|13|

48 9 0
                                    

|13|

Malam yang dingin. Malam yang sunyi. Gelapnya malam disinari oleh sinar rembulan. Perlahan lahan hujan mulai turun. Payung dibuka untuk melindungi siapa pun dari air hujan.

-Rampung : boboiboy horror fanmade-

Pukul 00.00

Sang sulung duduk di kursi dapur. Menunggu adik keduanya. Ya, Gempa belum pulang, membuat sang sulung menjadi khawatir. Hati nya tak tenang. Perasaan gelisah mulai muncul.

"Huh. " Halilintar menghela nafas dengan kasar.

Tiba tiba Halilintar berdiri dari kursi. Berjalan menuju rak sepatu, lalu mengambil sepatu milik nya. Tak lupa ia membawa payung hitam miliknya.

Halilintar membuka pintu rumah.

"Bang, mau kemana? "

Halilintar menoleh. Terlihat adik ketiga-Blaze nya sedang berada di belakang nya.

"Jaga rumah. " Ujar Halilintar sembari membenarkan posisi topi nya.

Tanpa berkata apa apa lagi Halilintar keluar dari rumah. Blaze hanya mampu menatap sang sulung dari kejauhan.

Blaze berjalan menuju pintu dan mengunci pintu tersebut. Blaze memutuskan untuk duduk di kursi dapur, memperhatikan langit langit.

Rasa keheranan dan khawatir muncul. Namun, lebih baik menunggu si sulung kembali.

••

Jarum jam menunjukkan pukul 01.00. Sudah satu jam setelah si sulung pergi. Tapi, Blaze tetap menunggu di dapur.

Tiba tiba, terdengar sebuah suara. Suara laci yang seperti dibuka tutup, dan suara barang yang ditaruh dengan kasar. Suara itu nampaknya berasal dari kamar orang tua ketujuh bersaudara ini.

Blaze yang heran dengan suara berisik itu segera menghampiri kamar orang tua nya.

Ruangan itu gelap. Yang menjadi sumber cahaya hanya lampu dimeja kamar itu. Blaze dapat melihat dengan jelas siapa yang berada di dekat meja itu. Orang yang membuat suara berisik tadi.

"Lar? Kamu ngapain dikamar papah sama mamah? "

Terlihat netra kuning bercahaya sedang menatap Blaze dengan tatapan terkejut.

"E-eh! Bang Blaze, aku.... G-gak ngapain ngapain kok, cuman.... "

Solar, dia lah yang membuat suara tadi.

"Itu.... Keris. Dapet darimana? " Tanya Blaze menatap Solar yang nampak ketakutan. Blaze mengenali keris itu, keris yang ia temukan waktu itu.

"Emm.... Aku.... Bukan. "

Tatapan ketakutan Solar sekarang menjadi tatapan serius. Ia kembali menoleh kearah meja, dan mencari barang yang ia cari. Blaze penasaran apa yang sedang Solar lakukan, kemudian ia perlahan berjalan menuju meja.

Solar seketika membanting sebuah buku dengan sangat kuat. Blaze sedikit terkejut melihat si bungsu yang nampak dilanda amarah.

"Solar. "

Tanpa menghiraukan panggilan dari sang kakak, Solar membuka halaman demi halaman dari buku yang ia banting.

Solar terus membaca buku itu. Blaze sedikit menundukkan kepalanya untuk membaca judul buku itu. Namun, Blaze terkejut saat mengetahui buku itu, adalah buku sejarah keluarga mereka.

"Lar? Ini buku sejarah keluarga kita, kan? Kamu-" "Akhirnya aku tau. " Solar memotong ucapan sang kakak. Blaze menjadi sangat heran karna tingkah laku Solar, dan ucapan yang baru saja Solar keluarkan. Bahkan, keris itu. Bagaimana Solar mendapatkan nya? Dan, dia tahu darimana?

"Tau? Tau apa Lar? " Blaze sedikit melantangkan nada bicara nya.

"Dukun keluarga kita.... Iblis itu.... Dan roh yang kembali. "

Blaze menjadi sangat bingung dengan ucapan Solar. Solar yang masih terkejut mulai memegangi pundaknya. Solar mendapatkan sebuah fakta tentang keluarga nya. Fakta. Sudah pasti itu bukanlah kebohongan.

Solar masih diam memegangi pundak nya. Blaze mengambil buku itu dan membaca halaman demi halaman. Namun.... Blaze terkejut membaca halaman ke tujuh. Menceritakan tentang dukun keluarga mereka.

Tiba tiba pintu rumah diketuk. Suara ketukan nya lumayan keras.

Blaze bergegas menuju pintu. Memegang gagang pintu itu. Pintu dibuka, tetapi tak ada siapa siapa. Blaze perlahan keluar dari rumah, lalu menoleh kekanan dan kekiri. Tapi, benar benar tidak ada siapa siapa. Lagipula, siapa yang akan datang jam 1 pagi Selain Halilintar dan Gempa.

Solar menghampiri sang kakak. "Jadi.... Ibu kita tuh dul-" "Gausah dibahas. " Sang kakak memotong ucapan Solar.

Tiba tiba terdengar suara telefon dari ponsel milik Blaze yang berada di dapur. Blaze bergegas masuk, kemudian mengambil ponselnya. Ternyata, si sulung lah yang menelfon nya. Tanpa pikir panjang, Blaze langsung mengangkat telfon itu.

"Assalamu'alaikum, Blaze. A-abang.... Lagi di RS. "

"Hah? abang kenapa? "

"Itu.... M-maaf. "

Apa ini? Apa maksud si sulung? Kata kata maaf itu apa maksudnya? Mengapa si sulung mengucapkan nya? Bahkan, suaranya seperti seseorang yang sedang menangis.

"Maaf buat apaan bang!? "

Telfon dimatikan sepihak oleh Halilintar. Blaze menjadi heran. Bahkan, khawatir. Solar yang sedari tadi hanya mendengar kan, masih terdiam sampai sekarang. Walau suara Halilintar tak terdengar, namun mendengar suara Blaze sudah membuat Solar tahu apa yang Halilintar katakan.

"Kata maaf yang bang Hali bilang.... Huh. " Blaze menoleh kearah adiknya yang sedang berbicara.

"Bang Gempa yang dicari bang Hali.... "
Solar tidak melanjutkan ucapan nya. Tanpa sadar, mata nya menjadi perih.

"Lar? "

Blaze perlahan lahan mulai menyadari nya. Ya, kakak ketiga dari 7 bersaudara ini telah tiada. Dari ucapan si sulung, soal kata maaf itu merujuk kepada kegagalan nya dalam melindungi adiknya.

Blaze sekarang mulai mengerti maksud perkataan si sulung.

Blaze, Solar, Ice, dan Halilintar. 4 orang dari 7 bersaudara ini yang masih hidup. Semoga mereka akan seperti ini sampai akhir. Tapi.... Takdir tidak akan menyetujuinya.

Dan 1 hal lagi, untuk kematian Gempa, bagaimana dia bisa mati....?

Bersambung ...

rampung : boboiboy horror fanmade :Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang