❀Bab 19❀

21 12 41
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya!


Jangan lupa vote dan komen ya!•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • • •

Kini Laut masih tetap di rawat di rumah sakit beberapa waktu kedepan untuk pemulihan. Karna Laut sering mengeluh sakit di area bawah perutnya, jadi Dokter Ridwan menyuruhnya untuk di rawat inap.

Birru yang melamun sambil menatap ke arah laptopnya yang masih menyala dengan beberapa laporan di mejanya. Dia benar benar tidak fokus beberapa hari ini untuk mengerjakan pekerjaannya.

Gara yang masuk ke dalam ruangan Birru hanya bisa diam tanpa berbicara sepatah katapun. Gara tau, pasti sulit untuk Birru nerima kenyataan bahwa Laut terkena kanker ovarium stadium lanjut.

"Udah Bir, jangan terlalu berlarut larut dalam kesedihan. Mungkin ini cobaan buat rumah tangga lo, gue yakin Laut pasti kuat dan bisa lewati ini semua." Ucap Gara menyemangati sahabatnya.

"Saya takut Gar, saya benar benar takut kehilangan istri saya. Saya lebih milih ngga punya anak dari pada harus kehilangan istri saya," kata Birru dengan lirih.

"Gue tau Bir, banyak berdoa sama tuhan semoga Laut bisa sembuh dari penyakitnya."

Birru mengangguk, "makasih Gar, kamu udah nyemangati saya." Ucap Birru.

"Mana ada gue nyemangati lo, gue cuman bosen aja liat wajah lo yang murung tiap hari ngga ada senyum senyumnya." Jelas Gara.

"Oke!" Ucap Birru kesal lalu pergi dari hadapan Gara.

Birru turun ke lantai bawah, ia bergegas pergi ke rumah sakit untuk melihat sang istri yang tengah di rawat.

Perjalanan menuju rumah sakit menghabiskan waktu sekitar 45 menit dari perusahaannya.

Kini Birru berjalan masuk ke ruang rawat Laut, ia melihat Laut yang tengah tertidur pulas dengan suntikan yang bersarang di tangannya.

"Sayang, mas datang." Ucap Birru mendekat ke arah Laut.

Laut langsung membuka matanya dan menatap ke arah Birru dengan senyum manisnya.

Birru membalas senyuman itu dan mengecup singkat kening sang istri.

"Mas takut, kalau kamu tetap mempertahankan anak kita mas ngga bisa liat kamu lagi sayang, mas ngga bisa liat senyum kamu yang manis kayak begini lagi. Mas ngga tau gimana kehidupan mas kalau kamu pergi sayang," batin Birru dengan mata yang berkaca kaca.

"Mas?" Panggil Laut.

Birru langsung tersadar dan mengusap wajahnya dengan cepat, "udah makan sayang?" Tanya Birru dengan tangan yang mengelus perut buncit milik Laut.

Laut mengangguk, "udah mas, mas sendiri udah makan belum?"

Birru menggelengkan kepalanya, "mas ngga selera makan sayang."

"Makan dong mas, ntar kamu sakit gimana? Ngga ada yang jagain aku nanti." Ucap Laut.

"Iya nanti mas makan ya sayang?"

"Sekarang," suruh Laut.

"Nanti sayang, mas masih mau di sini sama kamu." Ucap Birru.

Tangan Laut meraih wajah Birru, ia mengusap wajah itu dengan lembut. Tanpa sadar sebulir air mata membasahi pipinya.

"Maaf ya mas kalau udah buat kamu susah dan khawatir, maaf juga kalo aku masih mempertahankan anak ini." Ucap Laut dengan lirih.

"Sshtt, kamu ngga boleh bilang gitu sayang. Kamu ngga nyusahin mas sama sekali, masalah kamu mau mempertahankan anak kita juga ngga papa, mas juga tau tujuan kamu buat mempertahankan anak kita, karna kamu mau ngasi aku gelar seorang ayah kan?"

Laut mengangguk dan tersenyum, "mas, kamu yakin ngga sama aku? Aku pasti bakal bertahan demi kamu mas, aku pasti bisa sembuh dari penyakit ku." Kata Laut memastikan ucapannya.

"Mas yakin seratus persen sayang, mas tau gimana istri mas ini, istri yang kuat." Birru mencium kening Laut.

"Shhtt," ringis Laut sambil memegang perut ya yang sakit.

"Kenapa sayang, sakit lagi?" Tanya Birru panik.

Laut hanya bisa mengangguk.

"Bentar ya sayang mas panggilkan dokter dulu," ucap Birru dan pergi untuk memanggil sang dokter.

Beberapa saat kemudian Birru kembali bersama Dokter Ridwan. Dengan cepat Dokter Ridwan memeriksa keadaan Laut.

Lima menit memeriksa, Laut kembali tenang dan memejamkan matanya.

"Gimana dok?" Tanya Birru.

"Saya khawatir tuan, saya khawatir kalau istri anda tidak bisa bertahan lama, apa lagi istri anda tengah hamil seperti ini. Jalan satu satunya yaitu mengangkat rahimnya, tolong bujuk istri anda untuk mau mengangkat rahimnya demi keselamatan ya tuan." Jelas Dokter Ridwan.

"Tapi dok, mau berusaha gimana pun kalau istri saya ngga mau ngangkat rahimnya gimana?" Ucap Birru.

"Kita cuma bisa kasi obat pereda nyeri aja tuan kalau istri anda tetap tidak mau di operasi, semoga istri anda bisa bertahan ya tuan. Kalau begitu saya permisi karna ada beberapa pasien yang harus saya periksa," pamit Dokter Ridwan dan pergi meninggalkan ruangan Laut.

Birru menoleh ke arah Laut yang tengah tertidur lelap akibat efek obat yang di berikan Dokter Ridwan.

"Sayang, mas mohon sama kamu tolong mau di operasi ya sayang? Mas bener bener ngga kuat liat kamu kesakitan begini." Birru mengecup tangan Laut yang tengah ia genggam.

• • • •

• • • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LautBirru [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang