Han Tjie Sien

28 3 0
                                    

Pada tahun 1880 hiduplah seorang gadis bernama Gayatri, gadis itu berasal dari keluarga bangsawan di tahun itu. Dia telah yatim piatu sejak usia 16tahun kini dia sendiri yang mengurus adik satu-satunya yaitu Rukmini dan sebuah perkebunan tebu dan tembakau sepeninggalan orang tua mereka. Gayatri biasa di sapa Ratri yang di kenal dengan kecantikannya porsi tubuh seperti gitar Spanyol tidak salah jika dia di juluki kembang desa.


Suatu hari seorang saudagar kaya dari negeri seberang tiba di sebuah desa tempat tinggal Ratri, dia bernama Han Tjie Sien dia bermaksud mencari tembakau kualitas bagus dengan harga yang cukup miring oleh karena itu dia sendiri yang datang dan bermaksud merangkul beberapa petani tembakau untuk bekerja sama dengannya. Seorang lelaki muda dengan postur kurus dan kulit sawo matang berjalan mendekati Han Tjie Sien yang baru turun dari sebuah kapal, Darso lelaki itu biasa di panggil para petinggi VOC untuk menjemput dan mengantarkan tamu bertemu Ratri. Darso bekerja sejak masih kecil bersama dengan bapaknya dia sering membantu saudagar yang datang untuk membeli langsung dari petani di desanya.


"Selamat datang tuan Han." Seorang jendral gubernur VOC menyambut kedatangan Han Tjie Sien.


"Tuan Wilhelm," tuan Han yang kemudian membalas jabat tangan Jhon Wilhelm.


"Darso ini tuan Han, kamu tahu harus diantar kemana," ucap Jhon Wilhelm dengan logat Netherlands.


"Iya Meneer," jawab Darso yang sekalian membawa beberapa tas koper berwarna coklat.


"Maaf saya tidak bisa membawamu kepada Ratri, saya harus ke ibukota." Kata Jhon Wilhelm yang saat itu berjalan menuju kereta kuda yang di kendarai Darso.


"Tidak apa-apa tuan Wilhelm, saya mengerti kalau tuan orang yang sangat sibuk."


Han Tjie Sien bukan kali pertama datang ke tanah jawa, dia sejak kecil selalu ikut orang tuanya berlayar dengan membawa hasil rempah-rempah yang diperoleh dari Indonesia dan dijual tempatnya berasal, sehingga dia sering sekali menetap di suatu wilayah dan kemudian berbaur dengan warga sekitar, hal itu membuat dia sangat lancar menggunakan bahasa Indonesia.


Lelaki bermata sipit itu kemudian naik kereta kuda yang dikendarai oleh Darso, perjalanan lumayan jauh mungkin sekitar satu setengah jam mengendarai kereta kuda. Sesekali tuan Han bertanya tentang Ratri juragan tembakau yang sangat terkenal di daerah tersebut bukan hanya tembakau tapi, perkebunan tebu yang sangat luas. Dia juga sangat di hormati oleh pemerintahan Hindia Belanda, Ratri sangat pandai bernegosiasi dengan pemerintah Hindia Belanda sehingga dia dapat menyejahterakan para petani yang ada di desanya.


Desa Ademrejo merupakan desa yang berada di lereng gunung dengan tanah yang subur, mayoritas penduduknya bertani selebihnya bekerja sebagai buruh di pemerintahan Hindia Belanda. Sesuai dengan namanya Ademrejo yang berarti desa yang sejuk, tentram dan damai.


"Siapa tadi nama kamu?" tanya tuan Han.


"Darso," ucapnya singkat.


"Apa masih jauh?" tanya kembali tuan Han.


"Tidak Tuan, setelah kebun tembakau ini di ujung jalan rumahnya." Jelas Darso sering pulang pergi untuk menjemput saudagar-saudagar yang ingin membeli hasil perkebunan Ratri.


Suara dari hentakan kaki kuda di sepanjang jalan menuju rumah Ratri meta perhatian beberapa pekerja yang saat itu berada di perkebunan, sudah dapat di tebak kereta kuda milik Darso membawa saudagar dari luar daerah menuju rumah Ratri. Tepat di ujung jalan setelah kebun tembakau terdapat beberapa pohon besar yang menghiasi pekarangan, lalu di belakangnya terdapat pagar besi yang tinggi. Tampak beberapa wanita berpakaian kebaya dengan kain jarik tengah mengapung di halaman rumah Ratri. Kebetulan sore hari itu mereka tengah bersantai di teras rumah, Rukmini juga mendengar suara kereta Darso dari kejauhan, matanya tampak melirik Ratri yang sedang membaca beberapa catatan penjualan.

Dendam nyi RatriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang