O17 | Say You Won't Go.

498 77 8
                                    

SENYUM ramah terukir di wajah rupawan Ethan usai berkenalan dengan wanita cantik di depannya ini. "Semoga kunjungan kamu di sini menyenangkan ya, Lilithra." Ucapan Ethan tadi membuat sang wanita; Lilithra mengangguk, "tentu, karya-karya di sini semuanya menakjubkan. Aku suka," balas Lilithra dengan senyum yang tak kalah manisnya.

"Oh bayi kecil ini... namanya siapa?" Mendengar pertanyaan itu, Ethan terkekeh kecil, menunduk melihat Micah yang duduk tenang dalam gendongannya. Lupa mau mengenalkan bayi gempalnya pada wanita ini. "Ini Micah, say hi to aunty..." ujar Ethan sembari memegang tangan Micah untuk melambai pada Lilithra.

"Hi Micah! Lucunya," ucap Lilithra seakan merasa gemas dengan Micah, ia menyentuh tangan kecil yang melambai padanya. Senyum dan tatapan lembutnya sirna sesaat matanya bertatapan dengan kelereng keeamasan Micah. Tergantikan dengan tatapan sinis dan senyum kecil.

"Ethanel sayang!"

Suara lantang dari belakang, membuat Ethan dan Lilithra melihat ke arahnya. Mereka yang notebene sedang berdiri di samping karya besar yang dipajang di sana serta merta berbalik tubuh. Senyum Ethan kembali merekah melihat tentengan yang dibawa Alde, pun dengan Micah yang ikut bertepuk tangan kesenangan.

"Dad... ddada!" pekik Micah memanggil Alde, seolah tahu apa yang dibawa Alde adalah makanan miliknya.

Alde berhenti tepat di samping kanan Ethan, kecupan kilat langsung hingga di pipi tembam Micah. "Alde," panggilan dari Ethan membuatnya fokus kepada Ethan, bahkan dirinya tidak menyadari akan sosok asing di depannya saat ini.

"Alde sini kenalin, Lilithra." Kalimat yang meniti di bibir Ethan membuat Alde terdiam sejenak. Lantas ia membawa tatapannya kepada orang yang disebut Ethan.

"Lilithra, ini Alde." Sial. Monolog Alde, senyumnya langsung sirna, air mukanya juga berubah datar saat melihat sosok yang sangat ingin ia hindari ini sekarang sedang berdiri di depannya dengan senyum angkuh penuh kemenangan.

"Hi, Alde. Aku Lilithra, senang bertemu dengan mu."

"Bubbu! Bbu... bbuu!" Lamunan Ethan langsung buyar mendengar suara Micah memanggilnya, membuat kuas di tangannya yang tergantung hampir jatuh. Nafas panjang dihembus perlahan, entah mengapa kejadian dua hari lalu sangat membebani pikirannya. Belum lagi dengan tingkah Alde dan kedua temannya yang tiba-tiba berubah menjadi lebih posesif terhadap dirinya dan Micah.

"Bubbu!!" pekikan keras menggemaskan membuat Ethan mengulum senyum geli. Ah, bayinya ini sangat anti jika panggilannya tidak digubris. Ethan memutar tubuhnya menghadap Micah yang duduk di ranjang sambil memangku boneka gajah kesayangannya. "Apa Micah sayang," tanyanya lembut kepada si bayi.

Micah menarik senyum gemas menunjukkan gigi lucunya, suka sekali saat sang bubbu memanggilnya dengan lembut begitu. Setelahnya, telunjuknya menunjuk ke mulutnya sendiri, pertanda menginginkan benda karet favoritnya.

Ethan tertawa gemas, ia bangun dari kursinya. Menuju ke nakas samping kiri ranjang yang mana menyimpa benda karet kesukaan Micah. Kemudian, ia mendekat pada Micah yang masih tenang duduk di ranjang, "ini punyamu." Micah segera membuka mulut, menyambut dummy favoritnya dengan senang. Kecupan-kecupan gemas dari Ethan langsung menyerbu tubuh gempal si bayi.

"Harumnya Micah," ucapnya sambil terus menciumi Micah yang kini sudah tertawa kegelian. Posisi Micah yang semula duduk sudah tumbang menjadi telentang, pun baju yang dipakai Micah sengaja Ethan singkapkan.

"Tunggu dadda bentar lagi ya," pesan Ethan sembari menarik tubuh Micah untuk kembali bangun, hidung mungil Micah dicolek gemas saat mendapat anggukan pelan dari sang bayi. "Pinternya." Bau harum bedak bayi sedari tadi masih memenuhi ruang di dalam kamar Ethan; enak dan menyenangkan.

Melihat Micah kembali fokus dengan bonekanya, Ethan pun bangun dari duduknya, kembali mendekat pada kursi kerjanya. Duduk di sana, sambil menatap lama kanvas yang sudah dipenuhi dengan beberapa warna dan bentuk di atasnya.

"Cantik."

Suara berat yang tiba-tiba masuk ke telinganya membuat Ethan tersentak, lantas ia menoleh dan mendapati Alde yang sedang berdiri di sampingnya dengan senyum tampan. "Aldee," panggilnya. "Kenapa lama?"

"Caius sama Anne banyak omongnya, makanya jadi lama. Maaf ya." Alde mengusap kepala Ethan sekejap, kemudian ia memutar badan ke arah ranjang demi mengambil Micah yang masih asyil dengan bonekanya. "Ayo makanan kamu sudah siap di bawah!" ucapnya pula kepada Micah.

"Yeay hehe... maamam! nyam nyam..."

"Aldee," suara Ethan membuat langkah Alde berhenti, ia berbalik menghadap Ethan yang masih duduk di kursinya. "Kenapa, sayang?" tanya Alde menunggu kalimat seterusnya.

"Is... everything all right?"

Pertanyaan dengan suara yang kedengar ragu-ragu itu membuat Alde menarik senyum lembut, tatapannya jatuh pada wajah rupawan Ethan. Belum sanggup rasanya untuk meninggalkan sosok indah di depannya ini. Alde yang tadi sedia untuk keluar ke kamar, kini melangkah kembali ke arah Ethan.

Telapaknya menyentuh sisi wajah Ethan, usapan lembut membuat Ethan memejamkan matanya. "Iya, everything is all right," ujarnya coba mengusir segala pikiran buruk Ethan saat ini, karena tanpa Ethan beritahu juga Alde sudah mengetahui segala isi pikiran Ethan. "Jangan khawatir ya."

Ethan mengangguk, tangannya naik memegang tangan Alde di wajahnya, membawa mereka dalam satu genggaman lembut. Ethan menunduk melihat tautan jari mereka, "kamu beneran harus pergi ya nanti?" ujarnya setelah lama berdiam membuat hening suasana.

Sesungguhnya, Ethan sudah mengetahui tentang Alde yang harus bepergian dalam waktu yang sedikit lama. Anne, selaku teman dekatnya itu sudah menceritakan kepadanya tentang itu. Karena itu juga menjadi alasan mengapa Ethan banyak pikiran dan merasa khawatir.

Alde menatap teduh Ethan yang menunduk di depannya, genggaman Ethan di tangannya semakin mengerat, pun dengan Micah yang berada di gendongannya seolah dapat merasakan kegundahan yang Ethan alami; membuat si bayi menyandar di pundaknya dengan rasa bingung tapi khawatir. "Sini," perintahnya sambil menarik Ethan untuk bangun.

Setelah itu, rasa hangat langsung menyelimuti Ethan saat Alde menariknya masuk ke dekapannya. "Aldee," panggil Ethan lagi. "Jangan lama-lama di sana ya," bisiknya perlahan seraya menyamankan tubuh dalam dekapan hangat Alde.

Alde menaruh kecupan di rambut Ethan, "iya janji gak akan lama, kan ada kamu sama Micah yang nungguin aku di sini."

"Dadda... go?? Mm no no!" Suara protes dari Micah membuat Ethan terkekeh kecil, begitu juga Alde yang ikut gemas dengan bayi gempalnya ini.

"Aldee,"

"Apa sayaang?"

"Janji, jangan lama-lama ya?"

"Iya, sayang."

to be continued

devil's vow. jaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang