gempa ingin ini segera berakhir.

"Ra- Eh, sayang, aku ... Ketoilet dulu ya? "

"Ok! Jangan lama lama sayang~"

Gempa bergegas menuju toilet lelaki. Setelah sampai, Gempa memasuki salah satu toilet.

"Andai ... Waktu itu aku gak pingsan. Andai ... Waktu itu aku gak sakit. Andai waktu itu aku izin ... Enggak. " Batin Gempa.

"Gem, jangan berandai andai. Itu semua sudah terjadi. " Ujar Gempa kepada dirinya sendiri.

Gempa keluar dari toilet. Ia berjalan menuju cermin. Di bawah cermin itu ada sebuah keran yang mengeluarkan air. Gempa menutup keran itu, dan berjalan keluar dari toilet. Namun, keran itu terbuka lagi dengan sendirinya.

Gempa mendatangi keran itu lagi, dan mematikan kerannya.

"Harus nya udah mati, sih. Tapi ... Kenapa nyala lagi? " Batin Gempa penuh keheranan.

Tanpa berfikir panjang, Gempa langsung berjalan keluar dari toilet. Saat ia berjalan menuju Klara lagi, ia merasakan hawa tak enak. Namun, Gempa berusaha untuk tak mempedulikan nya.

"Sayang, kok lama banget sih? "

"Maaf lama. "

Saat sudah selesai kuliah pada hari ini, banyak mahasiswa/i yang bergegas untuk pulang ke rumahnya. Namun tak sedikit dari mereka yang pergi ke beberapa tempat sebelum pulang.

"Gem? Gem. Gempa? Woi! "

"Eh iya, maaf ngelamun. "

Gempa tak menyadari bahwa temannya sedang memanggilnya. Gempa pun menoleh kearah temannya itu.

"Lu mikirin apa sih? Oh ya, ke tempat les bareng yok! Udah berapa lama kita gak bareng? "

"Emm ... Kamu tau kan ... Si-"

"Yaelah, tiap kali dia ngajak bareng juga gak pernah jadi kan? "

"Iya, sih. "

Tiba tiba Klara berlari menuju Gempa dan temannya.

"Sayang~ Aku gak bisa ketempat les bareng! " Ujar Klara.

Gempa hanya mengangguk. Klara pun pergi dan menghilang dari pandangan Gempa. Sekarang Gempa menatap temannya. Fang.

"Tuh kan. Yaudah yok! "

Gempa mengangguk, dan sedikit tersenyum. Fang menarik tangan Gempa dengan kuat.

-Rampung : boboiboy horror fanmade-

Pukul 00.10, Gempa sedang berusaha untuk tidur diranjang kamar nya. Namun, tetap saja, ia tidak dapat tidur. Gempa saat ini menghadap dinding kamar nya. Gempa pun memindahkan posisinya kearah sebaliknya, tepat kearah meja milik si sulung.

Gempa menatap si sulung yang sedang berada di depan layar laptop. Padahal, ia juga baru pulang. Namun ia tetap bekerja. Apalagi, sekarang ia membiayai adik adik nya sendirian.

Setiap kali Gempa menawarkan diri untuk ikut bekerja, si sulung selalu menolak. Halilintar, masih saja menyalahkan dirinya atas kematian Taufan. Seharusnya ia selesai lebih cepat, mungkin itu yang ia pikirkan.

"Susah tidur? "

Gempa terkejut melihat sang sulung yang menatap nya.

"I-iya bang. "

"Baca doa, terus merem. "

"Ah, iya. Aku lupa. " Batin Gempa

Bersambung ...

rampung : boboiboy horror fanmade :Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang