O10 | A Blend of Feelings.

1K 85 19
                                    

KERUTAN di dahi semakin kelihatan jelas seiring omelan panjang yang keluar dari mulutnya, sudah berlangsung selama dua jam lamanya sesi tersebut sejak pulangnya ia di rumah. Berdiri menjulang di depan dua sosok yang hanya diam di sofa, tatapannya nyalang, posisinya bercekak pinggang bak seorang ibu yang memarahi anak, mulutnya sesekali berteriak marah hingga yang paling kecil di antara mereka kaget karena suara nyaringnya.

"Seharusnya lo tolak Ethan, tolak!! Bukannya merelakan diri ke iblis gila ini!" Marahnya lagi, matanya bergerak silih berganti menatap dua tersangka tersebut. Kepalanya menggeleng tidak percaya mengingat kejadian mengejutkan ketika ia kembali dua jam lalu. Bisa-bisanya, Alde dan Ethan sedang bermadu kasih dengan suara-suara cabul bergelegar di seluruh sudut rumah. Argh! Anne tentu saja marah, ia sudah susah payah menjaga Ethan, tapi Alde lagi-lagi sukses menodai sahabat kesayangannya itu.

"Lo juga Alde! Emang asal lo tuh penuh tipu daya!" Sambung Anne lagi dengan amarah yang masih tersisa. "Dan! Apa kalian sadar risiko bersetubuhan di dunia nyata ini?" tanya Anne serius, tidak melepaskan tatapan nyalangnya pada kedua orang di depannya saat ini. Lebih memuakkan lagi setiap kali ia melihat tubuh Ethan yang dipenuhi tanda kemerahan di mana-mana itu, bahkan kemeja biru dan celana pendek berwarna hitam itu tidak bisa menutupi semua bekas kemerahan tersebut! Alde pula hanya memakai jogger dan bertelanjang dada. Apa saat ini, mereka sedang menunggu Anne untuk memuji kalau mereka sekarang sudah seperti pasangan suami yang cocok?

Alde yang duduknya sedikit jauh dari Ethan mendongak dengan penasaran, memangnya apa risiko yang akan terjadi? Pikirnya dalam diam.

Ethan yang memangku Micah yang sedang menyusu padanya pula masih setia menunduk, sesekali dalam hatinya mengeluarkan umpatan untuk dirinya sendiri karena sudah bodoh mengizinkan Alde untuk menyentuhnya. Ah... Ethan terlalu terbuai dalam sentuhan lembut Alde, tapi pergumulan panas mereka tadi tidak menghantar rasa sesal kepadanya karena ia sadar kalau dirinya juga seolah mendambakan sentuhan tersebut. "Ss!" Rintihan sakit sesekali kedengaran darinya saat gigi Micah tidak sengaja bersentuhan dengan bagian sensitif di dadanya. Ethan mendesah pelan menahan rasa nyeri, namun tetap membiarkan Micah terus menyusu.

Suara Anne perlahan tidak kedengaran saat pikiran Ethan mula melayang kembali pada kejadian beberapa jam lalu, pada sentuhan Alde yang intens dan menggoda di setiap jengkal tubuhnya. Ada perasaan campur aduk antara rasa bersalah dan kerinduan? Entahlah, namun ia tahu, apa yang terjadi tidak sepenuhnya kesalahan Alde—atau bahkan dirinya, karena mereka berdua saling menerima dan menikmati akan sentuhan kala itu. Ethan mengelus pelan kepala kecil Micah yang diam menikmati santapan malamnya, matanya menatap lekat bayi kesayangannya; mencoba mengalihkan pikirannya dari pergulatan batin yang sedang berlangsung. "Bodoh," gumamnya pelan, namun di balik kata itu, terselip perasaan yang tak ingin ia akui.

"Peluang Ethan buat kembali hamil itu lebih besar! Makanya gue beneran marah banget pas tau kalau lo udah perkosa Ethan lagi!!! Sadar Alde sadar!! Lo mau nambah beban Ethan? Gimana kalau nanti lo kembali ngilang pas dia lagi butuh-butuhnya lo? Hah!!!" Deru nafas Anne semakin tak beraturan, ia benar-benar tersulut emosi saat ini. Tubuh Ethan itu sangat rentan, bekas melahirkan Micah tahun lalu juga belum tentu sudah sembuh sepenuhnya. "Lo egois banget, Al."

Suara lantang Anne membuat Ethan ikut mengangkat kepala, kaget saat mendengar itu. "Apa?" Ucapnya pelan. Tidak percaya dengan apa yang barusan keluar dari mulut Anne tadi.

Alde terhenyak mendengar kalimat panjang Anne, ia meraup kasar wajahnya. Lagi-lagi melakukan kesalahan, padahal ia ke bumi untuk menebus kesalahan dan mendapatkan maaf dari Ethan. Kenapa dirinya sangat bodoh dan terlalu terburu-buru?

Anne menggeram dengan frustrasi, ia yang terasa sedikit lelah itu melabuhkan dirinya pada sofa di depan Ethan. "Berapa kali gue bilang, jangan terlalu ngikutin insting setan lo itu," ujar Anne mengingatkan Alde pada pesanan yang bahkan berjuta kali ia beritahu Alde agar tidak terlalu mengikutin kemauan dirinya. Nafsu iblis itu benda paling susah buat ditolak, makanya banyak didengarkan, mau di dunia manusia atau kerajaan suci selalu berpesan jangan termakan hasutan iblis.

devil's vow. jaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang