Ratri mengajak tuan Han berkeliling melihat dalam pabrik tebu dan tembakau yang dia kelola sampai saat ini, memperkenalkan tuan Han kepada para pegawai dan dengan seksama tuan Han terus memperhatikan apa yang dijelaskan oleh Ratri, matanya terus tertuju pada bibir indah dan seksi milik Ratri.
"Yakin, kali ini Mbak Ratri suka saudara itu." Celetuk seorang pegawai pria.
"Ngawur, udah kerja saja." Ucap Pakde Yanto yang merupakan kerabat jauh dari Ratri dan mandor si pabrik tebu.
Pegawai pabrik yang rata-rata adalah pria memang selalu mendambahkan Ratri, bahkan ada yang selalu memperhatikannya secara diam-diam karena kecantikannya dan baik hatinya. Banyak lelaki di desanya yang sangat menyukai Ratri rela bekerja di perkebunan agar bisa terus melihat Ratri tapi, tidak pernah seorang pun berhasil merebut hatinya.
Setelah selesai mengajak tuan Han berkeliling mereka pun kembali ke rumah dan disambut oleh mbok Warsinah yang menghidangkan secangkir teh dengan jajanan khas jawa, tuan Han terus melirik sambil tersenyum kepada Ratri, hal ini baru dia rasakan seperti orang jatuh cinta perasaan yang selembut ini menghampiri hati tuan Han.
Malam ini Ratri tidak dapat tidur seperti biasa dirinya duduk di taman belakang, di temani suara jangkrik yang saling bersahutan. Bulan malam ini begitu indah cahayanya masih menerangi beberapa sudut hati Ratri yang kosong.
Ratri yang sering merenung sendiri entah apa yang dia cari juga tidak tahu, menyendiri membuatnya tenang, Ratri hanyalah gadis dengan pewaris harta orang tuanya tanpa itu dirinya hanyalah gadis pada umumnya, seperti dirinya tidak mungkin bisa mendapatkan cinta.
Ibunya juga pernah cerita bahwa ibu dan ayahnya menikah karena memang di jodohkan tapi, kehidupan Ratri yang sederhana walau memiliki warisan tanah dan perkebunan yang luas terus membuat orang sekelas tuan Han terus memikirkannya, terus membuat tuan Han gelisah selalu ingin bertemu dengan Ratri.
"Ratri, kamu tidak dapat tidur?" Tanya tuan Han yang menghampiri.
"Iya Tuan, sepertinya saya banyak pikiran." Jelas Ratri yang tidak ingin menjabarkan.
"Mau berdansa dengan saya?" Tanya tuan Han mengulurkan tangannya meminta Ratri untuk berdansa dengannya.
"Saya tidak pandai menari." Ratri yang tersenyum malu.
"Aku akan mengajarimu," sahut kembali tuan Han.
Ditemani dengan suara jangkrik Ratri pun menyambut tangan tuan Han dan perlahan mengikuti gerakan langkah tuan Han, tangan kiri tuan Han merangkul pinggang ramping milik Ratri keduanya berdansa seakan ada musik orkesta yang mengiringi. Keduanya terlarut dalam suasana dingin yang menusuk ke relung jiwa, Ratri bersandar di bahu kanan tuan Han seraya berkata.
"Apa semua gadis yang kamu temui akan kamu ajak berdansa?" Tanya Ratri dengan perasaan yang deg-degan.
"Hanya kamu," bisik taun Han yang mengelus lembut rambut panjang Ratri.
Keduanya pun memadu kasih di bawah sinar rembulan, mata saling menatap seakan keduanya sedang dimabuk asmara. Ratri terus memeluk tuan Han matanya terpejam pertama kalinya dia merasakan pelukan hangat dari seseorang yang dia sukai begitu juga sebaliknya.
Perkenalan singkat antara keduanya pun menjadi buah asmara dua insan, Rukmini juga sangat merestui hubungan mereka tuan Han sangat serasi dengan Ratri. Hampir sebulan tuan Han berada di rumah Ratri, kini dia harus kembali dengan membawa barang dagangannya untuk dibawa ke negeri asalnya, walau berat tapi inilah takdir mereka yang harus dijalani tuan Han sebagai saudagar harus bepergian sepanjang waktu, tinggallah Ratri yang menunggu kehadirannya tuan Han entah satu bulan, dua bulan atau bahkan setahun tuan Han baru bisa kembali.
"Saya pamit dulu, saya berjanji akan kembali," ucap tuan Han yang kemudian mengecup kening Ratri di depan Rukmini.
"Saya akan terus menunggu kamu." Ratri yang telah merasakan kebahagiaan bersama dengan tuan Han.
Tuan Han pun naik ke kereta kuda milik Darso, dia membawanya kembali ke dermaga untuk melanjutkan pekerjaannya yang sebelumnya tertunda dengan membawa barang-barang dagangannya ke negeri asalnya.
Setelah kepergian tuan Han Ratri menjalani kehidupannya seperti biasa, bekerja di perkebunan setiap hari tidak ada yang istimewa sampai beberapa minggu kemudian, dirinya merasa sangat lemas ketika bangun tidur kepalanya seperti berputar-putar dan dia merasakan mual yang sangat hebat dari perutnya bahkan untuk mencium mau masakan saja dia tidak muntah-muntah.
"Mbak, kamu kenapa? Sakit?" tanya Rukmini yang khawatir.
"Tidak kok Ruk, kayaknya cuma masuk angin." Jelas Ratri yang tidak mau Rukmini khawatir.
Tapi, Rukmini tetap meminta Darso untuk memanggilkan dokter dan dibawa ke rumah memeriksa kakaknya Ratri. Mbok War yang membawakan jamu yang baru di buatnya untuk stamina Ratri kembali seperti semula.
"Ndoro ayu, jamunya saya taruh di meja, Ndoro kecapean sepertinya." Tanpa di suruh Simbok memijat kaki Ratri.
"Terimakasih ya Mbok," Ratri yang benar-benar lemas hanya bisa terbaring di ranjangnya.
Tidak berapa lama Darso membawa seorang dokter yang memang bekerja di pemerintahan Hindia Belanda, dia bernama dokter Nicholas pria keturunan Belanda Jerman ini telah lama berada di Indonesia dan mengabdikan dirinya sebagai dokter, bukan hanya mengobati orang Belanda atau orang luar yang ada di Indonesia tetapi, dia juga mengobati orang Indonesia walau kadang tidak menerima bayaran.
"Silahkan Dokter," Darso mengantarkan dokter tersebut ke sebuah kamar.
"Dokter tolong kakak saya." Ucap Rukmini yang masih terlihat khawatir.
"Sebentar saya akan periksa," ujar dokter Nicholas yang sangat pandai berbahasa Indonesia.
Dokter Nicholas pun melakukan tindakan dia memeriksa tubuh dari Ratri namun, setelah dia mengetahui bahwa Ratri tengah mengandung dia hanya bisa menatap kepada Rukmini dan mbok War dia juga seperti kaget karena gejala yang dialaminya memang gejala awal pada perempuan hamil.
"Loh, sudah selesai dokter?" Tanya Rukmini.
"Ratri hanya hamil, tidak perlu khawatir." Jelasnya.
Mendengar hal itu Rukmini terkejut dia tahu bahwa kakaknya tengah memadu asmara dengan tuan Han tapi, dia tidak tahu kalau sekarang Ratri mengandung anaknya dan bagaimana caranya untuk mengabari tuan Han sedangkan alamatnya saja mereka tidak tahu.
"Hamil." Ratri yang terlihat rautnya sangat senang mendengar kabar dia tengah hamil anak tuan Han.
"Saya kasih resep vitamin bisa beli di balai pengobatan saya," jelas lagi dokter Nicholas.
"Biar saya saja yang pergi mengambilnya Dokter." Darso yang berdiri berada di balik pintu kamar Ratri.
"Mbak yakin tidak ingin mengabari tuan Han tentang kehamilan Mbak?" Tanya Rukmini yang menghampiri kakaknya.
Seketika tatapan Ratri menjadi kosong dia begitu ceroboh hingga lupa menanyakan alamat rumah tuan Han mau tidak mau dia harus segera mengabari tuan Han, kalau dia mengandung dan harus segera dinikahi. melihat kondisi kakaknya Rukmini memeluk Ratri, dia tahu apa yang kakaknya rasakan saat ini oleh karena itu Rukmini tidak berkata apapun bahkan sesuatu yang menyinggung hati Ratri dia berusaha menyimpannya di dalam hati.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam nyi Ratri
Misteri / ThrillerRatri adalah kembang di desanya, bukan hanya cantik tapi juga pewaris perkebunan milik kedua orang tuanya walau, begitu tidak ada yang berani melamarnya sampai seorang pemuda bisa di bilang dia seorang saudagar yang sukses berhasil merebut hati Ratr...